17

36 4 65
                                    

Arnelle tidak berhasil mengetahui apa yang dilakukan oleh Vladimira dengan tang yang dibawakan oleh Jerome. Dan ia juga tidak tahu di mana Vladimira menyembunyikan seluruh perhiasan yang telah disiapkan oleh Arnelle.

"Marchioness Ypsilantis memutuskan bahwa Anda harus memakai kalung keluarga kerajaan," cerocos Arnelle di hadapan Vladimira yang sedang menikmati menu sarapannya. "Beliau ingin Anda mengeluarkan kekeraskepalaan Anda di hadapan Yang Mulia Raja Niccolo, dan membuat raja yang menjengkelkan itu ingat jika Andalah yang seharusnya menjadi ratu Agorantis dalam waktu dekat ini. Di mana Anda menyimpan semua perhiasan itu? Anda tidak meletakkannya di dalam lemari. Anda tidak mengembalikannya ke salah satu kotak, 'kan? Terlalu sulit bagi saya untuk memadu-madankan perhiasan yang baru untuk dipakai dengan gaun hitam yang Anda pilih. Anda tidak akan datang dengan polosan, 'kan? Akan ada banyak marquess yang datang ke acara itu, dan Marchioness Ypsilantis tidak akan siap menerima tuduhan bahwa dia meraup semua perhiasan di kastil ini untuk dirinya sendiri."

"Berhentilah mengoceh, karena aku sangat ingin menikmati makananku, Arnelle," sergah Vladimira.

"Baiklah, saya akan menyiapakan sepatu Anda saja."

"Sepatu hitam setinggi mata kaki," Vladimira berpesan.

"Saya akan menyiapkan sepatu berwarna merah anggur," Arnelle ngeyel.

"Jangan membantah, Arnelle Lorraine!" bentak Vladimira.

"Tapi, Anda tidak menghancurkan kalung dari keluarga kerajaan itu, 'kan?" tanya Arnelle sebelum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Apa pentingnya itu?"

"Meskipun tidak menyukainya karena digunakan oleh keluarga kerajaan sebagai lambang yang memberkati mereka, semua simbol itu tetaplah suci, Lady. Saya tidak bisa membayangkan Anda menghancurkan sebuah liontin salib."

"Apa pun yang kulakukan, aku akan menanggung sendiri risikonya, Arnelle. Berkat atau kutukan, aku akan menerimanya untuk diriku sendiri."

"Jangan sembarangan dalam bicara, Lady," tegur Arnelle.

***

Erzsebet kembali dengan memakai gaun yang bersih dan rambut yang tertata rapi. Senyumannya yang terkesan hangat berhasil menular pada Vlad yang berwajah garang.

"Selamat pagi, Erz," sambut Vlad sambil menarik ikal pirang yang menggantung di dekat telinga Erzsebet, dan tersenyum semakin lebar ketika ikal itu kembali ke bentuk aslinya seperti sebuah pegas.

"Selamat pagi, Pangeran Berkumis Tebal!" balas Erzsebet, "Sekarang, ajari aku memanah!"

"Apa yang ingin kau dapatkan di halaman istana ini?" tanya Vlad, "Tak ada apa pun selain hewan peliharaan Szilágyi yang berkeliaran, dan pada akhirnya si pemilik akan muncul setelahnya."

"Pokoknya, ajari saja dulu," Erzsebet berkeras.

"Baiklah, ayo." Vlad tertawa sembari mendekap pundak Erzsebet dan membawa gadis itu keluar dari kamarnya.

Ketika melewati pintu, Vlad menyapa si penjaga, "Selamat pagi, Brutus."

"Selamat pagi, Sir," balas Brutus secukupnya, dan bibirnya berkedut ketika dua orang itu sudah menjauh.

***

Matahari belum naik terlalu tinggi, tetapi Vladimira tidak berminat untuk mandi cahaya matahari pagi ini. Ada terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum menghadiri pertemuan marquess dari lima negara. Perpustakaan menjadi tempat yang tepat untuk memulai harinya.

Arnelle mendampingi Vladimira dengan sangat setia, dan menaati perintah bangsawan muda itu untuk mencari buku-buku yang mungkin saja menyimpan informasi mengenai Ottoman dan negara-negara tetangga mereka.

Sementara Arnelle berkutat dengan buku-buku, Vladimira pergi ke salah satu sudut perpustakaan untuk membongkar arsip-arsip lama sang ayah, termasuk jejak korespondensi dengan bangsawan atau bahkan pemimpin negara yang lain.

Meskipun semua surat yang disimpan di sana pasti sudah kedaluwarsa, Vladimira tetap menghargai usahanya sendiri. Siapa tahu ada kerabat atau sekutu yang sedikit berguna pada saat-saat genting seperti ini.

Vladimira membawa surat-surat lama itu ke meja yang paling dekat, lantas membacanya satu per satu. Ada tulisan-tulisan bagus yang tidak memakan cukup banyak waktu, dan ada beberapa tulisan yang sangat hancur sehingga ia harus berusaha dengan lebih keras.

Apa yang ditemukan oleh Vladimira dalam tumpukan surat-surat itu hanyalah pertukaran kabar secara berkala dengan Marquess Gonzaga dari Sfocini, Marquess Laskaris dari Agapena, marquess-marquess yang lain dari kelima negara, dan Duke Borromeo dari Agorantis sendiri.

Mata Vladimira terpaku pada surat dari Duke Borromeo. Ia membaca setiap kata yang ada di sana tanpa bersuara, namun bibirnya bergerak-gerak sedikit.

Kepada Marquess Ypsilantis, Duke Borromeo mengutarakan betapa ia berbahagia atas keberuntungan Lady Ypsilantis yang dipersunting oleh keluarga kerajaan, untuk kemudian menjadi pasangan bagi pewaris tunggal keluarga kerajaan Agorantis. Duke Borromeo tidak marah, meskipun itu berarti putranya, Lord Giovanni Borromeo, harus mundur dari kehidupan Lady Ypsilantis, meskipun mereka telah menjalin kasih jauh lebih dulu.

"Arnelle," Vladimira memanggil Arnelle.

"Saya baru menemukan satu buku mengenai sejarah berdirinya Ottoman," sahut Arnelle sambil mendatangi Vladimira.

"Apakah kau ingat jika hidupku pernah diisi oleh Lord Borromeo?" tanya Vladimira tanpa mengalihkan tatapannya dari surat itu.

"Kalian adalah sepasang kekasih setelah debutante, tapi Anda berteman dengan Raja Niccolo yang saat itu masih seorang pangeran." Arnelle jelas tidak melupakan apa pun.

"Astaga, mungkin aku terkena karma," ucap Vladimira sambil tertawa getir. "Aku meninggalkan kekasihku untuk bertunangan dengan orang lain, dan tunanganku akhirnya akan menikahi orang lain. Lord Borromeo pasti tertawa terbahak-bahak ketika mendengar kabar bahwa Raja Niccolo akhirnya meninggalkanku."

"Lord Borromeo bukan orang seperti itu," desah Arnelle, "saya yakin. Meskipun keras kepala, beliau tidak pernah menari di atas tangisan orang lain."

Vladimira tersenyum ketika mendengar ucapan Arnelle, kemudian kembali meneliti surat-suratnya satu per satu.

"Sulit sekali mencari sekutu selain orang-orang dari lima kerajaan di dalam Imperium Romanum Novum," keluh Vladimira.

"Apakah keluarga Ypsilantis tidak memiliki koneksi dengan keluarga bangsawan di negara lain?" tanya Arnelle sambil mencari buku di rak terdekat, "Mungkin Imperium Romanum Sacrum? Atau kerajaan Prancis? Apakah tidak ada?"

"Aku masih dalam proses mencarinya, Arnelle," ujar Vladimira.

Vladimira mengambil satu surat lagi, kemudian membacanya, dan mengernyit pada kata kalimat pertama yang tertulis di sana; Kepada Kepala Keluarga Bangsawan Ypsilantis di Kekaisaran Romawi Baru.

Rahang Vladimira mengeras, karena tidak ada satu pun orang di Imperium Romanum Novum yang menyapa ayahnya dengan cara seperti itu. Semua orang di Romanum Novum tahu apa jabatan ayahnya, dan tahu secara spesifik jika keluarga mereka tinggal di Agorantis. Pengirim surat ini jelas tidak mengenal Marquess Ypsilantis secara pribadi.

Vladimira membaca kelanjutan surat itu, dan membelalakkan matanya sejenak. Kemudian, ia segera memeriksa tanggal yang dituliskan di sudut kanan atas surat itu, dan mendapati bahwa surat itu sudah sangat, sangat kedaluwarsa. Surat itu ditulis untuk ayahnya enam tahun yang lalu.

"Arnelle!"

Mendengar panggilan yang tiba-tiba itu, Arnelle terkesiap.

"Ya, Lady?"

"Panggilkan Vladdark!" perintah Vladimira, "Cepat!"

"Baik!" Arnelle langsung terbirit-birit meninggalkan perpustakaan, menuju entah ke mana, karena ia sendiri pun tidak tahu di mana pastinya Vladdark Ypsilantis berada.

-Emer Emerson-

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang