Tak terasa waktu telah berlalu dan Kiera bahkan sudah melewati masa nifasnya di mansion keluarga Moersman tentu saja karna daddy dan mommy-nya benar-benar tak membiarkan Kiera melewati masa nifas sendirian.
Nathan sendiri benar-benar hanya berfokus pada Kiera dan Irina, meskipun ia sendiri masih was-was karna Kiera belum mengatakan dengan jelas hubungan mereka kedepannya bagaimana, namun ia sangat yakin kalau Kiera pasti akan terus bersamanya mengingat mereka sudah memiliki Irina, namun tetap saja masih ada ketakutan dalam hatinya jikalau Kiera memutuskan untuk meninggalkannya.
Nathan memandang Kiera yang sedang tertidur dengan Irina yang berada ditengah-tengah mereka, tangan kekarnya membelai sayang pipi istrinya, meskipun mereka tinggal di mansion tapi Kiera enggan merepotkan orang lain, ia merawat Irina sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Nathan sangat merasa takjub dengan istrinya, ia tak pernah mendengar Kiera mengeluh tapi meskipun begitu Nathan sendiri sangat perhatian pada Kiera, ia selalu memastikan bahwa Kiera baik-baik saja, ia juga belajar memandikan Irina, terkadang ia terbangun hanya untuk memberikan Irina asi dari asi yang telah di pompa Kiera, yah bisa dikatakan Nathan adalah suami dan ayah yang baik.
"Engggghh...." Kiera melenguh saat merasa terganggu dengan usapan Nathan pada pipinya.
"Maaf, aku membangunkanmu." Ujar Nathan dengan rasa bersalah.
"Hm, tak apa, lagipula sudah waktunya aku untuk memompa asi." Jawab Kiera yang langsung membuat Nathan bangkit dari kasur lalu mengambil alat pompa dan memberikannya pada Kiera.
Tanpa mengatakan apapun Kiera mulai memompa asinya.
"Mau aku pijat?" Tanya Nathan tiba-tiba namun bukannya menjawab Kiera hanya menganggukkan kepala hingga membuat Nathan langsung memposisikan tubuhnya dibelakang Kiera dan kedua tangannya langsung memijat lembut pinggang belakang Kiera.
Kamar itu terasa hening karna tak ada seorang pun dari mereka berdua yang mengeluarkan suara.
"Kau mau minum?" Tanya Nathan saat Kiera sudah selesai memompa dan menyimpan asinya di freezer dalam kamar, asi Kiera memang banyak sampai mereka harus menyimpannya dalam freezer dan beruntungnya Irina juga jago minum asi jadi tidak ada asi yang terbuang, yah jikapun Irina tidak jago minum susu, mereka bisa menyumbangkan asi Kiera ke panti asuhan atau mana saja yang memiliki bayi-bayi kecil yang masih membutuhkan asi.
"Boleh." Ujar Kiera pelan lalu Nathan pun segera mengambilkan segelas air untuk Kiera dan membantu istrinya minum.
"Mau tidur sambil aku peluk?" Tanya Nathan lagi namun Kiera hanya menganggukkan kepala.
Nathan pun membawa Kiera kedalam pelukannya sambil menepuk-nepuk pelan punggung Kiera membantu istrinya untuk masuk ke alam tidur.
-------
Pagi ini Kiera terlihat sangat sibuk mengepak pakaiannya kedalam koper sedangkan Nathan duduk diatas tempat tidur sambil menatap istrinya itu.
"Kau yakin ingin pergi?" Tanya Nathan pelan.
"Iya, kita sudah pernah membahasnya." Sahut Kiera dengan tenang.
"Tapi tidakkah kau memikirkan Irina?"
"Nathan, please, kita sudah pernah membahasnya, jangan bertanya lagi, kau tak lihat aku sedang sibuk." Omel Kiera tanpa menatap Nathan hingga membuat pria itu bungkam.
"Irina masih terlalu kecil Kiera. Pikirkan lagi yah, please." Ujar Nathan lagi setelah 5 menit ia diam, ia bahkan sampai memohon pada Kiera.
"Jadi kau mau aku bagaimana?" Kiera berhenti mengepak pakaiannya dan menatap tajam Nathan.
"Kita bisa kembali bersama saat Irina sudah cukup besar." Cicit Nathan dengan wajah memelas.
"Tidak, dengan begitu aku memberikan waktu pada mereka untuk kabur, sudah cukup lama aku menahannya."