KOO-PHORIA

42. The truth beneath the lies

Kyra mendapatkan pesan dari Jungkook, yang berbunyi; Aku tahu apa yang terjadi. Aku akan menemuimu nanti malam ini, sepulang kerja. Ini bukan ulah Yeji, tapi Yoora.

Pesan itu praktis membuat Kyra bingung dan bertanya-tanya. Terlebih lagi pada bagian bukan Yeji, tapi Yoora. Bukankah semua bukti mengarah pada Yeji?

Kyra membalas pesan Jungkook, tapi hingga jam makan siang tiba, Kyra tidak mendapatkan balasan apa-apa.

Hari rabu itu cukup sibuk, Kyra memiliki banyak pekerjaan yang harus dituntaskan, dan sayangnya penghakiman itu masih terjadi. Banyak karyawan yang masih menggunjing dan mengucilkan Kyra. Bahkan karena kedatangan Jungkook kemarin, perundungan terhadap dirinya semakin menjadi-jadi. Kemanapun Kyra pergi, ke pantry, toilet, ruang rapat, ruang foto copy dan ketika ia melintasi lorong melewati banyak orang, mata-mata yang menatapnya dengan jijik dan menghakimi itu masih terus tertuju padanya. Mereka juga secara terang-terangan membicarakan Kyra di depan wajahnya.

"Tidak tahu malu," adalah kalimat yang paling Kyra sering dengar terlontar dari mulut mereka.

Meskipun sulit, akan tetapi Kyra berhasil melewati itu semua. Dia berusaha keras untuk mengabaikan mereka dan menerima dengan lapang dada. Hidupnya sudah terlalu pelik untuk memikirkan semua cibiran itu. Kyra hanya ingin fokus pada pekerjaannya, dan lalu perlahan mencoba menyelesaikan masalah yang sedang menerpanya sekarang.

Ibunya sudah yakin untuk menceraikan Tuan Jung. Pernikahan mereka, yang baru seumur jagung nyatanya harus pupus dengan cara yang paling buruk. Ibunya bilang dia sama sekali tidak merasa benci atau sakit hati pada Eun Jung, dia justru merasa iba padanya karena telah berhasil dimanipulasi oleh Tuan Jung. Ibu Kyra bahkan menawarkan diri untuk memberikan bantuan apapun yang Eun Jung perlukan. Sedangkan Tuan Jung?

Tadi pagi-pagi sekali, pria itu datang ke apartemen Kyra. Ia mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Kyra-lah yang membukakan pintunya karena ibunya tidak ingin menemui pria itu.

Saat tadi pagi bertemu, Tuan Jung tampak kacau. Ia tidak seperti biasanya, yang selalu rapi, terawat dan berwibawa. Dia terlihat seperti dia baru saja keluar dari badai yang terjadi selama satu tahun penuh. Kedatangan Tuan Jung tentu saja untuk menemui ibu Kyra, ingin berbicara, tetapi Kyra menolak dengan keras.

Kyra sebenarnya sudah mencoba untuk bersikap lebih ramah, namun saat melihat Tuan Jung, amaranya tersulut sebab tahu apa yang sudah pria itu lakukan pada ibunya, ibu Jungkook dan Eun Jung. Pria brengsek seperti Tuan Jung tidak berhak mendapatkan perlakukan baik. Maka Kyra membentaknya, mengusirnya dan membanting pintu di depan wajahnya. Ia juga menghubungi pihak keamanan gedung untuk mengawal Tuan Jung keluar dari apartemen. Dan karena takut Tuan Jung datang kembali, yang mungkin saja dia bisa berbuat nekat, Kyra meminta perlindungan pada pihak keamanan gedung.

Untungnya, pihak gedung bisa diajak kerja sama dan dimintai tolong. Yah, meskipun Kyra harus sedikit menyuap mereka dengan uang, paling tidak Kyra bisa merasa tenang meninggalkan ibunya di rumah. Sedangkan Eun Jung, sore ini dia bilang akan ada pamannya yang menjemputnya dan akan kembali lagi jika kehadirannya diperlukan, yaitu saat menjadi saksi persidangan perceraian nanti.

Lalu setelah perceraian nanti, apa yang akan Kyra dan ibunya lakukan?

Melanjutkan hidup tanpa menoleh ke belakang lagi, tentu saja itu yang akan mereka lakukan. Namun bagaimana hubungannya dengan Jungkook?

Tidak akan terjadi apa-apa. Tidak akan berubah meskipun status mereka sudah tidak bersama lagi.

"Ahh ... mengapa rasanya menyakitkan sekali saat mengingat dirinya?" Kyra menghembuskan napas pelan seraya mengusap dadanya yang terasa sesak.

Kyra menengadahkan kepalanya bersandar di kursi kerjanya. Matanya lantas meliar ke seluruh ruangannya. Dinding-dindingnya sudah kembali seperti semula; bercat putih, tanpa ada sedikitpun noda. Seperti ruangan baru. Kurangnya hanyalah kini ruangannya berbau cat yang cukup menyengat.