25

41 3 16
                                    

"Sesama keturunan bangsa Byzantium akan selalu saling melindungi, Nick," Iustinianus—raja Agapena—angkat bicara, "dan kurasa kau sudah mengetahui hal itu. Lady Ypsilantis pasti akan memberikan tugas pada Marquess Theotokis, sehingga Marquess Theotokis bisa terhindar dari perasaan bersalah karena tidak turut mengambil bagian dalam rencana ini. Bukankah aku benar, Lady Ypsilantis?"

"Sama sekali tidak keliru, Yang Mulia," Vladimira membenarkan dengan senyuman.

"Kalau begitu, biarkanlah Marquess Theotokis yang mencari bala bantuan ke Hungaria," kata Niccolo, "sementara Lady Ypsilantis harus dijamin keamanannya karena dia adalah salah satu pilar pertahanan kekaisaran kita."

"Marquess Theotokis adalah marquess di kerajaanku, Raja Niccolo," Viktoriya menyahuti, "sehingga kau tidak bisa memberikan titah kepadanya."

"Kalau begitu, kau saja yang memberikan perintah itu padanya," ujar Niccolo.

"Tidak," Viktoriya menolak. Ia melepaskan lengan Vladimira dari cengkeraman Niccolo dengan gerakan yang tidak selembut yang dilakukan oleh Irene. "Marquess Theotokis boleh mengikuti Lady Ypsilantis, tetapi tidak boleh menggantikannya. Jika Lady Ypsilantis memutuskan untuk menjemput bahaya, itu berarti dia sudah mengetahui risiko yang akan dihadapinya, dan dia tidak boleh mengumpankan orang lain. Mengumpankan orang lain bukanlah tindakan yang terpuji. Bukankah begitu, Lady Ypsilantis?"

"Sangat benar, Yang Mulia." Vladimira mengangguk, lantas menambahkan, "Bahaya yang besar itu akan saya hadapi seorang diri. Marquess Theotokis akan mengantarkan saja. Itu pun kalau beliau tidak keberatan."

"Tentu saja aku tidak akan keberatan, Lady," sembur Marquess Theotokis. Tapi, bukannya bernada tajam dan sinis, suara pria muda itu justru terkesan bersemangat dan penuh tekad.

"Terima kasih," ucap Vladimira sambil tersenyum pada Marquess Theotokis. "Sekarang," lanjut Vladimira, "kita akan mendiskusikan tentang siapa harus ke mana, agar tidak ada dua keluarga yang menuju tempat yang sama dalam meminta bantuan. Semakin luas kita menyebar, semakin baik."

***

Pintu, jendela, dan tirai, semuanya tertutup rapat. Tak sedikit pun angin bisa memasuki kamar Vlad. Tidak ada embusan dingin yang bisa dijadikan sebagai alasan untuk memeluk Erzsebet lebih erat daripada yang sekarang sedang dilakukan oleh Vlad. Tidak ada alasan apa pun.

Hanya karena Erzsebet memiliki warna rambut yang sama dengan Crina, bukan berarti Vlad bisa menjadikannya sebagai alasan untuk mempererat pelukannya pada Erzsebet.

Meletakkan Erzsebet di balik bayang-bayang Crina bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan. Tetapi jika Vlad mengatakan bahwa ia tidak menganggap Erzsebet sebagai pengganti Crina, itu adalah dusta yang terlalu kentara.

Erzsebet bisa membuat Vlad merasa seakan Crina masih hidup, dan itulah mengapa Vlad membutuhkan Erzsebet untuk selalu berada di sisinya. Erzsebet bukanlah pelayan pribadi seperti pada umumnya, dan bukan pula wanita simpanan yang ada sebagai tempat melampiaskan gairah. Erzsebet adalah seseorang yang selalu ada sebagai tempat untuk mencurahkan kerinduan, dan seseorang yang bisa dilimpahi kasih sayang dengan cara-cara yang sederhana. Seseorang yang bisa dikasihi, namun tidak pernah menuntut lebih.

Vlad mengendurkan pelukannya, lantas menatap wajah tidur Erzsebet lekat-lekat. Ibu jarinya menyusuri rahang Erzsebet. Gadis itu memiliki wajah yang memberikan kesan keras kepala ketika dipandang, namun pada saat yang sama juga memberikan kesan yang menggoda. Ada pesona yang terpancar dari wajah cantik Erzsebet, dan Vlad terheran karena pesona itu tidak mampu menggetarkan hatinya.

Vlad yakin, dengan sedikit dandanan ala bangsawan, Erzsebet akan mampu menggetarkan hati setiap pria yang ditemuinya. Bukan hanya para bangsawan, melainkan seluruh pria di muka bumi ini. Kecuali Vlad sendiri, meskipun dirinyalah yang saat ini telah merengkuh Erzsebet ke dalam pelukannya.

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang