40

29 1 0
                                    

"Marusia Brândusha Petrescu." Begitulah Marusia memberitahukan nama lengkapnya pada Vlad.

"Aku tidak mengenalmu sama sekali, kalau begitu."

"Apakah itu berarti Anda tidak jadi menginginkan saya sebagai pelayan pribadi?" Marusia bertanya-tanya.

"Aku tetap menginginkanmu, karena Ilona mengatakan bahwa kau adalah yang terbaik yang ia miliki," kata Vlad.

"Saya bukan yang terbaik!" elak Marusia, "Lola adalah pelayan Lady Szilágyi yang paling setia."

"Dia masih membutuhkan pelayan setia untuk dirinya sendiri, Marusia."

"Bukan itu masalahnya." Marusia menggeleng. "Beliau hanya ingin menyingkirkan saya, karena saya sedikit mengganggu. Kadang, saya sangat banyak omong."

"Aku tidak meragukan hal itu," tukas Vlad. "Seperti yang telah kukatakan kepada Ilona, aku akan—"

"Anda sudah akrab dengan beliau?" sela Marusia.

"Kelihatannya, selain perlu dijelaskan tentang tugas-tugas seorang pelayan pribadi, kau juga memerlukan sedikit perbaikan pada sopan santunmu," desis Vlad.

"Maafkan saya." Marusia membungkuk sekejap.

"Aku akan menjelaskannya padamu sambil berjalan-jalan di taman. Aku tidak menyukai suasana koridor yang membosankan. Hal pertama yang harus kau mengerti adalah kau harus selalu berjalan di belakangku."

Vlad segera berjalan menyusuri koridor yang mengarah ke luar istana cabang itu, dan Marusia berjalan tepat di belakangnya. Vlad berhenti secara tiba-tiba, membuat Marusia menabrak punggungnya.

"Terlalu dekat," kata Vlad tanpa repot-repot berbalik.

"Tapi Erzsebet selalu berjalan di belakang Anda dalam jarak sedekat ini," Marusia berkeras.

"Ada pengecualian untuknya," ujar Vlad sambil melanjutkan langkahnya lagi.

"Di mana dia sekarang? Mengapa Anda membutuhkan saya untuk menggantikannya?" cecar Marusia tanpa ada nada menuntut dalam suaranya.

"Aku sedang tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk berinteraksi dengannya," jawab Vlad datar.

"Tetapi, mengapa demikian?" desak Marusia.

"Jadilah gadis kecil yang baik dengan tidak membuatku jengkel atas pertanyaanmu yang beruntun itu, Marusia," kata Vlad sambil terus melangkah, "setidaknya untuk saat ini. Suatu saat nanti, mungkin aku akan membiarkanmu menanyakan apa pun. Bahkan, aku mungkin akan menjawab pertanyaanmu."

***

Brutus benar-benar meminjamkan satu set alat memanah miliknya kepada Erzsebet, dan gadis pirang itu mengucapkan terima kasih dengan setulus hati sebelum berlari ke halaman. Viorica mengejar dengan rambut cokelat gelap yang melambai-lambai cantik karena tertiup angin.

"Semoga aku mendapatkan kelinci, Viorica!" seru Erzsebet dengan penuh semangat.

"Tidak!" Viorica membalas, "Kita lari ke hutan saja! Di sana, kita bisa berburu babi!"

Erzsebet tertawa sambil terus berlari, menciptakan jarak antara dirinya dengan pintu masuk istana cabang.

"Tunggu aku!" teriak Viorica pada Erzsebet ketika menyadari paru-parunya sudah terasa terbakar, tetapi kawannya ternyata jauh lebih kuat.

***

"Jadi, apa lagi tugas saya selain selalu berjalan di belakang Anda seperti ini?" Marusia berinisiatif untuk bertanya, dan Vlad tersenyum tipis karenanya.

"Tugas pertamamu adalah..."

Vlad tidak melanjutkan ucapannya ketika mereka menuruni anak tangga menuju halaman istana. Marusia tidak mengetahui mengapa Vlad terus berjalan tapi tidak melanjutkan perkataannya, hingga akhirnya ia melongokkan kepalanya melalui samping lengan Vlad, dan mengetahui bahwa Erzsebet ada di kejauhan.

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang