Di hari Senin, Kyra kembali beraktifitas, kembali bekerja setelah satu minggu cuti. Dia harus mengesampingkan rasa sakit yang mendarah daging di dalam hatinya, dan mulai menjahit kembali kehidupannya yang nyaris tercabik-cabik. Terus meratapi kesedihannya pun tak ada gunanya.
Yang bisa mengobati lukanya adalah dirinya sendiri, dan dia akan melakukannya dengan cara terus melangkah ke depan tanpa pernah melihat ke belakang lagi.
Kyra menyemprotkan sedikit parfum di sekitar ceruk lehernya, lalu mengenakan blazer tweed hitamnya, menyambar tas kerjanya dan melangkah pergi ke luar kamarnya guna menyambut hari baru untuk menyembuhkan luka di hatinya. Matahari pagi di pertengahan bulan September bersinar dengan terang, dan Kyra yakin hari ini akan seperti itu. Bersinar dan terasa hangat.
Setidaknya, begitulah harapannya.
Sampai—
Dia melihat Jungkook yang juga baru saja keluar dari kamarnya.
Jungkook, yang sialnya terlihat luar biasa tampan dan mengenakan kemeja serta celana hitam, menatap Kyra dengan tatapan kosong, bagian bawah matanya terlihat lebih hitam dan kemerahan, seolah dia sudah tidak tidur selama beberapa hari.
Dia sangat terlihat terluka.
Dan itu sangat bagus. Memang itu yang Kyra inginkan. Gadis itu bukan tipikal orang yang pendendam, tapi untuk kali ini, paling tidak orang yang menyakitinya harus menderita sebagaimana dia menderita selama ini.
Dua hari yang lalu, Kyra berhasil memutuskan borgol yang membelenggu pergelangan tangannya dan Jungkook dengan caranya sendiri. Dia berhasil membuka meja nakasnya dengan cara merusak lacinya hingga patah, guna mengambil ponselnya yang disembunyikan di sana.
Kyra lalu berniat untuk menghubungi polisi. Bukan sekedar ancaman. Dia benar-benar akan menghubungi polisi untuk melepaskan diri. Namun Jungkook langsung menahannya, dan berkata bahwa dia akan melepaskan borgolnya dengan menggunakan kunci cadangan.
Dan berkat itu semua, Jungkook akhirnya melepaskan borgol di tangan mereka. Pada akhirnya, yang ditakutkan Kyra pun tidak terjadi. Malam itu dia hanya tidur sendirian, tanpa harus terjebak tidur bersama Jungkook.
Seharusnya dia merasa lega karena telah melepaskan Jungkook, tapi pada kenyataannya, malam itu Kyra tidak bisa tidur karena sepanjang malam dia terus menangis tanpa henti. Bahkan hingga tadi malam pun dia kesulitan untuk tidur karena rasa pedih di dadanya tak kunjung hilang. Dan sekarang, dia harus berhadapan lagi dengan pelaku perusakan hatinya.
Kyra langsung melengos. Dia berlari menuruni tangga ke bawah, menuju meja makan di mana sang ibu telah menunggunya dengan sekotak bento untuk makan siangnya. Semalam ibu Kyra sudah berpesan bahwa mulai hari ini dia akan membuatkan Kyra makan siang, sehingga Kyra tidak perlu membelinya di luar atau makan di kantin kantor lagi. Ibu Kyra merasa sangat khawatir dengan makanan diluar, takut-takut sang anak mengalami reaksi alergi yang parah lagi seperti kemarin.
"Kau tidak sarapan?" tanya Tuan Jeon sewaktu dia melihat Kyra hanya meraih tempat makan bekalnya tanpa duduk bersama mereka terlebih dahulu.
"Aku sudah di jemput—" Perkataan Kyra tersela karena terdengar suara bel dari interkom. "Nah, itu dia Seokjin sudah datang," lanjut Kyra sembari memasukan bekal makanan ke dalam tote bag khusus.
Tuan Jeon terekejut. "Kau kembali bersama Seokjin lagi?"
"Bukan kembali. Sebenarnya—" Ketika Kyra ingin melanjutkan ucapannya, dia melihat Jungkook melangkah masuk ke ruang makan dengan wajah cemberut. Entah mengapa Kyra ingin sekali membuat Jungkook kesal. Jadi dia melanjutkan dengan berkata, "Ya, benar. Kami sudah kembali. Oh, bahkan sebenarnya kami tidak pernah berpisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
KOO-PHORIA
FanfictionTerjebak dalam hubungan terlarang bukanlah keinginan Jung Jungkook maupun Moon Kyra, meskipun tak memiliki hubungan darah tapi mereka tetaplah adik kakak yang terikat karena pernikahan orang tua mereka. Tak pernah terlintas dibenak Jungkook kalau pr...