36

42 2 62
                                    

"Katakan!" tuntut Erzsebet dengan tidak sabaran, karena Marusia hanya sibuk menatap mata birunya tanpa membuka bibir sama sekali sejak beberapa menit yang lalu.

"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Lady Szilágyi dengan Raja Matthias Corvinus," ungkap Marusia sembari memutar-mutar sejumput rambutnya yang memang sudah keriting. "Lady Szilágyi menyukai Lord Basarab."

"Astaga, bahkan ular yang lewat pun bisa tahu tanpa harus melakukan pembicaraan ini!" sembur Erzsebet.

"Tapi Raja Matthias mengizinkan sepupunya itu menikah dengan Lord Basarab hanya untuk mengikat Lord Basarab, kemudian mereka berencana untuk merebut kembali Wallachia. Dalam misi perebutan itu, Lord Basarab akan diperintahkan untuk memimpin pasukan yang dipinjamkan oleh Raja Matthias. Dan kau tahu apa yang akan terjadi setelah Wallachia kembali ke tangan Lord Basarab?"

"Itu bahkan bukan urusanku." Erzsebet berusaha tidak mengacuhkan penjelasan Marusia. "Tapi, yang pasti, Szilágyi akan menjadi putri di sana."

"Salah!" seru Marusia. "Wallachia akan dikuasai oleh Matthias, dengan alasan bahwa daerah itu direbut atas jasanya meminjamkan pasukan. Pada akhirnya, Lord Basarab hanya akan menjadi boneka bagi Raja Matthias dan Lady Szilágyi."

"Tak seorang pun akan bisa menjadikan Tuan Tepesh sebagai boneka mereka," sanggah Erzsebet.

"Mengapa tidak? Saat ini pun Lord Basarab tidak berusaha kabur, 'kan? Padahal dia adalah tahanan rumah. Dia bukan dikurung di penjara, tetapi dia tidak mencari cara untuk keluar. Kau pikir kenapa bisa begitu? Kupikir, Lady Szilágyi sudah membuat Lord Basarab terjerat oleh pesonanya."

"Pesona apa?!" pekik Erzsebet, "Dia bahkan sama sekali tidak cantik! Gadis desa penuh debu yang pernah kutemui di pasar bahkan jauh lebih cantik daripada dirinya!"

"Terkadang, tidak butuh kecantikan untuk memikat seseorang," kata Marusia. "Lady Szilágyi punya daya tarik yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata, dan itu bukanlah kecantikan. Kalau hanya kecantikan yang dibutuhkan untuk memikat para pria terhormat, maka kau pasti sudah keluar dari tempat ini sebagai seorang ratu, Erzsebet."

"Tapi, apa gunanya kau mengatakan semua ini kepadaku? Kau lahir di sini, dan keluargamu terikat dengan keluarga kerajaan Hungaria, bukankah begitu? Apakah kau berusaha menjebakku?!" tuduh Erzsebet.

"Aku ingin kau memberitahukan jebakan Raja Matthias dan Lady Szilágyi kepada Lord Basarab."

"Kau menjebakku!"

"Tidak!" Marusia menggeleng. "Dia tidak akan mendengarkanku, tetapi dia akan mendengarkanmu. Kau harus memperingatkannya, atau hidupnya akan menjadi sangat buruk di masa depan."

"Apa untungnya bagimu? Untuk apa kau mau repot-repot memberitahunya? Tidak ada yang gratis di dunia ini, dan kau pasti meminta balasan yang pantas. Katakan apa maumu!" Erzsebet menahan bahu Marusia dengan kedua tangannya, menjepit gadis berambut merah itu di antara dirinya dan dinding, persis seperti yang tadi dilakukan oleh Brutus pada gadis yang sama.

"Aku ingin Lord Basarab kembali padamu."

"Kembali!" jerit Erzsebet, "Apa maksudnya itu?!"

"Bukankah aku pernah mengatakan padamu jika kau cocok bersama Lord Basarab?" Marusia tetap berwajah datar. "Aku ingin kalian kembali bersama-sama, karena kalian terlihat seperti dua lilin yang disulut dengan api yang sama. Kau pantas mendapatkan Lord Basarab kembali."

"Apa untungnya ini bagimu?" Erzsebet menekan bahu Marusia dengan lebih kuat, sehingga gadis itu akhirnya meringis kesakitan.

"Tidak ada," ungkap Marusia lirih. "Aku hanya suka berteman denganmu, meskipun kau sangat tertutup dan terkesan angkuh bagi sebagian besar orang. Bagiku, kau cukup menarik."

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang