20. Berubah

2.6K 710 171
                                    

"Luca, lu mau bangun apa kagak sih anjir?" Yara udah pusing banget ngeliat buntelan selimut di ruang tengah padahal jam udah nunjuk angka tujuh.

Dery sama Jeno bahkan udah main bola bareng beberapa anak kecil di depan rumah, sembari nunggu mereka pergi ke sekolah.

"Lucaaa!"

"Iya iya nih bangun."

"Bangun apanya masih tiduran gitu!"

"Mata gue udah kebuka tauuu."

Yara menyerah, memilih turun buat bantuin Hestia dan Rein yang lagi masak, hari ini dia akan pergi ke posyandu terdekat, makanan tambahan yang kemarin dia beli udah tersedia di box, ada beberapa kotak susu dan beberapa kotak biskuit bayi yang akan dibagikan nanti.

"Sendirian nggak apa-apa, Yar?"

"Nggak sendiri banget kok," katanya sembari nyiapin piring di karpet, "Ntar dibantuin Jeno juga."

Agenda hari ini emang cukup padat, Yara harus pergi posyandu, sementara Hestia dan Nalini ada jadwal untuk melakukan pelatihan dan sosialisasi tanaman obat.

Rein dan Luca akan pergi ke kelompok tani untuk sosialisasi masalah pupuk dan pengolahannya. Sementara Dery akan mencover tugas Mars di sekolah sebagai pengajar.

"Jeno bukannya ada jadwal gapura itu ya?" Rein nanya bingung, soalnya kalo nggak salah inget, katanya Jeno pembangunan gapura akan dimulai.

"Nanti sore katanya."

"Oalah, aman kalo gitu. Rumah dikunci aja."

Tujuh lima belas, semua anggota sudah berkumpul, Jeno memimpin doa, memulai sarapan seperti biasa yang diselingi pembacaan jadwal kegiatan mereka hari ini.

"Berarti pada balik sore ya?" tanyanya menatap satu-satu anggota kelompoknya.

"Iya, Jen."

"Oke kalo gitu. Biar gue aja yang bawa kunci."

Sarapan selesai dengan baik, Nalini nyuci piring bareng Yara, sementara Rein dan Hestia nyiapin perlengkapan mereka.

"Mars gimana kondisinya ya?" Luca kebetulan lagi antri mandi memulai tanya, membuat dua perempuan di sana menggeleng kecil.

"Belom tau, pesan kita belum ada yang dibales kan?"

Semalam mereka emang ngirim pesan di grup buat nanya kondisi terakhir Mars, tapi cowok itu kayaknya masih belum pegang ponsel.

"Eh tau nggak!" Nana berseru rendah, "Pas dijemput kemarin, ada cewek cakeeepp banget."

"Siapa tuhh?" Yara ikutan nimbrung setelah mengeringkan tangan dengan serbet.

"Enggak tauu. Tapi serius deh, cantik banget. Kayak bidadari."

"Ceweknya Mars kali." Luca menimpalinya.

"Tau deh, kayaknya sih iya."

"GOSIIIP TEROOOOOOSSSSSS!" dareen keluar dari kamar mandi menatap cewek-cewek plus Luca yang udah ngerumpi di dekat meja makan.

"Nggak gosip ini teh, sedang berdiskusi."

Dareen menggelengkan kepala, meminta Luca untuk masuk ke kamar mandi, karena meladeni Nana dan Yara hanya membuang waktu.

"Dery nggak seru ah!" Nana berseru kesal, menaiki tangga dengan kaki terhentak, padahal dia pengen banget tau cewek itu siapa, kan kalo emang pacarnya Mars, dia bisa berhenti ngarep dan jodohin Hestia dan cowok itu.

***

Langit hari ini bersinar lebih cerah dari kemarin, Yara udah ngelepas rompinya untuk ditaro di kepala, lumayanlah buat ngehalau sengatan matahari yang kayaknya lagi bahagia.

unsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang