Erzsebet menundukkan pandangannya, sementara rahangnya masih sibuk mengunyah suapan terakhir dari bubur tadi. Ia tidak tahu harus mengatakan apa di hadapan Vlad Tepesh. Lagi pula, apa yang bisa dikatakan? Perkara peringatan dari Marusia itu, ia tidak bisa dibilang menanggapinya dengan serius.
"Kau tidak akan mendobrak pintu kamarku hanya untuk memberitahu bahwa aku harus sarapan di ruang makan," kata Vlad lagi.
"Tapi saya tidak begitu mempercayai Marusia," ungkap Erzsebet, "karena dia lahir dan dibesarkan di sini. Dia punya utang budi yang terlalu besar pada keluarga kerajaan Hungaria."
"Kau juga tidak boleh mempercayaiku, tapi kau melakukannya," cetus Vlad. "Katakan dulu apa masalahnya, dan kita bisa memikirkan kesimpulannya bersama-sama."
Erzsebet mengangkat kepalanya lagi, dan ia bisa melihat tatapan Vlad terfokus pada sebuah apel dalam genggamannya sendiri.
"Marusia mengatakan bahwa Matthias Corvinus berencana untuk menjadikan Anda sebagai bonekanya setelah Anda menikahi Ilona," Erzsebet memulai.
"Dengan cara meminjamkan pasukan untuk merebut kembali Wallachia dari tangan Ottoman, lalu menjadikan Wallachia sebagai wilayah di bawah pemerintahannya?"
"Kurang lebih begitu." Erzsebet mengangguk. "Dan Anda sudah mengetahuinya?"
"Itu adalah rencana yang sangat kasar dan mudah ditebak, Erzsebet." Mata hitam Vlad kini menatap mata biru Erzsebet dengan intens.
"Dan apa rencana Anda setelah mengetahui hal ini? Anda tidak mungkin membiarkan diri Anda dikendalikan oleh orang lain, 'kan?" Erzsebet menatap Vlad dalam-dalam.
"Kau masih memikirkanku bahkan setelah aku mengusirmu menjauh dariku, ya?" Vlad tertawa. "Kau ini menggemaskan sekali."
***
"Apakah kalian baru saja melakukan penolakan?" Vladimira menatap Jerome dan Arnelle secara bergantian, "Apakah kalian begitu pengecut sehingga mampu melakukan pengkhianatan kepada keluarga Ypsilantis seperti ini?"
"Justru, kami sangat berani dan setia, Lady." Arnelle maju selangkah agar bisa lebih dekat dengan Vladimira. "Karena kami bermaksud meminjam salah satu kereta kuda milik keluarga Ypsilantis untuk mencari bantuan ke Kerajaan Prancis."
"Kerajaan Prancis," gumam Vladimira. Tampak jelas jika ia sedang berpikir.
"Dengan apa kalian pergi?" Marcus angkat bicara, "Maksudku, apa yang kalian bawa sebagai hadiah untuk siapa pun yang kalian temui di sana? Tidak baik jika kalian pergi dengan tangan kosong."
"Kami sudah menyiapkan semua yang kami butuhkan," Arnelle menerangkan dengan percaya diri. "Dan kami hanya menunggu restu dari Lady Vladimira."
"Kami akan mampir ke Kastil Ypsilantis untuk mengambil beberapa hal yang kami perlukan sebelum melanjutkan perjalanan," tambah Jerome, "hanya jika Lady Vladimira mengizinkan."
"Arnelle Lorraine." Vladimira menatap Arnelle.
"Ya, Lady," sahut Arnelle.
"Jerome Avesnes," panggil Vladimira.
"Saya, Lady." Jerome mendekat.
Vladimira membisikkan nama belakang Lorraine dan Jerome pada dirinya sendiri, kemudian mengulurkan kedua tangannya pada dua orang itu, menyentuh pundak mereka.
"Pergilah," ucap Vladimira dengan penuh keyakinan, "dan kembalilah dengan hasil yang tidak akan membuatku kecewa. Semoga Tuhan membantu segala niat baik kalian."
Vladimira menepuk pipi kiri Arnelle dan pipi kanan Jerome dengan lembut, lantas melepaskan mereka.
"Tuhan memberkati Anda, Lady Vladimira," ucap Jerome sambil membungkuk hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Vladimira
Historical FictionDemi ambisinya untuk menjadi kaisar Imperium Romanum Novum, Raja Niccolo dari kerajaan Agorantis memutuskan pertunangannya dengan Lady Vladimira-putri Marquess Ypsilantis. Sementara itu, Vlad Tepesh, sang pangeran Wallachia yang terkenal kejam dan t...