21

42 3 61
                                    

Tidak ada waktu untuk menunggu Viktoriya, Niccolo tahu itu. Para wanita selalu membutuhkan waktu yang lama untuk berdandan, dan wanita yang dihadapi oleh Niccolo kali ini adalah seorang putri dengan tubuh yang lemah. Apa yang bisa ia harapkan?

Pada akhirnya, Niccolo harus melangkah seorang diri menuju aula paling megah di istananya, dan menyambut beberapa marquess yang datang jauh lebih awal daripada marquess-marquess yang lain. Biasanya, marquess-marquess ini justru merupakan marquess yang berasal dari luar negara tersebut. Mereka biasanya langsung berangkat setelah mendapatkan undangan untuk berkumpul, karena takut terlambat. Sementara itu, bangsawan negara itu sendiri akan datang paling akhir, sebab mereka berada dekat dengan tempat perkumpulan.

Niccolo bersalaman dengan para marquess secara bergantian. Semuanya berpakaian rapi dan berwarna-warni. Ada yang tampil sok misterius dengan memakai pakaian berwarna gelap, dan ada yang tampak ceria dengan memakai pakaian berwarna cerah. Niccolo sendiri memilih pakaian berwarna hijau gelap dengan sulaman benang emas—berniat menampakkan kesan agung sebagai seorang raja. Sama seperti Niccolo yang memakai kalung salib mawar, sebagian besar marquess yang hadir di sana pun memakai kalung yang merupakan lambang keluarga mereka.

Viktoriya muncul dengan gaun merah muda pucat yang tak hanya menajamkan kesan feminin dalam dirinya, melainkan juga menegaskan keringkihan tubuhnya. Gaun tanpa lengan itu membuat tangan-tangan kurusnya terlihat jelas, dan cekungan-cekungan di sekitar lehernya semakin kentara. Dan selain rambut pirang platinumnya yang tergerai seperti air terjun keperakan, tak ada hal lain lagi yang menarik darinya. Tidak ada yang menarik, kecuali kalung yang ia kenakan di lehernya.

Berbahan kulit buaya dan berukuran pas di leher, kalung berliontin kepingan logam berukir gambar salib marian itu tidak meninggalkan tubuh Viktoriya. Tidak ada salib mawar sama sekali, dan itu membuat Niccolo menggeram lirih.

"Putri Viktoriya Kesayanganku," sapa Niccolo sembari menggamit lengan sang tunangan, kemudian mengajaknya menjauh dari kerumunan. "Apakah sangat sulit bagimu untuk mematuhi perintahku atas kalung itu?"

"Aku tidak bisa menanggalkan identitas keluargaku sampai aku benar-benar menjadi bagian dari keluargamu, Niccolo," desah Viktoriya. "Tolong hormatilah aku sebagaimana aku menghormatimu."

Perseteruan rahasia antara Niccolo dan Viktoriya terhenti secara tiba-tiba ketika Marquess Ypsilantis memasuki aula bersama kedua anaknya dan seorang pelayan wanita.

Marquess Ypsilantis memakai baju serba hitam, berkerah tinggi, dengan atribut-atribut formal yang wajar, dan kalung salib ypsilon tergantung di lehernya dengan anggun. Rambut keriting pirangnya yang panjang diikat dengan rapi menggunakan seutas pita hitam, menunjukkan keagungan dan keanggunan di saat yang bersamaan.

Vladdark terlihat seperti salinan ayahnya. Apa yang membedakan mereka hanyalah warna rambut saja.

Sementara itu, Vladimira juga memakai gaun hitam berkerah tinggi, dan menggelung rambut lurusnya tinggi-tinggi. Seluruh atribut formal yang ia kenakan sama persis dengan yang dikenakan oleh ayah dan adik laki-lakinya, kecuali satu; kalung salib mawar yang lebih pendek daripada kalung ypsilonnya.

Kalung salib mawar di luar kerah tinggi Vladimira itu berhasil membuat perhatian sebagian besar orang teralihkan, termasuk Niccolo dan Viktoriya. Sebab, selain Niccolo, hanya Vladimira yang memakai kalung salib mawar seperti itu.

"Lady Ypsilantis yang Terhormat!" Niccolo menyapa Vladimira dengan keriangan yang terlalu dibuat-buat, "Senang melihatmu memenuhi undangan Putri Viktoriya. Dan aku agak terkejut melihatmu datang dengan penampilan seperti ini."

Vladimira membungkuk pada Niccolo, kemudian bertanya, "Apakah ada yang salah dari penampilan saya, Yang Mulia?"

"Kau," Niccolo jelas sedang menyusun kalimat dalam kepalanya, "serba hitam."

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang