Erzsebet bersembunyi di balik pintu, sementara Vlad membukakan pintu kamarnya untuk siapa pun yang mengetuk sepagi ini. Erzsebet setengah terlonjak ketika mendengar Vlad mengumpat dalam bahasa Rumania, dan ia segera keluar dari persembunyian setelah menyimpulkan bahwa siapa pun yang datang pastilah bukan Ilona.
"Hanya Marusia," Vlad memberitahu Erzsebet yang sudah melihat sendiri siapa yang datang.
"Hanya Marusia," Marusia menirukan, kemudian menambahkan, "membawa tiga porsi menu sarapan."
"Tidak ada yang mengikutimu?" tanya Vlad sambil celingukan.
"Hampir semua orang masih tidur, Lord," jawab Marusia.
"Masuklah," perintah Vlad seraya minggir untuk memberi jalan bagi Marusia, kemudian menutup pintu kamarnya lagi.
Marusia segera meletakkan nampan berisi makanan di atas meja dekat jendela, lalu berdiri diam di sana karena Vlad dan Erzsebet juga masih berdiri di dekat pintu.
"Kau tahu jika aku ada di sini?" Erzsebet melipat tangan di depan dada dengan sikap defensif.
"Kurasa, semua pelayan istana cabang ini sudah tahu, dan hanya menunggu waktu sampai salah satu dari mereka mmebocorkannya ke pelayan istana utama dan istana cabang satunya," sahut Marusia. "Makan?" tawarnya kemudian.
"Seharusnya para pelayan di istana cabang ini bisa lebih bijak demi diri mereka sendiri," ujar Vlad sembari berjalan ke arah meja di dekat Marusia, lalu duduk di salah satu kursi. "Hanya ada dua kursi."
"Kenapa tidak makan di sini saja?" Erzsebet menunjuk karpet yang membentang di seluruh permukaan lantai kamar itu. "Duduk di bawah beramai-rami tidaklah terlalu buruk."
"Marusia." Vlad mengedikkan kepala ke arah Erzsebet, menyiratkan bahwa ia menerima usulan gadis pirang tersebut.
"Baik." Marusia mengangguk, lantas membawa nampan berisi makanan tadi ke tempat di mana Erzsebet berdiri.
Marusia meletakkan nampan makanan tadi di bawah, dan mereka bertiga duduk mengelilinginya. Menu sarapan hari itu cukup ringan untuk perut mereka bertiga, namun segelas susu untuk tiap orang berhasil membuat mereka merasa cukup kenyang setelahnya.
"Bagaimana keadaan gadis itu?" Marusia memecah keheningan. "Maksud saya adalah Clara. Bagaimana keadaan Clara setelah dikembalikan ke kamarnya?"
"Dia butuh bantuan pengawal untuk bisa mencapai kamar kami," Erzsebet yang menjawab, "tapi aku tidak tahu kabar selanjutnya. Kurasa, Viorica dan Codruta akan merawatnya dengan baik. Dia sekarat."
"Dia pantas sekarat," dengus Vlad.
"Ya, dia sangat pantas," Marusia menyetujui.
"Erzsebet, kurasa kau bisa membantuku menjelaskan pada Marusia mengenai tugas-tugasnya sebagai pelayan pribadiku." Vlad menatap Erzsebet.
"Aku tidak yakin aku sendiri mengerti," ucap Erzsebet ragu-ragu.
"Saya rasa saya sudah mengerti, Lord," kata Marusia dengan senyuman penuh percaya diri. "Saya harus membawakan sarapan Anda, menyiapkan pakaian Anda, menemani Anda berkeliling, dan mematuhi perintah-perintah Anda."
"Ah, gadis pintar!" seru Erzsebet sambil menepuk kepala Marusia.
"Sedang apa Ilona saat ini?" tanya Vlad pada Marusia secara tiba-tiba.
"Biasanya beliau masih tidur, dan baru akan bangun pada jam delapan pagi," jawab Marusia santai.
"Kau bisa tetap di sini sampai waktu itu tiba," kata Vlad pada Erzsebet.
"Jadi, kalian sudah baikan, ya?" Marusia tampak senang.
"Ah, aku ingat." Vlad bangkit, kemudian mencari-cari sesuatu di dalam lemarinya. "Marusia, kau harus dihukum karena sikapmu yang suka berbelit-belit dan sulit untuk berterus terang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Vladimira
Historical FictionDemi ambisinya untuk menjadi kaisar Imperium Romanum Novum, Raja Niccolo dari kerajaan Agorantis memutuskan pertunangannya dengan Lady Vladimira-putri Marquess Ypsilantis. Sementara itu, Vlad Tepesh, sang pangeran Wallachia yang terkenal kejam dan t...