23. Ketidakjelasan

2.6K 705 301
                                    

Sepagian ini, Hestia udah disibukkan dengan perlengkapan untuk memberikan pengarahan bagi para siswa kelas tiga dan enam untuk menjadi calon apoteker cilik. Yara pun udah siap dengan beberapa kantong paket berisi sikat gigi dan pasta gigi untuk mengajarkan mereka cara menyikat gigi yang benar.

Untuk kegiatan kali ini, semua orang kecuali Mars akan berpartisipasi, makanya posko rame banget karena penghuninya udah memulai hari dengan perdebatan tidak jelas.

"Sikat gigi dulu lah anjir, baru cuci muka."

"Lah kocak, sikat gigi belakangan, cuci muka duluan."

"Sekte apa itu?"

"Lo kalo masuk toilet, langsung ngapain Jen?"

Jeno yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah menoleh bingung, "Pipis?"

"Pertanyaan lu salah, bego!" kepala Luca digeplak gemas, Yara menatap Jeno yang masih mengerutkan kening, nggak paham konteks pertanyaan teman-temannya, "Jen, urutan mandi lu dari mana? Sikat gigi dulu kan?"

"Nggak sih ... ngumpulin niat dulu."

"YAELAH!"

Dery menggelengkan kepala, meraih handuknya yang tersampir di kursi dan masuk ke kamar mandi yang udah kosong, ninggalin Yara, Nalini dan Luca beserta berdebatan ngalor-ngidulnya.

***

"Dulu pas masih SD gue pengeeeeen bangeeet jadi guru," Nalini berjalan mundur, menatap teman-temannya yang berebutan plastik cilok.

"Oh ya?" Dareen dengan baik hati menanggapi.

Kepalanya terangguk gemas, membuat jepitan berbentuk pita berwarna biru dongker nyaris terjatuh.

"Santai, nggak ada yang bakal interupsi Nanabunny kok." Luca memasangnya kembali, membuat Nana terkekeh lucu.

"Hehehe makasih Lucaaaa."

"Terus pas SMP pengen jadi apa, Na?" Yara ikut penasaran soalnya Nana dan segala kerandoman dalam hidupnya begitu menarik.

"Pengen jadi tukang salon!"

Hestia menggelengkan kepala, "Kenapa nggak masuk parwi?"

"Nah itu diaaa!"

Tangan Jeno sigap menarik lengannya saat sepeda motor nyaris menyerempet, gadis itu mengerjap kaget dengan aksi spontanitas yang Jeno tunjukkan.

"Itu tadi ... apa?"

"Ya ampun Naaaa, gue yang lemes!" ciloknya Rein bahkan lupa dimakan.

"Gue nyaris keserempet ya?"

"IYA ANJIR! Gue aja masih shock dan lo udah bisa cengar-cengir!?" nada suara Yara meninggi, nggak habis pikir dengan reaksi Nana yang masih mematung dengan mata mengerjap pelan.

"Ya abisnya kejadiannya cepet, eh taunya gue udah ditarik Jeno. Terima kasih ya, Mas Jeno."

Hestia memijit kening, menarik anak itu ke sampingnya, "Dah diem, ntaran aja ceritanya. Gue lemes banget."

"IH GUE MAU CERITAAA. Gue tuh masuk faperta gara-gara Yuga!"

"Iya Naa, iyaa, bentar yaaa."

"Ishhh!"

Dery mengelus belakang kepalanya, membuat gadis itu cemberut, "Lo gemes banget. Mau jadi anak gue nggak?"

"Idieee. Mami gue tuh Hestia, masa lu yang gue panggil papi!?"

"Ya nggak apa-apa dong. Hestia jomblo kok ini. Ya nggak?"

"Duh Der, jangan nambah-nambah beban pikir."

unsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang