13-Penjelasan

4.4K 333 48
                                    

Alstar memasuki rumahnya. Malam itu sekitar pukul 11.30 p.m. suasana di rumah sangat sepi karena Catlea, Papah, dan Mamah barunya yang masih berada di rumah sakit. Darah yang mengalir di wajah dan di tangannya sudah sedikit mengering, meskipun lukanya masih begitu sakit.

Ia ingin meminta Bi Inah untuk mengobatinya seperti biasa. Setiap Alstar terluka oleh Papahnya, Bi Inah lah yang selalu mengobati luka-luka Alstar. Namun sepertinya Bi Inah sudah tidur di kamarnya, maka Alstar memilih untuk mengobati sendiri luka-lukanya.

Alstar pergi ke dapur untuk mengambil kotak P3K. Lalu ia membawanya ke dalam kamar. Ia duduk di depan meja belajarnya, meletakkan kotak itu dan mengambil kapas serta betadin di dalamnya. Perlahan ia mengobati luka di keningnya, kemudian ia mengobati luka-luka di kedua telapak tangannya.
Setelah itu, ia mengambil kasa dan melilitkannya di telapak tangan kanan dan kirinya. Lalu mengambil plaster dan menempelkan plaster itu di keningnya.

Setelah selesai Alstar memilih untuk berganti pakaian sebelum akhirnya ia merebahkan dirinya di atas tempat tidur.

🍂

"Eh jadi bener yang kemarin di tabrak itu Catlea?" Tanya Geo memastikan.

"Iya anjir serius, Gue aja pas denger kabar itu langsung lemes." Jawab Nino.

"Terus keadaan Catlea gimana?" Tanya Brian khawatir. Ia sudah mendengar kabar kecelakan Catlea dari grup sekolah kemarin malam. Namun, ia belum sempat ke rumah sakit untuk melihat kondisi Catlea karena sudah larut malam.

Jerry, Nino, Geo, Marshel dan Zero kompak menaikan bahunya tanda tidak tahu.

Brian membuang nafasnya kasar, semoga gadis itu baik-baik saja.

"Eh btw ketua kita mana ini? 15 menit lagi udah mau masuk." Ucap Geo.

"Ya paling gak masuk cuy, kan doinya masuk rumah sakit." Sambar Jerry.

"Mantan woy mantan. Lo gak inget kemarin di kantin si Alstar bilang kalau mereka udah putus?" Koreksi Zero.

"Eh iya mantan maksud gue, lupa yaelah Zer muka lo biasa aja dong, kok kek minta di tampol gitu?" Balas Jerry.

Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba pintu kelas terbuka menampilkan Alstar di sana. Kemudian ia berjalan dan mendaratkan bokongnya di tempat duduknya.

Brian berjalan ke meja Alstar dan duduk di bangku kosong yang ada di samping Alstar di ikuti oleh teman-temannya yang lain.

"Keadaan Catlea gimana?" Tanya Brian.

"Gue belum kesana lagi," jawab Alstar singkat.

Pelajaran jam pertama di mulai. Namun, Alstar tak fokus pada guru yang tengah berdiri di depan kelas sambil menerangkan materi. Pikiran Alstar pergi kemana-mana. Yang pertama ia memikirkan Lintang, kedua Catlea dan ketiga Papahnya. Apa kabar gadis itu? Setelah ia memintanya untuk pulang sendiri saja, ia tak mendapatkan kabar apa-apa lagi dari Lintang. Padahal Alstar sudah berpesan jika sudah sampai rumah, kabari dia. Tapi gadis itu tak memberikan kabar apa-apa, semoga dia baik-baik saja.

Pelajaran jam pertama selesai, kini waktunya pelajaran jam kedua yaitu Fisika. Tapi berhubung gurunya sedang berhalangan hadir, jadi kelas Alstar sedang Free sekarang.

"Eh itu tangan lo dua-duanya kenapa Star?" Tanya Marshel saat sadar kedua tangan Alstar yang di balut perban.

"Eh ini juga, jidat lo kenapa? Kaya abis kepentok? Tapi ini parah banget anjir." Ucap Nino.

"Biasalah, ulah Bokap. Ada masalah yang di salahin gue, meskipun bukan gue yang lakuin. Kalo lagi ada masalah di kantornya, lampiasinnya ke badan gue. Sampe kebal gini badan gue." Alstar terkekeh pelan.

ALSTARAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang