4. Exasperate

5K 642 41
                                    


Moon Kyra pikir, malam ini dia bisa terbebas dari gangguan Jungkook, tapi sepertinya itu hanya menjadi mimpi untuknya, karena sekarang, Kyra sedang mendengar suara-suara yang begitu mengganggunya yang berasal dari kamar sebelah.

Angh, Jungkook!” Suara desahan dari kamar Jungkook pun terdengar lagi. Membuat konsentrasi Kyra  yang sedang menyiapkan presentasi untuk esok rapat pun pupus seketika.

“Oh, astaga! Bisa tidak sih dia tak bercinta semalam saja!” Kyra  berteriak dengan keras. Berharap Jungkook mendengarnya. Namun usahanya sia-sia. Desahan itu tetap terdengar, bahkan lebih kencang dari sebelumnya.

Kyra  memijat keningnya dengan rasa frustasi, dia tidak bisa jika seperti ini terus.

Dia lantai turun dari kasurnya, merogoh tas kerjanya guna mencari earbuds-nya. Dengan sembrono dia mengacak-acak isi tasnya, namun ia tak menemukan earbuds-nya. Kemudian Kyra menumpahkan isi tasnya ke atas meja riasnya dan hasilnya, benda itu pun tetap tak ada. Matanya meliar mencari ke sana kemari di mana benda itu. Di bawah bantal, di bawah guling, di bawah kasur, bahkan di tumpukan pakaian kotornya pun tetap ia tidak menemukan benda itu.

Ahn—lebih cepat, Jungkook. Lebih cepat.” Gadis itu mendesah lagi, terus menerus dan dengan sangat kencang. Bahkan Kyra  bisa mendengar bunyi kasur yang berderit.

Sebenarnya sehebat apa Jungkook sampai bisa seperti itu?

Dan tanpa izin, pikiran itu pun masuk. Pikiran tentang tubuh Jungkook yang bertelanjang. Kyra membayangkan kalau dialah si gadis itu, membayangkan kalau dialah yang ada di kasur itu, bersama Jungkook. Apa yang akan ia rasakan kalau dia jadi gadis itu?

Apa rasanya akan seperti digambarkan di dalam buku-buku erotis yang ia selalu baca selama ini?

Melihat dada Jungkook yang bertelanjang saja sudah membuat bagian bawah Kyra menjadi panas. Seketika bayangan saat mereka berciuman, yang selama ini berusaha Kyra lupakan pun muncul kembali menginvasi benaknya. Bahkan Kyra  masih bisa merasakan bibir lembut Jungkook, hingga tanpa tersadar, ia menyentuh bibirnya sendiri.

No, no! Kyra, kau harus jauhkan pikiran itu dari dirimu,” Kyra  mengingatkan dirinya sendiri. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Itu ia lakukan untuk menghalau bayangan bibir sensual milik Jungkook yang terus muncul di kepalanya.

Lagi. Suara desahan yang membuat kuping siapapun menjadi tidak nyaman pun terdengar lagi. Dan habis sudah kesabaran Kyra. Darah dalam dirinya mendidih. Dia harus menegur Jungkook. Harus!

Dengan kaki yang menghentak ke lantai, Kyra  berjalan menuju kamar Jungkook. Mengetuk pintu kamarnya dengan membabi buta.

“Jungkook! Keluar kau! Ya!” teriak Kyra sambil terus menggedor pintu kamar Jungkook secara membabi buta sampai akhirnya pintunya terbuka.

“Apa!” Jungkook balik menghardik.

“Bisa—” Perkataan Kyra  tercekak di tenggorokannya, tertahan di sana dan tak bisa keluar, begitu pula dengan napasnya. Bukan karena Jungkook menghardiknya, tapi karena Jungkook berdiri diambang pintu tanpa memakai apapun.

Perlu diulangi … Tanpa. Memakai. Apapun!

Tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Dada Jungkook naik turun dengan cepat, di dahinya terdapat bulir-bulir keringat. Terlihat sekali dia sudah bekerja keras di atas kasur.

Kyra  menelan ludahnya berkali-kali. Matanya yang menurutnya suci sudah ternodai oleh pemandangan di depan matanya, yang entah mengapa Kyra justru merasa bersyukur karenanya. Bahkan mata Kyra tidak bisa berhenti memandangi bagian bawah Jungkook yang tegang dan mengeras.

KOO-PHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang