24. A gift from a-friend?

3.2K 265 64
                                    

"Kyra, kau sedang terburu-terburu tidak?"

Kyra yang sedang mencuci piring bekas sarapannya langsung memutar kepalanya ke belakangnya, di mana suara ibunya berasal. "Kenapa, bu? Ibu butuh bantuanku?" tanyanya sambil mematikan keran dan meletakkan piring di rak cucian.

"Tolong ke depan sebentar."

Kyra berbalik menghadap ibunya. "Ke depan?" tanyanya sambil meraih ujung serbet yang menggantung di laci lemari dapur. "Ke depan rumah?"

Yie-un mengangguk. "Ada seorang wanita di depan. Yang mondar mandir di depan rumah ini sejak tiga hari yang lalu," ucapnya. "Ibu kemarin mencoba mendekatinya, tetapi dia pergi begitu saja. Coba kau keluar dan menemuinya. Mungkin dia membutuhkan sesuatu."

Kyra mengernyit. "Ada wanita mondar-mandir di depan rumah? Sejak tiga hari lalu?" Wah, itu sangat aneh. "Mungkin dia adalah salah satu jemaat rumah ibadah sesat dan sedang mencari jemaat baru?"

Yie-un mengibaskan tangannya, raut wajahnya menolak asumsi itu mentah-mentah. "Aku tahu orang semacam itu hanya dalam satu kali melihatnya," katanya. "Wanita ini terlihat —kebingungan. Seperti hilang arah. Dia mungkin butuh bantuan. Atau mungkin sedang tersesat."

"Tidak mungkin ada yang tersesat hingga berhari-hari, Bu."

"Coba saja hampiri dan check sebentar." Yi-eun memegang bahu anaknya dan mendorongnya untuk jalan ke depan. "Ibu sedang tidak enak badan. Asam lambung sedang naik, jadi tidak bisa keluar."

Kyra berhenti melangkah guna berbalik ke ibunya. "Ibu sakit? Sudah minum obat? Mau ke rumah sakit?"

"Tidak. Aku akan baik-baik saja setelah istirahat seharian."

Kyra tidak percaya begitu saja, dia tetap memaksa ibunya untuk pergi ke rumah sakit, tetapi berdebat ibunya sama saja seperti sedang membuat air laut menjadi manis. Ibunya pun tetap bersikukuh supaya Kyra pergi ke depan rumah untuk melihat wanita yang dilihat oleh ibunya. Yang Kyra pikir hanya khayalan ibunya saja, namun sewaktu ia melihat kamera intercom, sememangnya Kyra melihat sesosok wanita sedang berdiri gelisah di depan rumah.

Kyra menukar sendal rumahnya dengan sendal luar dan lalu pergi ke depan. Matahari pagi yang hangat di hari senin langsung menyambutnya. Ini sudah jam delapan lewat, sebagian penghuni rumah sudah jalan beraktifitas, termasuk Jungkook. Dia sudah jalan ke kampus sejak jam tujuh tadi mengenakan motornya, sedangkan ayah Jungkook sudah pergi sejak jam lima tadi sebab dia harus pergi ke daerah Pohang dan harus tiba di sana jam sembilan ini.

Kyra membuka pintu pagar halaman rumah dan langsung disambut oleh seorang wanita yang kelihatannya umurnya hanya lebih tua beberapa tahun dari Kyra. Wanita itu mengenakan rok rempel panjang semata kaki dan jaket yang terlihat begitu besar di badannya yang kecil dan membawa tas yang juga sangat besar. Dia memiliki rambut hitam yang kemudian digulung kuncir di atas. Dan wanita itu terlihat cantik. Sangat cantik.

Si wanita berjengit kaget. Wajahnya langsung panik saat ia berpapasan dengan Kyra. Dari gelagatnya, si wanita seperti mau pergi tergesa-gesa. Namun Kyra menahannya dengan meraih lengannya, dan hal itu semakin membuat si wanita panik, seolah dia maling yang baru saja ketahuan mencuri.

"Tunggu—" Kyra menarik lengannya. "Aku tidak bermaksud jahat," dia menambahkan buru-buru. "Aku hanya ingin bertanya."

Si wanita membeku. Bahunya mengkerut. Ia perlahan menoleh ke arah Kyra takut-takut. "Y-ya?" suaranya hanya berupa bisikkan yang lirih. "Ada—apa?"

Kyra memperhatikan si wanita dengan seksama. Selain terlihat cantik, wanita ini juga memberikan ke sana seperti tipikal 'gadis desa yang polos'. Ditambah lagi dengan logatnya yang jelas bukan berasal dari kota. Dan yang pasti, wanita ini sedang ketakutan. Benar apa kata ibunya, kemungkinan besar wanita ini sedang tersesat, mencari alamat atau semacamnya.

KOO-PHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang