23

39 3 27
                                    

"Tidak penting dari keluarga mana Arnelle Lorraine berasal, karena kepalanya menyimpan lebih banyak hal berguna dibandingkan sebagian besar kepala yang ada di sini," desis Vladimira dengan keberanian yang cukup besar.

Vladdark berjalan di belakang kakaknya, dengan wajah yang setengah menengadah pongah. Gestur Lord Ypsilantis itu sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar hadirin, namun tetap terkesan kasar bagi sebagian yang lain.

Seluruh hadirin kembali dikumpulkan di aula besar, dan Niccolo mulai mengambil tempat untuk memulai pidatonya, bersama Viktoriya di sisinya.

"Kita semua masih dalam kondisi berkabung atas mangkatnya Kaisar Dominikus," Niccolo memulai, "tetapi dengan sangat menyesal harus kukatakan, bahwa kekaisaran kita sedang terancam oleh bahaya dari luar. Kita tidak bisa berlarut-larut dalam perkabungan, karena kita harus segera mengambil tindakan demi keselamatan kekaisaran kita."

"Aku mengundang kalian ke sini untuk membahas mengenai Ottoman," Viktoriya menambahkan. "Jatuhnya Byzantium tidak boleh terulang pada kita. Kurasa, hampir semua orang di sini sudah mengetahui bahwa kekaisaran kita sedang mengalami ketegangan dengan kekaisaran Ottoman."

Lebih dari setengah hadirin menggumamkan ketidaktahuan mereka atas masalah yang menghadang di depan mata, dan beberapa orang dari Mariante justru mencecar Viktoriya dengan pertanyaan mengapa mereka justru berkumpul di Agorantis dan bukannya di Mariante.

"Padahal Mariante adalah negara asal kaisar sebelumnya, dan masih berlaku sebagai basis pemerintahan kekaisaran sampai kaisar selanjutnya terpilih," imbuh seorang marquess yang berkumis sangat tebal dan berambut sangat hitam. Itu adalah Marquess Gonzaga yang rajin surat-menyurat dengan Marquess Ypsilantis.

"Aku hanya kebetulan sedang berada di sini, sehingga aku tidak terpikir untuk mengadakan pertemuan di kerajaanku sendiri," jawab Viktoriya seada-adanya.

"Dan mengapa Putri Viktoriya berada di sini akan kami jelaskan ketika diskusi kita sudah berakhir," kata Niccolo lagi. "Tapi, pertama-tama, aku ingin tahu," Niccolo angkat bicara lagi, "tidak adakah yang datang dengan persiapan? Segala sesuatu mengenai keamanan negara ini? Ide atau sekadar pengetahuan?"

"Bagaimana kami bisa menyiapkan segala sesuatu mengenai keamanan kekaisaran jika kami bahkan tidak mengetahui jika ada ancaman?" Seorang marquess bermata violet dari Mariante mendecih.

"Ypsilantis punya cukup persiapan, Yang Mulia," sahut Vladimira sembari berjalan mendekati Niccolo dan Viktoriya, dengan Arnelle berjalan di belakangnya. "Ypsilantis bersaudara dan pelayan setia mereka; Arnelle," tambah Vladimira. "Kami tidak mungkin datang dengan kepala kosong."

"Jadi, kalian memiliki saran untuk menghadapi ancaman dari Ottoman?" Viktoriya mendekati Vladimira, dan berdiri tepat di hadapan putri Marquess Ypsilantis tersebut.

"Saya akan menjelaskan saran saya, jika seluruh raja, ratu, dan putri di sini bersedia memberi saya kesempatan untuk bicara," ujar Vladimira.

"Silakan berdiri di sebelah kiriku, kemudian jelaskan rencana terbaikmu untuk melawan Ottoman, Lady Ypsilantis," Niccolo mempersilakan.

Vladimira berjalan melewati Viktoriya dengan cepat, sehingga Viktoriya tertampar oleh aura angkuh yang terpancar dari diri Vladimira. Viktoriya berbalik untuk menatap punggung Vladimira yang berjalan mendekati Niccolo, dan ia bisa menyaksikan keanggunan seorang ratu terpancar dari dalam diri gadis berambut cokelat kepirangan tersebut.

"Saya, bersama adik laki-laki saya, juga bersama Arnelle yang setia," Vladimira memulai, "telah mempelajari Ottoman semaksimal mungkin, dan menyimpulkan bahwa mereka bisa mencaplok wilayah-wilayah tertentu karena kurangnya kesetiaan dan ketangguhan para prajurit di wilayah tersebut, dan kurangnya bantuan dalam melawan Ottoman. Dan yang paling penting dari masalah ini adalah Ottoman sangat percaya diri. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menghancurkan kepercayaan diri mereka."

"Dan bagaimana caranya melakukan itu, Lady Vladimira Septima Ypsilantis?" tanya ratu Agapena yang berambut pirang madu sembari berjalan mendekati Vladimira.

"Salam, Ratu Irene dari Agapena," ucap Vladimira sembari membungkuk serendah mungkin, "sudah lama kita tidak bertemu."

"Berhentilah berbasa-basi denganku, Vladimira, dan jawab saja pertanyaanku," ujar Irene dengan cepat. "Aku tahu, kau tidak akan pernah mengatakan apa pun kecuali kau sudah memiliki rencana dalam kepalamu."

Irene tersenyum pada Vladimira, dan senyuman itu terlihat berkebalikan dengan suaranya yang terkesan angkuh dan tajam. Senyumannya terkesan tulus dan lembut, begitu pas pada wajahnya yang teduh tanpa kesan kekeraskepalaan.

"Kita harus mengumpulkan bala bantuan sebanyak-banyaknya, dan membuat Ottoman merasa kecil karena pasukan gabungan kita berkali-kali lipat lebih banyak daripada pasukan Ottoman," jelas Vladimira.

"Bala bantuan?" Suara Marquess Laskaris memecah keheningan setelah Vladimira berhenti bicara.

"Meminta bantuan dari setiap keluarga kita yang berada di negara lain, dan membujuk kerajaan yang tidak pernah memiliki hubungan dengan kita dengan menjanjikan pertukaran yang adil," Vladimira menerangkan lebih lanjut.

"Bantuan kekeluargaan?" Lord Borromeo tersenyum pada Vladimira, "Ide yang sangat bagus, Lady Ypsilantis. Keberanianmu dalam mengutarakan ide ini pantas mendapatkan penghargaan dari Yang Mulia Raja Niccolo."

"Aku hampir memberikan tepuk tangan kekagumanku, Lord Borromeo," sela Niccolo dengan tajam, "sebelum menyadari gagasan yang kedua. Menjanjikan pertukaran yang adil terdengar terlalu sulit untuk dilakukan."

"Kita hanya perlu mencoba, Yang Mulia," Vladimira berkeras. "Jika negara lain itu mau membantu kita, maka kita akan membantu mereka juga ketika mereka dalam kesulitan yang sama. Itulah pertukaran adil yang saya maksudkan."

"Dan sementara para raja berdiskusi dengan raja-raja kerajaan lain itu, Ottoman akan memiliki kesempatan untuk menyerang," kata Niccolo, meremehkan ide Vladimira.

"Tentu saja bukan para raja yang akan pergi," tukas Vladimira, "melainkan para bangsawan yang tidak harus berada di garda depan pertempuran. Para marquess jelas harus selalu siap siaga di setiap perbatasan kekaisaran, tetapi para duke dan count tidak. Duke, count, dan setiap putra-putri bangsawan di kekaisaran ini bisa pergi ke negara-negara lain untuk mencari bantuan eksternal yang saya bicarakan tadi. Beberapa bisa membujuk para raja, dan yang lainnya bisa menemui sepupu jauh mereka. Kita semua berasal dari berbagai kekaisaran dan kerajaan, sehingga sangat mustahil jika kita tidak mendapatkan bantuan sama sekali."

"Jadi, maksudmu, putraku harus pergi mencari bantuan ke Kekaisaran Romawi Suci?" Marquess Gonzaga terlihat tidak menyukai gagasan itu.

"Jika Anda mengharapkan kekaisaran kita bisa memukul mundur Ottoman, maka jawabannya adalah iya," jawab Vladimira dengan tegas.

"Kau meminta seluruh bangsawan untuk bergerak, Lady," celetuk Viktoriya setelah sekian lama hanya menyimak, "tapi bagaimana dengan keluargamu? Apakah kalian juga akan ikut terjun? Ataukah kau hanya pandai bicara?"

"Ypsilantis memiliki lebih banyak hal yang bisa dilakukan, Yang Mulia," kata Vladimira dengan senyuman sinis tersungging di bibirnya. Kepercayaan dirinya tercium begitu jelas di udara. "Keluarga Ypsilantis akan mempertaruhkan banyak hal, bahkan membayar sangat mahal untuk setiap tindakannya. Anda ingin saya menjelaskan lebih lanjut mengenai apa yang bisa kami lakukan? Saya akan melakukannya dengan senang hati. Saya tahu, Anda tidak akan puas sampai seluruh pertanyaan dalam kepala Anda itu terjawab."

"Jelaskan apa yang bisa kalian lakukan, Lady Ypsilantis," perintah Viktoriya, "dan kuharap itu cukup mengesankan, sehingga keluarga bangsawan yang lain akan menjadikanmu sebagai panutan mereka."

"Tentu saja dia akan menjadi panutan untuk mereka semua," Irene menyela dengan seringaian di wajahnya, "dan aku sama sekali tidak meragukannya. Tapi, ada baiknya kita biarkan dia benar-benar menjelaskan rencananya. Vladimira, katakan rencana aliansimu yang brilian itu. Apakah kau hendak mempertaruhkan kepalamu yang hanya satu itu?"

"Kepala saya?" Vladimira tertawa, "Itu harga yang terlalu remeh. Yang saya pertaruhkan ini adalah kepala saya dan kepala adik saya. Ayah saya bisa kehilangan seluruh pewarisnya jika kami gagal!"

"Aliansi macam apa ini, Vladimira?!" Niccolo serta-merta meraih lengan Vladimira dan mencengkeramnya dengan kuat, "Ke mana kau akan pergi?! Siapa yang akan kau temui?!"

Refleks Niccolo itu membuat semua mata yang ada di aula besar tertuju pada sang raja Agorantis dan Lady Ypsilantis.

-Emer Emerson-

Lady VladimiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang