47

26 1 0
                                    

Viorica menambah kecepatan langkahnya setelah Vlad mengatakan bahwa ia bergerak seperti seekor siput penderita busung lapar. Namun, ia mendadak berhenti ketika melihat seorang pelayan berambut hitam berlari keluar dari kamarnya seperti orang ketakutan.

"Clara, ada apa?!" Viorica meraih tangan pelayan berambut hitam itu ketika mereka bersimpangan.

Clara tidak mengatakan apa pun. Ia menatap ngeri pada Vlad yang berdiri di belakang Viorica, dan memutuskan untuk menyingkirkan tangan Viorica dengan kasar, kemudian berlari dengan lebih cepat.

Codruta keluar dari kamarnya, dan tersenyum cerah ke arah Viorica. Ia berseru riang, "Astaga, kau tidak berbohong! Sungguh, Tuhan memberkati orang-orang yang berkata benar!"

"Kau bicara pada siapa?" tanya Viorica seraya melongok ke dalam kamar mereka, dan mendapati Marusia sudah berada di sana.

"Selamat pagi, Lord," sapa Codruta pada Vlad sembari menekuk lutunya dan setengah membungkuk.

Vlad memasuki kamar tersebut, dan mendapati Marusia sedang membujuk Erzsebet untuk memakan seiris apel.

"Apa yang kau lakukan di sini, Marusia?" tanya Vlad dingin.

"Anda mengatakan bahwa saya harus pergi dari hadapan Anda sampai Anda sendiri yang memanggil saya lagi, jadi, saya memutuskan untuk menjenguk Erzsebet." Marusia bangkit dari duduknya, lantas menekuk lutut hormat pada Vlad. "Codruta telah mengambilkan menu sarapan lengkap untuk Erzsebet, dan Viorica telah merawatnya sejak semalam. Erzsebet demam parah, Lord, tetapi Clara memakinya dan mengatainya sebagai orang yang suka cari perhatian. Saya sudah mengusir Clara semampu saya, tapi masalah kita sekarang adalah keadaan Erzsebet sendiri."

"Dia menolak memakan apa pun, Lord!" Codruta menambahkan, "Kami sangat khawatir."

"Kalian semua, keluar," perintah Vlad lirih.

Marusia memberikan sebuah kecupan pada jari-jari tangan kanan Erzsebet, mengucapkan harapannya agar Erzsebet cepat sembuh, dan mengajak dua pelayan yang lain untuk keluar dari sana.

Erzsebet terlalu lemah untuk mencegah teman-temannya pergi, dan harus menerima kenyataan bahwa ia telah jatuh dalam cengkeraman mata tajam Vlad Tepesh.

Viorica menutup pintu kamar itu, dan hanya keheningan yang tertinggal bersama Erzsebet dan Vlad.

Vlad memandangi Erzsebet dengan teliti, dari ujung rambut yang berantakan sampai ujung kaki yang tertutup selimut. Kulit putih Erzsebet sudah sangat pucat, dan rona yang menandakan keberadaan darahnya pun sudah tidak tampak. Mata birunya tetap jernih, dibingkai oleh kelopak dan pelupuk mata yang tampak membengkak dan menghitam. Vlad mengernyitkan kening, serta mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dan Erzsebet tidak suka dipandangi seperti itu, seolah-olah dirinya adalah makhluk menjijikkan yang sedang cari perhatian.

***

Cincin kawin Niccolo dan Viktoriya adalah sepasang cincin emas putih bertatah batu ametis yang biasa saja.

Bibir Irene membentuk sebuah lengkungan mencibir, tanpa meluncurkan satu pun kata dari mulutnya.

Di belakang Irene, raut wajah Marcus tak kalah kecutnya. Ia tetap berpikir bahwa pernikahan Niccolo dan Viktoriya tidaklah indah, karena dasarnya hanya masalah politik. Ia tidak peduli pada kenyataan bahwa sebagian besar pernikahan keluarga kerajaan memang seperti itu, dan ia tetap menganggap bahwa pernikahan kedua mempelai tak akan berakhir baik.

Vladimira tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dan tubuhnya pun sudah tidak menegang seperti ketika kedua mempelai mengucapkan janji pernikahan. Ia tampak lebih tenang, sehingga Giovanni harus berbisik di telinganya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang