Setelah menunggu hampir 4 jam akhirnya proses kremasi selesai, tak ada yang mengeluarkan suara sama sekali setelah penjelasan Kiera tadi, mereka hanya saling diam, kebanyakan dari para pelayat bahkan sudah pulang, hanya para kerabat dekat yang masih berada disana menunggu proses kremasi selesai untuk mengambil abu dan sisa-sisa tulang.
Nathan sedari tadi ingin mendekati Kiera tapi para sahabatnya menatapnya dengan tajam bahkan ia merasa sedang dimutilasi dari tatapan mereka berempat, ia tak tau apa yang membuat keempat orang itu begitu membencinya.
Pengurus kremasi menghampiri Kiera sambil membawa 2 guci yang berisikan tulang-tulang dan abu Jodi dan Karin dan menyerahkannya pada Kiera. Kiera menerima kedua guci itu lalu membawanya menghampiri Titan.
"Aku tidak tau apa yang papa inginkan, kau sebagai istri sahnya yang berhak mengambil keputusan, lakukanlah apapun yang kau mau, menaruhnya di sini atau dirumah atau melemparnya ke laut, apapun yang kau rasa terbaik." Ujar Kiera pelan sambil menyerahkan guci yang berisi abu ayahnya.
"Terima kasih." Ujar Titan dengan lirih dan wajah serta mata yang bengkak sehabis menangis panjang sambil menerima guci pemberian Kiera.
Lalu Kiera pergi begitu saja sambil membawa guci berisikan abu Karin, mengabaikan Helen yang menghampirinya, tentu saja itu meninggalkan tanda tanya besar bagi Nathan dan kedua orangtuanya.
Kiera berjalan bersama keempat sahabatnya lalu tak lama Nathan dan kedua orangtuanya pun mengikutinya dari belakang. Mereka semua hanya mengikuti Kiera dalam diam, bahkan ketika Kiera mengatakan mereka akan terbang ke Auckland segera pun mereka hanya menganggukkan kepala tanpa bisa membantah.
Mereka sudah berada di bandara, Kiera mengatur dokumen-dokumen yang ia butuhkan untuk membawa abu Karin bersamanya menuju Auckland, Kiera sebenarnya bisa melakukan semua hal sendiri namun Nathan bersikeras untuk membantunya hingga membuat Kiera tak bisa menolak apalagi saat Nathan mengingatkan bahwa ia sedang hamil, jadinya ia membiarkan pria itu yang mengatur semuanya sementara dirinya duduk di kursi tunggu VIP dengan bersandar pada Naomi, Kiera memejamkan matanya yang terasa sangat berat hingga tanpa sadar ia sudah tertidur di pundak Naomi.
Nathan selesai mengurus semuanya bertepatan dengan mereka yang sudah harus memasuki pesawat, Nathan menghampiri Kiera yang tertidur dipundak Naomi, ia bisa merasakan keempat sahabat istrinya memandangnya penuh kebencian, apalagi saat ia hendak mengendong Kiera, Naomi bahkan sempat melarangnya namun Jennica menahan Naomi, mengingatkan bahwa ada orangtua Nathan disitu dan lebih baik membiarkan Nathan menggendong Kiera daripada harus membangunkan wanita hamil yang baru sempet memejamkan mata 10 menit yang lalu, Kiera dan kandungannya butuh istirahat, akhirnya mau tak mau Naomi pun membiarkan Nathan menggendong Kiera menuju pesawat.
Nathan dengan perlahan meletakkan Kiera dikursi first class dan menyelimuti istrinya dengan lembut, lalu tak lama pesawat pun take off.
"Kau bertengkar dengan Kiera?" Tanya mommy-nya to the point.
"Huh?" Nathan menatap mommy-nya dengan tatapan bingung.
"Mom tanya, kau bertengkar dengan Kiera?"
"Tidak mom." Jawab Nathan tanpa ragu meskipun hatinya sendiri ragu.
"Jangan berbohong, mom bisa melihat jika Kiera menghindarimu."
"Ia hanya banyak pikiran mom."
"Jika sempat kau menyakiti menantu dad, tak segan-segan aku menghapusmu dari kartu keluarga dan mencabut jabatanmu." Sahut daddy-nya tanpa belas kasihan dan Nathan tau daddy-nya tak main-main soal itu.
Sepanjang pernerbangan kedelapan orang itu tidur dengan lelap di first class, mungkin karna terlalu lelah untuk beberapa hari ini, terlebih Kiera, wanita hamil itu bahkan tidak terbangun sedikit pun. Baru saat pesawat landing di Melbourne, Kiera terbangun, ia mencoba mengumpulkan segala kesadaran dan tenaganya sebelum bangkit untuk segera keluar dari pesawat, mereka harus transit di Melbourne selama 2 jam sebelum nantinya terbang ke Auckland.