Jungkook merasakan sakit di seluruh kepalanya. Dia bahkan tidak bisa membuka salah satu matanya karena bengkak.
Dia melihat langit-langit kamar yang asing, juga mencium aroma obat dan di samping kanannya terdapat gorden berwarna putih gading. Ia melirik ke kiri, di mana sebuah kaca jendela besar berada, yang memperlihatkan langit malam dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat.
Aku ada dirumah sakit rupanya, batin Jungkook sewaktu ia menyadari kalau ada selang infus terpasang di punggung tangannya.
Jungkook merileks-kan tubuhnya, dan berusaha sekeras mungkin untuk mengingat apa yang terjadi pada dirinya terakhir kali. Begitu dia mengingat semuanya, bahwa penyebabnya berakhir di sini adalah karena sang ayah, rasa sakit tidak hanya dirasakan di kepalanya, tapi juga hatinya.
Kau sama saja dengan ibumu. Kalian merusak apa yang kalian sentuh. Kalian adalah seekor anjing yang menggigit balik tangan yang sudah memberi makannya. Benar-benar tidak tahu diri!
Hinaan ayahnya berdengung di telinga Jungkook. Membawa rasa duka yang mendalam untuk dirinya. Bagaimana bisa ayahnya mengatakan hal semacam itu pada darah dagingnya sendiri?
Atauhkah, memang ayahnya sudah seperti itu sejak dulu? Hanya saja Jungkook melupakannya karena dia kehilangan sebagian ingatannya?
Jika ditelisik kembali sambil menarik benang merah yang selama ini menggantung di hadapan Jungkook, semuanya menjadi masuk akal.
Beberapa hari yang lalu Jungkook bertemu dengan seorang dokter ahli jiwa bernama Sung Yeonwoo. Dokter itu bilang kalau Jungkook pernah melakukan sesi pengobatan hipnoterapi dengannya. Saat itu Jungkook tidak mengerti apa yang dikatakan oleh si dokter. Namun kini, dia mengerti maksud perkataan dokter itu.
Ada ingatan yang kabur di benak Jungkook. Di selalu tidak bisa mengingat masa lalunya. Semua ingatan hanya dimulai ketika dia berumur sebelas tahun, setelah ayah dan ibunya resmi bercerai, setelah ibunya pergi meninggalkannya untuk hidup dengan keluarga lain. Dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang bagaimana dia dan ibunya menghabiskan hari-hari mereka sebelumnya.
Bahkan ketika Kyra menemukan foto album lama Jungkook semasa kecil, Jungkook sama sekali tidak ingat dengan itu semua.
Jungkook tidak pernah mengambil pusing soal ingatan yang seolah hilang dari dirinya. Ayahnya dan dokter yang dikunjunginya berkata, bahwa itu hanya cara Jungkook mempertahankan dirinya, yaitu dengan membuang masa lalu yang menyakitkan untuknya agar dia bisa melanjutkan hidup tanpa melihat ke belakang.
Jungkook tadinya percaya dengan hal itu. Namun sekarang, ketika ingatannya sedikit kembali, Jungkook ragu bahwa dialah yang mencoba menghilangkan ingatannya sendiri. Dia yakin ayahnya pasti membuatnya melupakan masa lalunya.
Ayahnya mencoba menutupi kesalahannya dengan membuat Jungkook melupakannya.
Jungkook bangkit. Ia duduk dan menoleh ke kanan ke kiri, mencoba mencari tahu di rumah sakit mana ia berada. Yang rupanya dia dirawat di rumah sakit yang sama dengan Kyra di rawat minggu lalu.
"Di mana ponselku?" Jungkook membuka laci nakas di samping ranjangnya, tapi dia tidak menemukan apa-apa selain beberapa helai pakaian miliknya sendiri. Ia melirik ke jam dinding, sekarang jam sembilan malam.
Tunggu—bukankah aku bertemu ayahku jam setengah sepuluh malam? Kenapa sekarang masih jam sembilan malam? Ataukah, hari sudah berganti dan aku tidak sadarkan diri selama sehari lebih?
Pintu kamar Jungkook tiba-tiba terbuka lebar. Pandangannya langsung terpaku pada seseorang yang baru saja melangkah masuk. Matanya membulat, merasa terkejut dan senang bukan kepalang saat ia melihat Kyra-lah yang berlari masuk ke dalam ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOO-PHORIA
FanfictionTerjebak dalam hubungan terlarang bukanlah keinginan Jung Jungkook maupun Moon Kyra, meskipun tak memiliki hubungan darah tapi mereka tetaplah adik kakak yang terikat karena pernikahan orang tua mereka. Tak pernah terlintas dibenak Jungkook kalau pr...