Semakin hari tingkah Kiera yang sedang hamil mampu membuat dunia Nathan berputar apalagi jika Kiera sudah menangis dan terdengar oleh Mommy-nya maka Nathan merasa gerbang neraka terbuka lebar hanya untuknya. Nathan masih ingat saat Kiera menangis dirumah sakit dan sang Mommy melihatnya, Nathan langsung dihukum oleh sang Mommy untuk menuruti permintaan Kiera dan yang lebih parah Kiera dengan mudahnya mengatakan ingin melihat Nathan melukis, wah bukankah itu mudah? Tidak, Nathan masih ingat jelas ucapan Kiera, 'Aku ingin kau melukis menggunakan sehelai bulu hidungmu.' Yah, dan tau apa yang harus di lukis? Hanya lukisan balon, balon pink dan Kiera mengatakan, 'Aku ingin kau melukis balon pink tapi kau hanya boleh menggunakan warna hitam dan putih.' Coba jelaskan pada Nathan bagaimana ia melukis balon pink hanya menggunakan warna hitam dan putih, jangan lupa dengan kuas sehelai bulu hidung itu. Mengingatnya membuat Nathan kesal namun ngakak sendiri terlebih setelah tau solusinya, ia hanya menggambar balon lalu menuliskan kata PINK, selesai, tapi butuh 24 jam bagi Nathan untuk memikirkan hal itu dan setelah jadi Kiera memandangnya dengan senyuman manis sambil bertepuk tangan seperti anak kecil.
"Nathan." Panggil Kiera yang tiba-tiba muncul menghancurkan lamunan Nathan.
"Ya sayang?" Nathan langsung bangkit berdiri lalu menghampiri istrinya yang berbalut pakaian rumah, perut Kiera sudah menonjol mengingat ini sudah memasuki bulan keenam.
"Aku sedang ingin." Ujar Kiera begitu ambigu.
"Ayo." Jawab Nathan dengan sangat semangat karna Kiera tak pernah mengijinkan mereka untuk berhubungan intim, karna ia hamil dan karna Kiera masih mengingat Nathan pernah bermain dengan Hannah, tentu saja Nathan menyesal terlebih saat Kiera mengatakan mau berhubungan dengan Nathan tapi junior Nathan harus di ganti, ya lord apa maksudnya.
"Ini." Kiera menyerahkan paperbag pada Nathan, "Pakai." Titah sang istri.
Nathan mengeluarkan barang yang ada dalam paperbag ditangannya, matanya membulat, mulutnya menganga, lingerie, yang benar saja.
"Kiera, kau mau aku memakai ini?" Tanyanya dengan sangat tidak percaya.
"Ya, aku ingin kau memakainya, akan sangat lucu pasti. Aku membeli untuk size-mu." Jawab Kiera dengan wajah berbinar.
"Tapikan ini untuk wanita sayang."
"Tak apa pakai saja, jangan lupakan bandonya, ayo buruan, baby ingin melihatnya." Kiera bahkan langsung mendorong Nathan memasuki kamar mandi dengan semangat.
Nathan menghabiskan 5 menit hanya untuk berpikir apakah ia harus memakai lingerie ini atau tidak, jika ia memakainya maka Kiera akan senang sedangkan jika tidak maka sudah bisa dipastikan hukuman-hukuman absurd yang akan ia jalani, pada akhirnya Nathan mengumpulkan keberanian dan akal sehatnya, ia memakai lingerie itu, semua demi istri dan baby-nya, yah demi mereka berdua makanya Nathan mau memakai hal-hal ini. Nathan berdiri dihadapan kaca dan melihat pantulannya dalam balutan lingerie seksi berrenda berwarna merah terang dengan bando di kepalanya, seketika Nathan menyesal hendak melepaskannya namun Kiera sudah masuk ke kamar mandi yang memang tidak di kunci.
"Astaga Nathan, lucu sekaliiiiiii..." Pekik Kiera dengan heboh lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan moment Nathan menggunakan lingerie seksi.
"Kiera..." Nathan mengambil handuk dan langsung menyembunyikan tubuhnya dengan cepat.
"Ih Nathan, jangan ditutupin, lucu tau." Kiera mencoba melepaskan handuk Nathan namun pria itu tetap menahannya.
"Kiera jangan seperti ini, Kiera kau gila?" Nathan berucap tanpa sadar hingga membuat Kiera langsung diam membeku.
"Kau merasa aku gila?" Tanya Kiera dengan nada lirih dan mata berkaca-kaca, damn Nathan, another nightmare.
"Tidak, tidak, tidak. Aku, aku yang gila." Nathan berbicara dengan cepat sambil menenangkan Kiera yang sudah menangis.