Cahaya matahari yang bersinar menembus sela sela jendela dikamar Arlan, membuat ia menggeliat dan membuka matanya perlahan. Ia mengubah posisinya menjadi duduk di tepi ranjang dan kakinya menyentuh lantai,ia memegang kepalanya yang terasa pusing memikirkan soal yang akhir akhir mengganggu pikirannya, apalagi hari ini adalah hari dimana ia harus bertunangan dengan gadis dari kembaran sahabat orang yang dicintanya,ntah perasaan itu kapan datangnya, Arlan tak tau tapi saat berada didekat Lisa ia berasa nyaman dan tak mau jauh darinya, tapi gengsi nya aja yang terlalu tinggi belum bisa membalas perasaan Lisa kepadanya padahal mereka berdua saling mencintai.
Arlan bangkit dari duduknya menuju kamar mandi yang berada dikamarnya. Kebetulan ini hari minggu jadi Arlan baru bangun sebab tadi malam hingga jam 1 Arlan tidak bisa tidur karena kepikiran.
Setelah sekitar 15 menit Arlan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang bertengger di pinggangnya,ia menuju lemari pakaiannya dan mengambil kaos hitam oblong dan celana pendek selutut,lalu handuk tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Arlan mengambil sisir dimeja rias,dan setelah menyisir rambutnya ia mengambil parfum dan menyemprotkan di leher, tengkuknya,dan di pergelangan tangan nya.
Setelah itu Arlan keluar dari kamarnya dan turun kebawah,menuju meja makan untuk sarapan.
Setelah sudah berada di meja makan ia menarik kursi lalu duduk,disana sudah ada papa dan mamanya.
Karin mengambil kan piring untuk Arlan " Arlan mau makan apa sayang?"
"Arlan bisa ambil sendiri" ucap Arlan,lalu mengambil piring lain,dan mengambil lauk pauk yang sudah tersedia disana
Karin menghembuskan nafasnya dengan pelan,dan menaruh kembali piring yang ia ambil tadi
Detik berikutnya hanya ada suara dentingan sendok,tak ada yang membuka suara
Sekitar 10 menit Arlan telah selesai dengan sarapannya,lalu ia meminum segelas air putih hingga tandas. Kemudian ia beranjak dari sana, membuat Karin membuka suaranya
"Arlan mau kemana?"
"Kamar" jawab Arlan dengan singkat lalu pergi menuju kamarnya
Setelah sampainya ia dikamar Arlan langsung menuju meja belajarnya,dan duduk dikursi. Soal pertunangan nya dengan Rafani ia sudah menceritakan kepada Dirga,Leon,Galang,dan Vano.
Arlan merasa bersalah kepada sahabatnya Vano,karena Vano sejak dulu memang menyukai Rafani, soal pertunangan Arlan dan Rafani ia sudah tau karena Rafani telah menceritakannya. Galang dan Leon sangat kaget saat Arlan menceritakan soal pertunangan ini.Flashback on.
Tadi malam mereka berlima berkumpul dirumah Dirga dan mereka berlima berada dikamar Dirga ,karena Arlan menyuruhnya. Arlan bercerita tentang ini semua kepada teman-teman nya itu.
"Apa lo bilang?" Sentak Leon,saat Arlan sudah menceritakannya semua
Leon tanpa aba-aba menonjok wajah Arlan, membuat Arlan memalingkan wajahnya dan memegang pipinya yang terasa nyeri, Galang yang berada didekat Leon langsung menahan Loen saat ia ingin memukul Arlan kembali
"Udah Yon, ini juga bukan salah Arlan sepenuhnya" lerai Galang
"Gue tau lu kayak gini karena Lisa kan?" Tanya Dirga,dan Leon tidak menjawab ia berusaha menetralkan emosinya ingin sekali menonjok wajah Arlan kembali,tapi ia tahan,karena betul ucapan Galang ,gak sepenuhnya salah Arlan disini
Arlan melirik Vano yang sedari diam
"Van maafin gue"Vano menatap wajah Arlan dengan datar " bukan salah lo sepenuhnya"
"Mungkin emang udah takdirnya gini" lanjut Vano kembali
"Tapi kalau Arlan ngomong kalau dia udah suka ama Lisa ,ke bokap nyokap nya semua gak kayak gini" ketus Leon
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLA (END)
Teen Fiction"Lo mau kan jadi cowok gue?" ucap gadis itu dengan mata berbinar "nggak" ucap pria itu dan segera menepis tangan gadis yang memegang tangannya "Kenapa nggak mau?" ucap si gadis itu dengan nada kesal "Lo burik" setelah mengatakan itu pria tersebut se...