18+
Kiera terbangun tengah malam dan ia menatap kearah samping dimana Nathan masih terjaga sambil menatapnya.
"Kenapa terbangun?" Tanya Nathan dengan lembut, ia mengelus rambut istrinya berusaha untuk membuat Kiera tertidur lagi.
"Hm, aku bermimpi buruk." Sahut Kiera.
"Mimpi apa?"
"Kau hidup bahagia."
Nathan terdiam sambil menatap Kiera mencari kepastian apakah wanita dihadapannya ini sungguh-sungguh tapi yang ia dapatkan justru kekosongan dan begitu tenang, tak ada emosi, tak ada kebencian, benar-benar kosong.
"Kenapa kau belum tidur?" Kiera yang balik bertanya.
Nathan diam tak berani bersuara, sejujurnya ia tidak bisa tidur karna memikirkan perkataan Kiera tadi mengenai akan membawanya ke psychiatrist untuk dihipnotis.
"Kenapa? Kau memikirkan perkataan tadi?" Tanya Kiera lagi seolah mengerti dengan pemikiran Nathan, "Tenanglah, aku tak butuh mereka untuk menghancurkan mentalmu." Ujarnya dengan tenang sambil tersenyum licik yang begitu mengerikan bagi Nathan.
Nathan tentu saja semakin tidak bisa tidur berbeda dengan Kiera yang dengan mudahnya sudah memasuki alam mimpinya. Nathan menatap wajah Kiera yang sudah terlelap, wanita yang selalu terlihat lembut, penuh kasih dan sangat mencintainya telah berubah menjadi wanita dingin dan tak tertebak, tentu tak perlu dicari tau kenapa wanita ini bisa berubah seperti sekarang, tentu karna kesalahannya, apalagi?
Pada akhirnya Nathan mencoba untuk tidur, setidaknya jika Kiera bisa merasa lebih baik karna telah menghancurkannya, maka tak apa, Nathan merasa ia pantas mendapatkannya.
Pukul 8 pagi Kiera baru terbangun itupun karna suara ponsel Nathan yang terus berdering, Kiera melihat siapa yang memanggil lalu dengan cepat ia membangunkan Nathan.
"Angkat." Ujar Kiera begitu Nathan membuka mata, pria itu bahkan belum mengumpulkan semua kesadarannya tapi ia tetap mengambil ponselnya dari tangan Kiera dan mengangkatnya.
"Loudspeakers." Perintah Kiera yang langsung dituruti Nathan.
"Halo."
"Nathan." Panggil wanita disebrang sana yang Nathan kenali sebagai Hannah, tubuhnya langsung menegang begitu saja dan ia pun segera menoleh pada Kiera yang terlihat begitu tenang.
"Nathan, kau harus menikahiku segera, William tidak bisa bertanggungjawab karna ia sedang diadili keluargaku tak setuju jika aku menikah dengan kriminal. Aku tak peduli pokoknya kau harus bertanggungjawab."
Hening, Nathan menatap Kiera lekat-lekat seolah meminta bantuan untuk menjawab panggilan itu namun Kiera tetap diam tak merespon.
"Apa yang harus kukatakan padanya?" Tanya Nathan berbisik pada Kiera tapi Kiera abai, ia mengangkat bahunya lalu berdiri dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri meninggalkan Nathan yang bertanya-tanya dan kebingungan.
"Nathan." Panggil Hannah dari sebrang lagi hingga membuat Nathan tersadar dari lamunannya.
"Itu bukan tanggungjawabku lagi Hannah, William membayar apa yang sudah ia perbuat dan kau sendiri tak yakin jika itu anakku atau bukan, sampai kau bisa membuktikan bahwa itu anakku aku tak bisa bertanggungjawab, aku jelas sudah menjadi suami Kiera dan ia sedang mengandung anakku." Nathan berkata dengan tegas lalu memutuskan panggilannya begitu saja, entah dia harus merasa bersalah atau tidak tapi jika ditanya ia tidak merasa bersalah sama sekali untuk itu, karna baginya belum tentu anak yang dikandung Hannah adalah anaknya dan sudah jelas anak yang dikandung Kiera adalah anaknya, tak perlu ditanya lagi untuk itu.