48-Jebakan Papah

2.5K 133 1
                                    

Info penting! Baca dulu!!!⚠️

Jadi hari ini aku bakal double
Up sampe part terakhir alias END
Jadi baca part ini sampai habis ya,
Alhamdulillah banget aku udah bisa menyelesaikan cerita pertamaku ini.

Nulis cerita kek gini kan capek yah, menguras tenaga juga pikiran. Jadi boleh donk aku minta vote dan comment dari kalian sebagai bentuk apresiasi buat aku.

Dan aku juga berterima kasih banget sama readers aku yang selalu setia baca cerita ini sampe end. Sehat selalu kalian... <3

Dua bulan berlalu dengan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan berlalu dengan baik-baik saja. Usaha Alstar dan Arga juga sekarang sudah membaik. Itu semua juga berkat bantuan dari Jerry dan teman-teman Alstar yang lain.

Lintang mencepol rambutnya sambil berjalan ke ruang tengah. Wanita itu duduk di salah satu sofa sembari mengusap keringatnya yang mengalir di pelipis matanya. Nafasnya terasa sesak karena perutnya yang sudah semakin membesar. Kini usia kandungan Lintang sudah delapan bulan.

"Alstar tolong ambilin baju-baju baby yang ada di lemari dong, mau gue lipet ulang biar rapih." Pinta Lintang dengan sedikit teriak.

Alstar. Laki-laki yang dulu menjadi ketua geng motor kini laki-laki itu berubah menjadi suami yang siaga dan sebentar lagi ia akan menjadi seorang Papah.

Alstar dengan boxer berwarna hitam dan kaus berwarna putih itu sedikit berjalan cepat kearah kamar menuju lemari. Lalu ia membuka lemari itu dan mengambil semua baju bayi yang memang lipatannya terlihat berantakan. Ia keluar dari kamar sambil membawa baju-baju itu lalu memberikannya pada Lintang.

"Makasih gantengnya akuuu," ucap Lintang sambil mencubit kedua pipi Alstar.

"Sama-sama cantikanya Alstar," balas Alstar sambil menarik pelan hidung mancung Lintang.

Lintang mulai melipat baju-baju bayi itu. Karena sebentar lagi Lintang akan segera melahirkan, maka ia harus mempersiapkan semuanya. Semua kebutuhan kedua calon anaknya.

Tiba-tiba ponsel Alstar berbunyi. Laki-laki itu segera mengeluarkan ponselnya lalu memasukannya lagi kedalam saku celananya. Lagi-lagi ponselnya itu berbunyi. Namun kali ini ia langsung mematikannya tanpa menjawab telpon itu.

"Kok gak di jawab?" Tanya Lintang.

"Gak penting Tang,"

"Angkat dulu sayang, siapa tau penting."

"Yaudah bentar," Alstar bangkit lalu berjalan ke dalam kamar.

"Kenapa?" Tanya Alstar dengan nada yang terdengar begitu datar.

ALSTARAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang