9

54 5 16
                                    

"Aku memang monster yang kejam, Erzsebet," kata Vlad, "tapi bukan berarti aku akan tega menjadikanmu sebagai budakku. Kau adalah pengikutku, dan aku menghargai itu. Aku bisa melihat kesamaan pada sorot matamu dengan sorot mata Konstantin. Aku akan menghargaimu sebagaimana aku menghargai kakak laki-lakimu itu."

"Maka biarkan aku pergi ke kamarku sendiri," tukas Erzsebet dengan kasar.

"Apakah kau tidak pernah merasa kesepian dan membutuhkan teman?" Vlad mendengus jengkel.

"Tentu saja aku selalu merasa membutuhkan teman," Erzsebet menanggapi.

"Kalau begitu, kita saling membutuhkan," Vlad berpendapat. "Aku membutuhkan teman, seperti manusia pada umumnya. Kau adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi temanku di sini."

"Tapi kau memintaku meletakkan nampan ini dan pergi ke situ," desis Erzsebet sambil menatap tajam ke arah kasur empuk Vlad.

"Aku memang memintamu untuk bergabung bersamaku di sini," Vlad tidak menyangkal, dan ia justru menepuk-nepuk sisi ranjangnya yang kosong untuk menegaskan ucapannya. "Kita bisa berbincang sampai ketiduran. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku tidur di ranjang yang sama dengan seorang teman."

"Kutebak, temanmu itu laki-laki. Tak akan ada hal buruk terjadi antara sesama lelaki, 'kan?"

"Bukan." Vlad menggeleng. "Dia putri seorang pasha Ottoman, dan dia dihukum berat setelah ketahuan tidur di kamar yang sama denganku. Tapi dia tidak pernah menyesal, dan dia tetap menjadi teman baikku setelah itu. Orang-orang tidak percaya jika aku tidak melakukan apa pun padanya, tapi dia tidak peduli."

"Kau masih berteman dengannya sampai sekarang?"

Vlad menggeleng. "Aysegül Pasha mencintai Ottoman seperti aku mencintai Wallachia. Dia lebih memilih menjadi salah satu istri Radu—adikku yang mempersembahkan kesetiaannya pada Ottoman—daripada ikut denganku ke Wallachia."

"Apa yang kalian lakukan di kamar yang sama?" Tatapan mata Erzsebet menyelidik, dan pegangannya pada nampan sama sekali tidak mengendur.

"Berbincang sampai dia ketiduran, dan aku pun ikut tertidur di sampingnya."

Erzsebet masih menatap Vlad dengan tajam, kentara sekali jika ia tidak mempercayai pengakuan Vlad.

"Aku tidak akan melalukan tindakan seksual apa pun padamu, Erzsebet," ujar Vlad. "Aku masih berduka atas kepergian istriku."

"Oh, benarkah?" Erzsebet mendengus sembari berjalan menuju meja di dekat jendela, dan meletakkan nampannya di sana.

Erzsebet memang telah meletakkan nampan tadi, tetapi ia tidak beranjak mendekati Vlad. Ia menyadari bahwa jendela kamar itu belum ditutup, dan ia lebih memilih untuk menutup jendela itu selagi mendengarkan Vlad berbicara.

"Kau tidak akan bergabung denganku?" Vlad memastikan kecurigaannya pada tindak-tanduk Erzsebet.

"Aku tidak tahu," sahut Erzsebet dengan kasar seraya menarik tirai jendela itu menutup.

"Secepatnya, aku akan mengirimkan surat untuk Konstantin," Vlad memutuskan, "dan memberitahunya jika kau hidup dengan sangat baik di sini."

Erzsebet sudah selesai menutup tirai jendela, dan ia memalingkan wajahnya pada Vlad. Pandangan mereka bertemu, dan Erzsebet mendecih.

"Kau mau mendengarkanku menceritakan suka dan duka yang kujalani bersama Konstantin?" tawar Vlad.

Dengan beberapa langkah lebar yang cepat, Erzsebet melompat ke ranjang Vlad.

***

Vladimira tidak peduli kapan tepatnya Niccolo akan menemuinya. Ia juga tidak peduli masalah apa yang kiranya akan dibicarakan oleh mantan tunangannya itu dengannya. Baginya, menghabiskan waktu di perpustakaan akan terasa jauh lebih menyenangkan daripada berkeliaran tidak jelas di halaman kastil.

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang