Hari ini Kiera merasa aneh dengan tubuhnya, benar-benar aneh, ia seperti masuk angin dan kembung, ia sudah memakai minyak angin pada perutnya namun ia tidak merasa lebih baik sama sekali dan tiba-tiba matanya memandang setumpukkan pembalut dilemarinya yang belum pernah ia sentuh dalam bulan ini, jantungnya langsung berdetak cepat dan keringat dingin mulai ia rasakan, jangan bilang kalau dia hamil, tapi tidak mungkin mereka selalu menggunakan pengaman berupa kondom jika bergulat.
Lalu pikiran Kiera sampai pada saat dimana mereka pertama kali bergulat, Kiera jelas tidak tau apakah William memakai kondom atau tidak, damn.
Kiera lantas mengambil ponselnya dan langsung keluar dari apartment menuju chemist atau farmacy terdekat untuk membeli testpack, Kiera sembunyi-sembunyi saat membelinya, entahlah rasanya sangat aneh, meskipun itu adalah hal yang sangat biasa di New Zealand, juga orang-orang disini tidak busy body seperti orang-orang Indonesia yang pastinya akan kepo dan pasti tak lama setelah itu akan terdengar berita-berita miring tentang dirinya.
Sampai di apartment, Kiera langsung buru-buru masuk ke kamar mandi untuk melakukan tes kehamilannya, yah jaman semakin canggih hingga ia tak perlu menunggu sampai besok pagi untuk melakukan tes, menunggu selama 5 menit sebelum hasilnya keluar, Kiera menaruh testpack yang sudah ia pakai di atas wastafel, ia berdiri menunggu dengan tangan kanan yang berada di pinggang dan menggigit kuku jari-jari sebelah kirinya.
2 garis, positif, ia hamil, ia hamil, hamil, hamil, damn!
Kiera menarik napas panjang berkali-kali sambil melihat hasil testpack-nya, pikirannya sudah kacau, bagaimana ia harus mengatakan pada William, lalu bagaimana dengan orang tuanya, masa depannya, oh apa yang harus ia lakukan?
Kiera mencoba untuk tenang sebelum mengambil semua kotak bungkusan testpack dan juga testpack dan menyembunyikannya didalam bajunya, ia tidak mau seorang pun tau tentang kehamilannya ini, ia harus segera menemui William, pria itu harus tanggung jawab.
Kiera langsung menghubungi William untuk menanyakan dimana keberadaan pria itu.
"Halo, kau dimana?" Tanya Kiera to the point.
"Aku sedang dalam perjalanan pulang, kenapa? Kau sudah tidak tahan?" William terdengar seperti menggoda Kiera.
"Tunggu aku di cafe dekat apartment, aku akan ke sana, kita perlu bicara." Ujar Kiera langsung dan memutuskan panggilan mereka secara sepihak.
Kiera buru-buru memasukkan testpack-nya kedalam tas yang biasa ia pakai untuk jalan-jalan sebelum akhirnya segera keluar dari apartment menuju cafe didekat apartment yang biasa ia kunjungi untuk sekedar membeli kopi.
Kiera sampai duluan pastinya, ia lantas memilih naik ke lantai 2 cafe dan duduk dipaling pojok dekat dengan jendela yang bisa menampilkan jalanan kota Auckland setelah sebelumnya memesan hot chocolate yang baru pertama kali ia pesan, selama ini ia selalu memesan latte atau americano, mengingat ada nyawa lain diperutnya membuat Kiera terpaksa menahan hasratnya untuk meminum kafein dulu.
Kiera bisa melihat William sedang berjalan menuju cafe dari kejauhan, pria itu tampan meskipun kelihatan sedikit lelah dan banyak pikiran tapi bagi Kiera pria itu tetap tampan dan selalu tampan.
Kiera lantas mengirimkan pesan pada William untuk memberitahu pria itu bahwa ia ada dilantai 2 agar William tidak kesusahan untuk mencarinya. Tak lama William pun menghampirinya dengan senyuman manis diwajah pria itu dan langsung duduk dihadapan Kiera.
"Kau sudah memesan?" Tanya William begitu mendudukkan tubuhnya.
"Sudah, kau?"
"Aku sedang tidak ingin minum kopi. Jadi apa yang ingin kau bahas babe?" Panggilan sayang yang selalu WIlliam ucapkan untuknya.