80. Pengakuan

851 68 11
                                    

"Dareen Adelino, lulus dengan revisi."

"Der!"

Dia noleh saat denger suara perempuan manggil.

"Kenapa, Yas?"

"Dari Rein."

Nalini ngerangkul lengannya, ngasih senyum yang paling manis, "Selamat papikuuuu."

"Makasih anakku!"

"Ke Lombok jadinya kapan, papiii?"

"Abis Luca sidang apa mau kapan?"

"YEYY!"

Dery noleh ke belakang, ngeliatin Nalini yang keliatan lebih cerah akhir-akhir ini. Seolah mendung yang kemarin menggelayut di wajahnya udah berganti pelangi, walaupun dia juga tau kalo pelangi itu sementara tapi setidaknya nggak ada lagi sedih yang membingkai wajahnya.

***

Makasih karena masih jadi Dareen yang gue kenal meski lu sama gue bukan lagi kita.

Makasih udah dengerin cerita gue ya. Selamat mengabdi Dareen!
-Dayu

**"
Gelenyar hangat yang merambat di antara kedua pipi saat tangan mereka bertautan adalah sensasi aneh yang baru Hestia rasa.

Tidak pada Joe, tidak pada Jeno. Melainkan, Mars Emilio.

"Aku di sini. Nggak pernah pergi. Nggak apa-apa. Pelan-pelan aja."

Hestia bukan perempuan yang vocal terhadap rasa, dia lebih memilih mengungkapkan dengan gestur.

Mars sadar bahwa sepenuhnya, gadis dalam pelukannya itu, sudah terjatuh.

[Your Saturn, 2022]

unsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang