Dengan lagu 'Haegeum' yang meledak di kupingnya lewat earbuds, Jungkook berlari memutari kawasan perumahannya di Hannam-hill. Saat dia berlari, perlahan cahaya menerobos di ufuk melewati awan lembut pagi dan itu memberinya harapan bahwa setelah ini hidupnya akan lebih indah.
Ketika dia berlari melewati kedai kopi, dia memutuskan untuk mampir dan membeli kopi untuknya, Kyra dan mungkin juga untuk ayahnya.
Ya, benar. Ayahnya. Setelah mendengar cerita Kyra tentang kecelakaan yang dialaminya satu dekade lalu, Jungkook jadi memikirkan kembali tentang arti orang tua untuknya.
Memang selama ini ayahnya tidak pernah memperhatikannya, atau bahkan merawatnya. Hanya memberikan uang saja setiap bulannya saja. Namun hanya ayahnya satu-satunya keluarga yang ia punya di dunia ini.
Maka, Jungkook memutuskan untuk memulai hubungan yang lebih baik dengan ayahnya. Dan jika ditelisik dari tingkah ayahnya selama beberapa bulan belakang ini, ayah pun tampak seperti seseorang yang berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki hubungan ayah-anak. Hanya saja, Jungkook tidak menyadarinya dengan cepat.
"Hai, apa yang bisa aku bantu?" Gadis muda yang berdiri di belakang kasir bertanya dengan mata yang berbinar, silau akan ketampanan Jungkook.
Jungkook lalu memberitahu si kasir minuman yang akan dia pesan; Americano double shot untuk ayahnya, salted caramel macchiato frappuccino untuk Kyra, vanilla bean crème untuk dirinya sendiri, cool lime tea untuk ibu Kyra, dan enam butter croissant dan dua muffin pisang.
Ini bukan pertama kalinya Jungkook membelikan kopi untuk Kyra dan teh untuk ibu Kyra. Sekiranya ini sudah yang keenam kalinya, dan setiap pesanan selalu sama. Jadi tidak perlu lagi Jungkook bertanya pada Kyra ataupun ibunya tentang pesannya mereka. Sedangkan untuk ayahnya, Jungkook memesannya menggunakan insting saja.
Ayahnya merupakan orang yang membosankan dan selalu berada di jalur aman, tidak pernah keluar dari kebiasaannya. Dan biasanya ayahnya selalu meminum espresso. Jadi Jungkook memilih untuk membelikan kopi yang basic untuknya.
"Sehabis lari?" tanya gadis yang berada di belakang meja kasir, jemarinya sibuk di layar, memasukan satu persatu pesanan Jungkook, kendati begitu, matanya tak lepas dari wajah Jungkook.
"Hmm."
"Apa kau tinggal di sini?"
"Ya."
"Aku tak pernah melihatmu. Apa kau masih berkuliah? Di mana? Aku juga sedang berkuliah di—"
"Bisakah kau diam? Aku di sini untuk membeli kopi bukan untuk sesi tanya jawab!" Jungkook membentak, wajahnya berubah geram, menatap tajam gadis itu dan itu membuat pipi si gadis memerah. Dia menggeliat dengan gugup dan takut di bawah tatapan galak Jungkook.
"I-iya maaf." Gadis itu menunduk dan segera membuatkan pesanan Jungkook.
Setelah mendapatkan pesanannya, Jungkook melanjutkan perjalanan untuk kembali ke rumah.
Di meja makan, hanya ada ayahnya dan ibu Kyra saja. Tidak ada Kyra.
Jungkook meletakkan makan minum yang dibelinya di meja, dan lalu bertanya pada Yi-eun tentang keberadaan Kyra, yang ternyata masih siap-siap di kamarnya. Hari selasa ini, Kyra akan pergi ke Busan untuk perjalan bisnisnya bersama Namjoon selama tiga hari. Dan Jungkook berencana untuk mengantarkan Kyra ke stasiun pagi ini.
Jika ditanya apakah Jungkook merasa cemas atau cemburu karena Kyra hanya pergi berdua bersama seorang pria?
Tentu saja ia pasti merasa cemburu jika yang pergi bersama Kyra adalah laki-laki tak Jungkook kenal, atau bahkan jika pria itu adalah Seokjin. Namun yang pergi bersama Kyra adalah Namjoon, yang sangat Jungkook kenal baik. Pria bermarga Kim itu merupakan pria yang terhormat, yang tidak akan menyentuh apalagi menggoda kolega kerjanya. Jadi, Jungkook tak akan khawatir bila Kyra pergi hanya berdua dengan Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOO-PHORIA
FanficTerjebak dalam hubungan terlarang bukanlah keinginan Jung Jungkook maupun Moon Kyra, meskipun tak memiliki hubungan darah tapi mereka tetaplah adik kakak yang terikat karena pernikahan orang tua mereka. Tak pernah terlintas dibenak Jungkook kalau pr...