Vladimira mendengarkan penuturan Erzsebet, bahwa Brutus akan dengan senang hati ikut bersama mereka pergi dari Hungaria, sementara Viorica memutuskan untuk menetap sebagai mata-mata. Semuanya dibisikkan di telinga Vladimira, sehingga tidak ada seorang pun yang mendengarnya, termasuk Vlad dan Marusia.
Vladimira mengangguk paham, lantas melanjutkan perjalanannya meninggalkan kapel. Viorica berjalan di belakangnya, terus menemani sampai ke istana cabang timur laut.
"Vladimira!" Vlad memanggil saat Vladimira melintasi aula depan istana cabang tempat mereka tinggal.
"Ya, Lord?" Vladimira berbalik untuk menatap sang pangeran Wallachia.
"Tidak berniat menemui Matthias seperti rencana awalmu?" tanya Vlad.
"Kurasa, akan lebih baik jika dibicarakan setelah makan malam," jawab Vladimira.
"Bersedia makan siang bersama?" Vlad terdengar seperti menawarkan.
"Uhm, ya." Vladimira mengangguk.
"Aku ingin kau menceritakan seperti apa Romanum Novum," pinta Vlad.
"Sangat indah," ucap Vladimira.
"Aku juga ingin kau menceritakan tentang keluarga Ypsilantis yang ada di sana," imbuh Vlad.
"Aku akan menceritakan semuanya nanti," janji Vladimira, "karena kau dan Erzsebet memang berhak untuk tahu."
"Kau mau menghabiskan waktu di taman?" Vlad menawarkan lagi.
"Ilona menunggumu," Vladimira mengingatkan.
"Jalan-jalan bersama," sela Erzsebet, "pasti menyenangkan. Hanya berduaan dengan Ilona mungkin sedikit membosankan."
"Ya, baiklah," kata Vladimira akhirnya. "Lagi pula, aku tidak memiliki hal lain untuk dilakukan. Viorica, tetaplah bersamaku."
Vladimira berjalan di samping Vlad, dengan Viorica dan Marusia berjalan di belakang mereka, sementara Erzsebet hendak pergi ke tempat lain.
"Kau tidak ikut?" tanya Vladimira pada Erzsebet sebelum gadis pirang itu benar-benar jauh.
"Keadaan akan jauh lebih baik tanpaku, percayalah," tukas Erzsebet seraya melanjutkan langkahnya, masuk semakin jauh ke dalam istana.
Vladimira pun melanjutkan langkahnya bersama Vlad Tepesh. Sama seperti yang selalu terjadi ketika mereka berdekatan, jantung Vladimira bertalu-talu seolah mau meledak.
"Ilona tidak menyukainya," Vlad memberitahu Vladimira.
"Apakah ada masalah di antara mereka?" tanya Vladimira.
"Cemburu pada satu sama lain?" Marusia menyela dengan opininya.
"Marusia, jaga sikapmu!" Viorica menegur.
"Masalah hati, ya?" Vladimira tertawa. "Dua wanita, mencintai pria pemimpin yang sama, tapi salah satu wanita itu lebih cocok untuk dinikahi karena dianggap akan membawa keuntungan. Menyedihkan bagi wanita yang satunya—yang tidak bisa menawarkan apa pun selain pengabdian dan kasih sayangnya."
Vladimira terdiam, mengingat bahwa dirinya sendiri pun menghadapi kasus yang sama. Bahwa dirinya sendiri pun tak bisa menawarkan apa pun selain pengabdian dan kasih sayang. Dan ia ditinggalkan.
"Tidak ada apa pun antara aku dan Erzsebet, kecuali aku mengasihinya karena dia adalah adik perempuan Konstantin," jelas Vlad, menarik Vladimira keluar dari lembah lamunan. "Dan, omong-omong tentang Konstantin, kau menyebutkan ciri yang terlalu umum tentang dirinya. Kau menyebutnya pirang, mungkin karena kau sudah melihat Erzsebet yang berambut pirang. Mengenai kalungnya, mungkin kasusnya pun sama. Mengenai pedang dan senyuman, kau bisa saja mendengarnya dari siapa pun. Tapi ada satu hal yang sangat melekat dalam dirinya, yang tidak mungkin luput dari perhatianmu jika kau memang bertemu dengannya. Jika kau bisa mengatakan satu ciri khas itu padaku, maka aku akan percaya jika kau sudah bertemu dengan Konstantin, dan aku akan menerima tawaranmu dengan lebih ringan hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Vladimira
Historical FictionDemi ambisinya untuk menjadi kaisar Imperium Romanum Novum, Raja Niccolo dari kerajaan Agorantis memutuskan pertunangannya dengan Lady Vladimira-putri Marquess Ypsilantis. Sementara itu, Vlad Tepesh, sang pangeran Wallachia yang terkenal kejam dan t...