27. Free Day

2.7K 688 192
                                    

Memasuki minggu ke delapan KKN, mereka akhirnya mendapatkan hari bebas karena laporan udah dicicil dan proker pun udah setengah berjalan, Yara udah pamit duluan, dari semalam anak itu mengemas barang-barangnya untuk dibawa pulang karena kakaknya baru aja lahiran dan semua keluarga besarnya datang dari Surabaya.

"Hati-hati loh, hindari Mas Kian sebiasa mungkin." Hestia udah wanti-wanti dari awal, mengingatkan gadis itu untuk tidak memberitahun siapapun tentang kepulangannya selain keluarga.

"Iya, aman kok. Ntar juga gue dijemputnya sama Kokoh."

Yara akan menumpang pick-up Pak Sultan yang dipake buat antar sayur ke kota kecamatan, baru setelahnya naik bus ke stasiun kabupaten dan akhirnya nyambung pake kereta.

Agak lama dan ribet, makanya yang lain memilih tinggal, semua barang yang mereka inginkan dititip ke Yara.

"Kalian ada agenda apa emang?"

Nalini menarik guling, mengenggelamkan wajahnya di sana, "Besok gue dijemput Yuga, anak faperta yang dapet kecamatan Sumbersari pada mau ngumpul."

"Berarti yang tinggal di rumah gue sama Rein aja dong?"

"Iya kali mam, aku nggak paham juga yang cowok ada kegiatan apa."

Tangan Hestia jahil menjalin rambut Nana, mengepangnya dengan rapi yang membuat anak itu bersungut tapi tetap nggak bisa protes.

"Besok Dery mau pergi mancing bareng anak Kartar."

"Hahaha bapak-bapak banget."

"Kan papi akuuu!"

Rein menggeplak betisnya yang dibalas tatapan sinis, "Sirik."

"Dih, sorry gue pernah lebih dari itu."

Mendengar pernyataan Rein sontak ngebuat Hestia mengangkat alis, tangannya yang dari tadi mainin rambut Nana terhenti, menatap mahasiswa manajemen itu dengan mata jahil.

"Jadi, lo mengakui kalo lo sama Dery pernah ada hubungan apa-apa?"

"Hah?"

Yara terkekeh tanpa suara, berdiri untuk nutup pintu kamar, "Sebelum gue berangkat, yuk truth or dare!"

"Njiiiir."

***

"Besok mancing dimane?" Luca masih menikmati segelas kopi hangat berteman bolu kukus yang tadi dibawa Bu Desa.

Mereka masih duduk di ruang tamu, beralaskan karpet agak tebal dan dikelilingi kertas-kertas bekas yang bertebaran.

"Nggak tau, paling di sungai yang kemarin."

Jeno mendekat, udah bawa bantal dan guling, bersiap buat rebahan.

"Besok lo kemana Jen?"

"Memantau gapura. Hari selasa kan udah pemasangan plang nama."

Ketiga temannya mengangguk paham, program kerja mereka yang udah selesai udah banyak tapi yang lain baru setengah jalan, targetnya sih pertengahan bulan ketiga kelar semua karena pak desa mengamanahkan ke mereka buat bikin lomba antar anak-anak sebagai perpisahan.

Anjir, udah perpisahan aja.

Jeno menutup mata dengan lengan, nggak nyangka kalo mereka udah tinggal bareng selama hampir dua bulan, beruntungnya nggak ada masalah berarti yang mereka hadapi. Dia bersyukur karena teman-temannya cukup dewasa dan bisa diatur meskipun harus mengesampingkan ego masing-masing.

"Berarti besok yang di rumah Luca sama Mars aja ya?"

Pertanyaan si kordes dijawab anggukan, lelaki itu akhirnya memilih untuk menutup mata, mencoba menggapai alam mimpi untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih seharian bekerja.

unsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang