15

52 4 79
                                    

Vladimira gagal memejamkan matanya, sebab hari esok terasa begitu menegangkan baginya.

Ia menoleh ke sebelah kiri, dan mendapati Arnelle sudah meringkuk di tepi ranjang. Gadis pelayan itu berkeras ingin kembali ke kamarnya sendiri, namun Vladimira melarang, sehingga gadis itu hanya berani menempati seperlima bagian ranjang besar di kamar itu.

Dengan gerakan yang lambat dan terkesan malas, Vladimira menyingkirkan selimut beludrunya, lantas memakai sandal bulunya, dan melangkah ke jendela.

Berbeda dengan anggota keluarga Ypsilantis yang lain, Vladimira memilih kamar yang ada di lantai dasar kastil. Dia sama sekali tidak menginginkan pemandangan dari ketinggian. Dia menyukai rumput yang menghiasi halaman kastil, dan beberapa bunga yang yang dirawat oleh ayahnya yang suka berkebun. Berkebun dan berperang adalah dua hal yang sangat berbeda, dan Marquess Ypsilantis hidup dengan keduanya. Vladimira mulai merasa bahwa ia harus melakukan hal yang sama; melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan perang.

Tapi, nyatanya, meskipun ingin, Vladimira mendapati dirinya seakan ditakdirkan untuk hidup di dunia perang. Dia merupakan seorang perancang formasi perang dan penasihat strategi perang yang bekerja bersama ayahnya. Dan ketika tidak mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan peperangan atau pertahanan, Vladdark akan mengajaknya perang otak dengan bermain catur. Untuk catur, Vladdark sangat jauh lebih pandai darinya.

Sekarang, kekaisaran Ottoman menjadi ancaman eksternal, sementara Vladimira sendiri sesungguhnya ingin mengobarkan perang pada rajanya. Padahal rajanya yang kejam itu adalah raja yang sangat dicintainya.

Rasa panas serasa membakar dada Vladimira ketika ia mengingat kembali segala hal yang telah ia lalui bersama Niccolo. Memikirkannya saja sudah mampu membuat betis Vladimira melemas seperti air, dan ia terduduk di lantai. Isakan mulai tercipta di tenggorokannya, dan air mata mulai mengaliri pipinya.

Mereka bertemu pada acara debutante Vladimira, dan itu terjadi tujuh tahun yang lalu—ketika Vladimira berusia lima belas tahun. Kastil Ypsilantis bersinar terang, musik dimainkan tanpa henti, dan segala hidangan disajikan dengan mewah. Ia mendapatkan kehormatan untuk berdansa bersama putra mahkota kerajaan Agorantis, dan begitulah mereka memutuskan untuk berteman.

Kedekatan Niccolo dengan Vladimira membuat raja Agorantis terdahulu memutuskan untuk menjodohkan mereka. Baik Niccolo maupun Vladimira menerima perjodohan itu tanpa memprotes, dan mereka jatuh cinta pada satu sama lain seiring berjalannya waktu.

Vladimira masih berusia tujuh belas tahun ketika bertunangan dengan Niccolo yang berusia dua puluh tiga tahun, tapi itu bukan masalah. Kemalangan justru datang setahun kemudian, ketika ayah Niccolo yang telah menjodohkan mereka tiba-tiba meninggal dunia karena serangan jantung. Saat itulah, ibu Niccolo—sang ibu suri—mulai mengambil peranan untuk mengatur segala aspek dalam kehidupan raja yang baru, termasuk kriteria pasangan sang raja.

"Lady," bisikan Arnelle membuyarkan segala kenangan yang melintas dalam kepala Vladimira, "ada apa?"

"Seandainya aku adalah wanita yang cukup beruntung," Vladimira mengulang ucapannya beberapa jam yang lalu, dan air mata semakin deras mengaliri pipinya.

Arnelle memeluk Vladimira sekali lagi, dan kali ini ia sepertinya mengerti apa yang dipikirkan oleh Vladimira.

"Bukankah Anda sudah belajar untuk merelakan apa yang telah diambil dari genggaman Anda?" bisik Arnelle, "Bukankah Anda telah mempelajarinya seumur hidup Anda? Saya juga. Saya mempelajarinya dari Anda." Dan meskipun berusaha menenangkan Vladimira, Arnelle justru ikut menangis bersamanya.

Vladimira menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher Arnelle, berharap aroma kerja keras gadis itu cukup untuk mengalihkan perhatiannya dari masa lalu yang tidak menyenangkan.

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang