Erzsebet meraih dua buah timba yang ada di dekat kuda Vasile, lantas berjalan memasuki hutan tanpa menimbulkan suara apa pun.
Matahari belum muncul sepenuhnya, tetapi cukup untuk membantunya mencari sumber air tanpa merasa takut akan datangnya ular secara tiba-tiba.
"Erz!" Vlad mengejar di belakangnya, dengan dua timba lain yang tidak mungkin dibawa oleh Erzsebet sekaligus. "Ke mana kau akan pergi?"
"Mencari air untuk mencuci wajah," jawab Erzsebet. "Siapa tahu kita cukup beruntung." Ia terus melangkah, dan Vlad terus berjalan di belakangnya.
"Sendirian?"
"Aku tidak mungkin membangunkan yang lainnya. Semua orang masih lelah. Bahkan aku sendiri pun masih lelah."
"Kau bisa membangunkanku. Aku tidak pernah merasa lelah."
"Kau harus istirahat dengan cukup," sanggah Erzsebet. "Berada di dalam kereta kuda yang sama dengan Lady Vladimira pastilah membuatmu kelelahan setengah mati."
"Mengapa kau berpikir demikian?"
"Dia pasti merupakan seseorang yang memiliki ambisi dan berbagai teori yang bisa membuat kepalamu meledak. Dia tidak berkeras agar aku duduk di dalam kereta yang sama dengannya, yang bisa kusimpulkan bahwa dia pasti lebih nyaman bicara dengan Sang Penyula dibandingkan dengan kerabatnya sendiri," cerocos Erzsebet.
"Kau menanggapinya dengan sikap yang terlalu kaku, Erz." Vlad tersenyum geli.
"Apa yang dia katakan selama kalian berada di dalam kereta kuda?" tanya Erzsebet.
"Setelah membantu kita merebut kembali Wallachia, dia ingin kita membantunya memberontak pada Raja Niccolo dari Agorantis," jawab Vlad apa adanya.
"Dia ingin melawan penguasa?" Erzsebet tertawa masam.
"Raja itu pernah bertunangan dengannya selama lima tahun, tetapi malah menikahi seorang putri yang merupakan pewaris tunggal kerajaan Romanum Novum yang lain."
"Dan kau setuju untuk membantunya melawan seorang raja hanya karena masalah asmara?"
"Itu hanya satu alasan. Alasan lain adalah karena dia tidak mau raja itu mengambil suara dari dua kerajaan sekaligus untuk dirinya sendiri dalam pemilihan kaisar."
"Itu benar-benar hanya alasan. Aku lebih percaya jika dia ingin menjatuhkan mantan tunangannya karena sakit hati. Terdengar lebih masuk akal bagiku."
"Kau terlalu banyak berprasangka pada Vladimira, padahal dia adalah kerabatmu sendiri."
"Apakah aku baru menyadari hal ini?" Erzsebet menoleh pada Vlad.
"Apa?"
"Kau memanggilnya dengan nama depannya? Bukan Lady Vladimira, atau mungkin Lady Ypsilantis, tapi Vladimira? Kalian lebih dekat daripada yang kukira."
"Kuharap kau tidak keberatan jika kerabatmu itu jauh lebih dekat denganku daripada denganmu, karena kau tampaknya memang lebih kaku daripada yang seharusnya, Erz. Entah ada apa denganmu."
Vlad berjalan mendahului Erzsebet, enggan melanjutkan percakapan mereka.
***
Ketika Vladimira terbangun, ia mendapati Marusia sudah sibuk menghangatkan makanan bersama Romanitza. Alih-alih memakai kayu dan daun sebagai alat bantu untuk memasak, beberapa peralatan logam justru sudah berkelontangan di sekitar mereka.
"Selamat pagi, Lady Vladimira," sapa Romanitza. "Sarapan akan siap dalam beberapa menit."
"Dari mana semua peralatan memasak berbahan logam itu berasal?" tanya Vladimira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Vladimira
Historical FictionDemi ambisinya untuk menjadi kaisar Imperium Romanum Novum, Raja Niccolo dari kerajaan Agorantis memutuskan pertunangannya dengan Lady Vladimira-putri Marquess Ypsilantis. Sementara itu, Vlad Tepesh, sang pangeran Wallachia yang terkenal kejam dan t...