10

55 4 10
                                    

Erzsebet enggan membuka matanya. Ia tahu, bulan telah menghilang, dan pagi telah menjelang. Ia tidak perlu membuka mata untuk mengetahui tangan siapa yang melingkari pinggulnya ini. Ia mengingat semuanya dengan jelas, termasuk bagaimana semuanya bermula.

Erzsebet memutar tubuhnya, dan mendapati Vlad Tepesh masih memejamkan mata. Wajah garang pria itu, ditambah dengan kumisnya yang tebal, tidak membuat Erzsebet merasa gentar. Ia sudah mengetahui bahwa pria ini bisa menepati kata-katanya.

Di balik selimut yang sama, Erzsebet bisa merasakan bahwa pakaiannya masih sama lengkapnya seperti ketika ia melompat ke atas ranjang ini. Vlad Tepesh tidak melakukan hal lain selain berbincang dengannya, dan memeluknya ketika ia mengeluh lelah. Vlad membantunya merasa lebih baik dengan sentuhan lembut itu.

Vlad benar-benar tidak melakukan tindakan yang menjurus ke arah seksual pada Erzsebet, dan Erzsebet merasa lega. Rasa hormatnya kepada Vlad semakin menjadi-jadi.

Tapi, sekarang, Erzsebet harus meninggalkan kamar ini untuk menyiapkan sarapan untuk Vlad. Namun, ketika ia hendak membebaskan dirinya dari pelukan Vlad, tangan pria itu menahannya dengan lebih kuat.

"Jangan pergi dulu, Erz," bisik Vlad di telinga Erzsebet.

"Aku harus menyiapkan sarapan untukmu," kata Erzsebet.

"Biarkan pelayan lain yang mengurusnya. Kau harus tetap di sini bersamaku. Kau adalah bagian tubuhku yang baru."

***

Vladimira terkesiap ketika Niccolo sudah menindihnya di atas salah satu meja yang ada di perpustakaan itu. Perlahan, ia merasakan tangan Niccolo menyingkap gaunnya, dan menyusuri kakinya dengan lembut.

Gaun bagian bawah Vladimira sudah tersingkap sepenuhnya, dan pinggul Niccolo sudah berada di antara pahanya. Entah kapan pria itu menurunkan celananya.

Bibir pria itu menyusuri setiap jengkal kulit leher dan bahu Vladimira yang terbuka, sementara Vladimira tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.

"Hentikan..." Vladimira memohon dalam bisikan.

"Tidak," tolak Niccolo. "Aku sangat merindukanmu."

"Kau akan menikah dengan Putri Viktoriya," Vladimira mengingatkan.

"Bukan masalah." Niccolo mencium bibir Vladimira lagi.

Vladimira bisa merasakan tekanan Niccolo di bawah sana. Gelenyar panas merambat ke sekujur tubuh Vladimira. Pikirannya memberitahunya bahwa ini tidaklah benar. Tetapi tubuhnya mendambakan saat-saat seperti ini bersama Niccolo. Tubuhnya menyatakan kebutuhan ini lebih lantang daripada yang bisa dilakukan oleh suaranya. Vladimira tidak ingin mengakui kenyataan menjijikkan ini, tetapi ia tahu bahwa ia menginginkan ini. Ia menginginkan Niccolo sama besarnya seperti Niccolo menginginkannya.

Dan ketika Niccolo memasukinya, Vladimira menyentakkan kepalanya ke belakang. Niccolo membebaskannya dari kungkungan rasa haus akan kebutuhan primitif ini. Niccolo memenuhi kebutuhan yang ia dambakan.

"Vladimira..." Niccolo mendesahkan nama Vladimira seolah-olah cintanya masih tetap sama seperti sedia kala.

"Nick..." Vladimira memanggil nama kecil itu tanpa merasa terbebani. Ia sama sekali lupa jika hubungan mereka telah berakhir.

Hentakan Niccolo membuat Vladimira menegang dan mengerang secara terus-menerus. Niccolo tidak berhenti. Vladimira memeluk tubuh Niccolo dengan erat. Vladimira menginginkan lebih.

Vladimira tersentak kaget ketika pintu perpustakaan digedor dengan keras, dan mereka terpaksa menyudahi cumbuan panas itu begitu saja.

Sulit bagi mereka untuk menyembunyikan sisa-sisa hubungan seksual yang baru saja terjadi, tapi mereka harus menghadapi siapa pun yang ada di balik pintu itu.

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang