BRUKKKK!!!
David mendorong kasar tubuh Alstar hingga tubuh itu terbentur ke lemari.
David menarik kerah baju Alstar dan menampar pipi kanan anak laki-lakinya itu.
PLAKKKK
Alstar memegangi pipi kanannya yang terasa begitu nyeri akibat tamparan dari Papahnya.
"Kenapa setiap Papah telpon, kamu gak pernah angkat hah?! Adik kamu itu di rumah sakit membutuhkan kamu Alstar!!!"
"Tapi kamu malah kemana? Pergi bersama teman-teman sialan mu itu kan?!" Ucap David.
"Gak usah manggil temen-temen gue kek gitu!" Alstar melepaskan tangan David dari kerah bajunya. Ia kembali berdiri dan merapihkan bajunya yang berantakan.
"KENAPA? KAMU TIDAK TERIMA HAH?!" Tantang David.
"JELAS! JELAS GUE GAK TERIMA LO BILANG KEK GITU! GUE CAPEK! SETIAP ADA MASALAH SELALU GUE YANG KENA!"
"KENAPA SIH PAH? GUE TAU ALASAN LO MARAH SAMA GUE BUKAN SEMATA-MATA KARENA GUE GAK KERUMAH SAKIT BUAT JENGUKIN CATLEA KAN? TAPI KARNA HAL LAIN!!!"
"LO LAGI ADA MASALAH KAN DI PERUSAHAAN LO ITU? DAN LO LAMPIASIN KE GUE!"
"DIAMMMMM!!!"
David membanting vas bunga yang ada di meja belajar Alstar. Membuat kamar itu menjadi berantakan oleh serpihan kaca.
"Sudah berani kamu ya menjawab pertanyaan Papah?!"
"Memang sejak kapan gue takut hm?"
Alstar tak mengerti dengan sikap Papahnya yang begitu kasar padanya. Ia tak tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga Papahnya menjadi seperti ini padanya.
Alstar sedang tidur, namun tiba-tiba David datang ke kamar Alstar menarik kerah baju Alstar dan mendorong kasar tubuh itu hingga terbentur ke lemari.
"DASAR KAMU ANAK SIALAN!!!"
David mengeluarkan pisau dari balik jas hitam nya. Pisau itu hendak di tancapkan ke perut Alstar, namun dengan cepat Alstar menghindar.
Ia hendak pergi ke arah pintu namun dengan segera David mengunci pintu itu.
"Takut kamu?" David tersenyum sinis sambil memainkan pisau yang ada di tangannya.
"Lo gila? Gue darah daging lo Pah!!!"
"Oh ya? Saya gak pernah anggap kamu sebagai anak saya! Karna kamu selalu melawan sama saya! Kamu tidak bisa menghormati saya sebagai orang tuamu Alstar!!!"
Alstar terkekeh pelan mendengarnya.
"Gue gak akan ngelawan, kalau lo gak terus-terusan nyakitin gue Pah!!!""Setiap ada masalah lo salahin gue, setiap lo ada masalah di perusahaan lo, lo lampiasin ke badan gue."
"Gue sakit Pah, lo sadar gak sih udah nyakitin gue hm? Lo udah nyakitin gue, nyakitin istri lo, nyatanya lo itu PEMBUNUH!!!"
Ucap Alstar sambil menunjuk kearah David yang masih memegang pisau di tangannya.
"Pembunuh kamu bilang?" Tanya David.
"IYA! LO ITU PEMBUNUH! NYOKAP GUE MENINGGAL KARNA LO! LO UDAH BUAT DIA FRUSTASI, HINGGA DIA MEMUTUSKAN UNTUK KELUAR RUMAH NAIK MOBIL DENGAN KECEPATAN TINGGI DAN DIA KECELAKAN ITU SEMUA KARNA LO SATT!!!"
David memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit jika mengingat kejadian itu.
"Diam!!!"
"LO ITU GAK PANTES BERADA DI SINI!"
"Diam Alstar."
"HARUSNYA LO ITU BERADA DI RUMAH SAKIT JIWA! LO ITU SAKIT JIWA!!!"
"DIAMMMMM!!!"
David menancapkan pisau tajam itu di perut Alstar.
Tiba-tiba bibir Alstar kelu untuk mengeluarkan suara. Saat ia melihat ke perutnya, di sana sebuah pisau tengah menancap kokoh di perutnya. Mata Alstar menatap kecewa Papahnya. Dia bukan Papahnya, dia iblis.
David menggeleng-gelengkan kepalanya keras. Apa yang telah ia lakukan pada Alstar?
Tangan Alstar gemetar memegang pisau yang menancap di perutnya. Kemudian ia mencabut pisau itu dari perutnya.
"Argghhhhhhhhh!!!" Ringis Alstar saat ia mencabut pisau itu. Ia menatap pisau di tangannya yang sudah berlumuran darah dan segera melemparkan pisau itu ke sembarang arah.
"Pah? Sakit," Lirih Alstar sambil memegangi perutnya yang terus mengeluarkan darah.
Air mata keluar dari kelopak matanya. Papahnya ingin mendekat namun Alstar mengangkat tangannya agar Papahnya tidak mendekat kearahnya.
"Jangan mendekat!" Pinta Alstar. David langsung menghentikan langkahnya.
"Alstar maafin Papah nak."
David begitu menyesal telah menusuk darah dagingnya sendiri.
Ia sadar telah menusuk anaknya, Alstar yang waktu kecil sering ia gendong. Yang selalu ia temani bermain bola di halaman rumah, Alstar yang selalu menjadi alasannya ingin segera pulang cepat dari kantornya untuk bertemu Alstar kecil dan istrinya.
Alstar yang selalu meminta untuk di belikan mainan mobil-mobilan, Alstar yang menjadi pelengkap hidupnya. Namun kini? Apa yang telah dia lakukan, dia telah menusuk anaknya sendiri.
Bahkan terlihat ketakutan dan tersirat kekecewaan di mata Alstar pada David.
"Kalau mau bunuh gue, jangan setengah-setengah Pah. Sakit, mending langsung aja." Ucap Alstar sambil menahan perutnya yang terasa sakit.
"Alstar bicara apa kamu! Papah gak akan bunuh kamu nak!"
"Tapi nyatanya lo udah bunuh gue secara perlahan Pah. Selama dua tahun ini lo bunuh gue secara perlahan lo nya aja yang gak sadar!"
"Tubuh gue ini banyak luka akibat lo Pah, tapi gak sakit. Yang sakit itu ini Pah, hati Alstar."
"Setelah lo sakitin badan gue, lo pergi. Cuma Bi Inah yang gak pernah bosen buat ngobatin luka-luka di tubuh gue!"
"Setiap malam gue gak bisa tidur nyenyak kayak orang-orang karena badan gue yang sakit akibat pukulan lo. Dan pipi gue yang selalu terasa nyeri akibat tamparan lo."
"Lo mana tau kalau gue sering nahan sakit di area perut gue Pah! Perut gue suka sakit akibat lo terlalu sering nendangin perut gue!!!"
"Ini perut, bukan bola Pah! Gue sakit!"
Alstar mengusap air matanya yang terus keluar membasahi pipi laki-laki itu.
"Maafkan Papah nak sudah kasar sama kamu. Papah benar-benar merasa bersalah Alstar, Papah menyesal." Ucap David penuh penyesalan.
"Telat Pah, maaf lo gak gue terima. Lo udah terlanjur bikin gue sakit. Hati gue sakit, fisik gue sakit dan itu semua karna lo! Gue capek! Capek hidup dalam tekanan! Gue lelah badan gue sakit!"
Setelah mengatakan itu Alstar membuka pintu kamarnya lalu pergi keluar rumah dengan motornya.
Kita matikan karakter utama perlahan-lahan ya gess yaa...
Vote dan comment nya jangan kendorrr ya gesss!!! Votmen mu semangat kuuuu!!! Hihihi
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSTARAN [END]
Teen Fiction"Pergi aja bangs*t!!!" "Gak." ------- "Janji sama gue Star, setelah ini lo harus jadi pengganti gue. Alagars butuh ketua." ------- "Gue cuma gak nyangka aja, ini cepet banget Bri." ------- "Papah dengar kabar kalau Devon meninggal, ini semua pasti k...