Tiga Puluh

287 26 0
                                    

“Ini tehnya, silahkan diminum.” Ujar ibunya Diana dengan ramah.

Situasi macam apa ini? Ingin sekali rasanya Diana mengacak-ngacak rambutnya sekarang melihat keadaan ruang tamu rumahnya yang mendadak kedatangan tamu yang tak—Ah.. tamu yang terpaksa di undang ke rumahnya.

Matanya melirik tajam pada Keano yang justru duduk dengan nyaman di sampingnya. Pria yang menurut Diana tidak tahu diri itu meminum dengan santai teh miliknya dan tak mengindahkan tatapan penuh emosi dari sampingnya.

“Jadi tadi namanya Keano ya?” Tanya ayahnya Diana, mengawali percakapan.

“Iya, Pak.” Ujar Keano dengan nada ramah.

Diana menutup mulutnya. Sepertinya benar dugaannya, semakin malam tingkah Keano semakin aneh. Baru saja beberapa menit yang lalu pria ini bertingkah menyebalkan dengan raut wajah yang juga menyebalkan, namun sekarang berubah menjadi sangat sangat ramah dan sopan.

“Diana, biasa aja dong ngeliatin Keanonya.” Ujar ibunya dengan nada jahil yang seketika langsung mengundang atensi ayah dan Keano juga.

“Dih.. siapa yang ngeliatin Keano. Ana lagi ngeliatin  ke arah sana.” Ujarnya tidak terima dengan tuduhan ibunya.

Ayahnya menggeleng-gelengkan kepala kemudian kembali menoleh ke arah Keano. “Keano ini satu kantor juga sama Ana?”

Keano mengangguk sopan. “Iya, Pak saya satu kantor dan satu divisi juga sama Diana.”

“Oh, satu divisi juga. Berarti kenal Dika juga ya?” Tanya ayahnya berbasa-basi.

“Iya, Pak kenal.” Jawab Keano sembari mengangguk sopan.

“Ini baru pada pulang dari kantor apa gimana? Lagi banyak kerjaan ya?”

“Ah..” Keano melirik Diana yang tengah memainkan kuku jari tangannya.

“Kalo untuk kemarin-kemarin iya lagi banyak kerjaan di kantor, Pak. Tapi hari ini tadi saya ngajak Diana makan malam dulu mangkanya pulangnya telat. Karena itu juga saya minta maaf, Pak.”

“Oh, makan malam dulu. Berdua doang apa gimana nih?” Tanya ayahnya sembari tersenyum, namun tidak dengan matanya.

“Papa kayak gak pernah masa muda aja.” Jawab Diana dengan santainya yang membuat Keano tertegun di tempat.

“Ana tadi mampir makan malem dulu sama Mas Dika, Pak Keano sama temen juga. Gak mungkin berdua doang lah” Lanjutnya lagi yang membuat pria itu menghela napas pelan.

“Ya kan kali aja berdua doang. Papa baru mau kasih wanti-wanti.” Ujar ayahnya dengan nada bercanda.

“Keano ini rumahnya dimana?”

“Di daerah X, Pak.”

“Wah, jauh juga ya. Ini gak apa-apa pulangnya malem?” Ujar ayahnya sembari tersenyum.

Keano ikut tersenyum meski belakang lehernya berkeringat dingin. “Saya ada apartemen di daerah Y, Pak. Jadi kalo kemaleman saya tidur disana.”

Ayahnya mengangguk-anggukkan kepala. “Oh gitu. Berhubung udah jam segini mata bapak udah ngantuk, ditinggal masuk gak apa-apa?”

Keano mengangguk sopan. “Iya, silahkan, Pak.”

“Kalo gitu bapak masuk dulu ya.” Pamit ayahnya yang langsung berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah.

“Ibu masuk dulu ya.” Ujar ibunya dengan nada ramah pada Keano. “Diana, jangan aneh-aneh kamu.” Lanjutnya dengan galak pada Diana.

Diana mencebikkan bibirnya melihat ibunya yang tertawa kecil. Matanya mengikuti pergerakan kedua orang tuanya hingga mereka sudah tidak terlihat lagi. Setelahnya dengan cepat ia bangkit berdiri dan melemparkan tatapan tajam pada Keano.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang