Kiera sudah berganti baju dengan pakaian hitam, setelah mendengarkan penjelasan Titan dan melihat bagaimana histerisnya sang ibu membuat Kiera paham bahwa memang itu kejadian sebenarnya, sejak tadi Kiera hanya diam duduk di atas tikar disamping kedua peti mati itu, ia hanya ditemani oleh Titan, Jennica, Zafrina, Naomi dan Felbi, ia tak membiarkan satu orang pun mendekatinya, tidak juga ibunya, atau kakeknya atau neneknya, tidak ada, ia terlanjur kecewa, meskipun setelah mendengarkan penjelasan Titan tadi ia hanya diam dan tak bersuara sama sekali.
Kiera hanya diam memandangi kertas-kertas yang Titan bakar, ruangan duka itu terasa begitu sunyi hanya terdengar suara isakan Titan yang belum berhenti, sementara kelima orang lainnya hanya diam.
"Kalian istirahatlah dihotel, kalian pasti lelah." Ujar Kiera setelah sekian lama diam.
"Tak apa, kami akan menemanimu." Jawab Zafrina mewakili semuanya.
"Tak apa, kalian istirahat saja sebentar dihotel, setidaknya isi perut atau mandi dulu, kalian pasti sangat lelah setelah perjalanan panjang." Titan bersuara lirih.
Keempat sahabatnya memandang Kiera seolah meminta persetujuan.
"Istirahatlah Kiera, kau sedang hamilkan? Pikirkan kandunganmu." Titah Titan lagi, hingga akhirnya Kiera pun memutuskan untuk bangkit.
"Jika mereka mau masuk dan kau merasa tak keberatan biarkan mereka masuk, tapi jika aku sudah berada disini maka tak seorang pun dari mereka yang bisa mendekatiku. Aku istirahat sebentar, aku titip papa dan Karin." Kiera pun keluar dari ruangan duka yang langsung diikuti oleh keempat sahabatnya, semua mata memandang kearah Kiera, apalagi Helen yang sudah berniat untuk mendekati Kiera namun melihat aura Kiera yang begitu gelap ia urungkan.
Kiera dan keempat lainnya menaiki taxi dan membawa mereka ke hotel bintang 4 terdekat dengan mereka. Naomi dan Felbi yang mengatur check in mereka sementara yang lainnya hanya menunggu.
Tak lama kelimanya pun sudah berada dikamar yang saling berhubungan, mereka hanya memesan 2 kamar tak lupa mereka juga memesan makanan dari restoran di hotel.
Tak ada yang bersuara sama sekali, hanya keheningan bahkan sampai mereka tidur tanpa menyadari jika sebenarnya Kiera tidak tidur, ia hanya memejamkan mata menunggu yang lainnya tidur agar ia bisa menangis, ia sudah terlalu malu pada sahabatnya yang harus mengetahui tentang hal ini.
Kiera tau pasti mereka juga tak mungkin mengejeknya namun tetap saja ia tak ingin yang lainnya tau bahwa ia sedang rapuh dan benar-benar rapuh, Kiera juga sadar sebenarnya ia menangis pun tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi tapi setidaknya ia merasa lebih baik daripada harus menahan semuanya dalam hati.
Bukankah satu minggu ini terlalu berat untuknya, tak apakan jika Kiera mengeluh, kehidupannya yang semula bahagia, sempurna dengan keluarga yang harmonis, suami yang mencintainya tiba-tiba hancur begitu saja, ayah dan ibunya yang memilih jalan masing-masing, suaminya yang ternyata tak mencintainya, diculik, kehilangan calon anaknya, tiba-tiba kehilangan ayah dan adiknya secara bersamaan, bukankah terlalu berlebihan untuknya? Jika saja tidak mengingat bahwa ia sedang hamil sekarang, Kiera yakin ia sudah menyusul adik dan ayahnya.
-----
Malam itu Kiera dan keempat sahabatnya sudah ada di rumah duka sedari tadi, sebenarnya Kiera sudah menyuruh keempat sahabatnya untuk pulang saja namun mereka menolak, mereka hanya ingin selalu berada disamping Kiera yang sedang terpuruk.
"Jangan terlalu stress Kiera, ingat kau sedang hamil." Ujar Zafrina mengingatkan wanita yang sedang hamil muda itu.
"Iya, ayo makan dulu, kau sedari tadi belum menyentuh makananmu dan hanya minum susu ibu hamil." Felbi menimpali.