Setelah Nathan dan Kiera mengatur jadwal mereka masing-masing akhirnya mereka berdua bisa kembali ke Indonesia, lebih tepatnya Medan.
Ini pertama kalinya bagi Nathan untuk datang ke salah satu kota besar di Indonesia, biasanya ia hanya pergi ke Bali dan Jakarta untuk keperluan bisnis, yah meskipun mommy-nya asli Indonesia tapi ia tak pernah dibawa ke Indonesia karna memang sudah tak ada lagi sanak saudara yang tinggal disana, mereka semua pindah ke Auckland sejak 1997 satu tahun sebelum krisis 1998 dan mereka tak ada satu pun yang bertandang lagi ke Indonesia, hanya Nathan sendiri, itu pun karna bisnis.
Nathan dan Kiera baru saja sampai di bandara Kualanamu setelah perjalanan panjang dengan transit di Sydney dan Singapore, perjalanan panjang dan melelahkan, beruntung Nathan meng-upraged tiket economy mereka menjadi first class, mana mau pria itu menaiki economy class untuk perjalanan jauh.
"Jet lag?" Tanya Kiera saat mereka sesang membawa koper masing-masing, hanya koper kecil karna mereka tak bisa lama-lama berlibur di Medan, perjalanan kali ini pure untuk mengenalkan keluarga Kiera pada Nathan.
"Aku sudah biasa melakukan perjalanan jauh, seharusnya aku yang bertanya. Kau sudah baik-baik saja babe?" Sahut Nathan sambil terkekeh kecil, di pesawat tadi ia memang sempat beristirahat berbeda dengan Kiera yang merasa tidak nyaman, wanita itu bilang perutnya tidak begitu enak namun menolak untuk mengonsumsi obat.
"I'm okay, mungkin di pesawat tadi terlalu dingin." Jujur Kiera.
"Kenapa menolak saat aku memberikanmu selimut?"
"Kau akan kedinginan jika selimutmu ku pakai."
"Astaga babe, aku masih bisa memintanya pada pramugari, lain kali jangan seperti itu."
Keduanya pun jalan keluar dari bandara menaiki kereta api menuju kota Medan sebelum nantinya akan menggunakan uber untuk menuju rumah Kiera. Nathan hampir protes karna ia terbiasa menggunakan mobil pribadi kemana-mana namun ia urungkan karna mengingat Kiera bukan berasal dari keluarga kaya. Tapi setidaknya dengan seperti ini membuat Nathan bisa merasakan pengalaman seperti ini untuk pertama kalinya, dimana ia menjadi bergantung pada Kiera dalam segala hal, sesuatu yang tak pernah terjadi dan terpikirkan olehnya.
Akhirnya setelah perjalanan panjang dan penuh kemacetan mereka berdua akhirnya sampai didepan sebuah rumah minimalis yang tidak besar tapi tidak kecil juga, Kiera mengeluarkan kunci dari tasnya dan membuka pagar serta pintu rumah yang langsung menampilkan interior minimalis yang membuat Nathan terkagum sejenak.
"Kiera!" Seru seorang wanita baya yang masih terlihat muda itu.
"Ma." Panggil Kiera lalu keduanya pun berpelukkan menghilangkan rasa rindu bahkan wanita baya itu tampak menitikkan air mata, bertanda bahwa ia sangat merindukan anak sulungnya meskipun mereka baru berpisah hampir 9 bulan.
Setelah mengurai pelukan mereka mata wanita baya itu mengarah pada pria tinggi dan tampan disamping Kiera.
"Ma, ini Nathan." Kiera memperkenalkan Nathan dan pria itu pun menunduk sopan pada mama Kiera.
"Kekasihmu?" Tanya mama Kiera dengan antusias.
Kiera hanya bisa mengangguk malu, lebih tepatnya salah tingkah.
"Nathan Moersman, kekasih Kiera, putri tante yang cantik ini." Ucap Nathan dan tentunya semakin membuat Kiera salah tingkah.
"Ya ampun, Kiera tak pernah menceritakan apapun tentang hubungan asmaranya, ternyata ia menyembunyikan kekasihnya yang begitu tampan."
"Wanita cantik selalu mendapatkan pria yang tampan, seperti tante dan paman." Ujar Nathan sambil menunjukkan sebuah foto keluarga yang menampilkan ayah Kiera, ibu Kiera, Kiera dan pastinya adik Kiera.