61. Sebelum Kesibukan

905 121 5
                                    

"Nggak jadi beli popcorn, Nal?"

"Jadiii! Sebentar ya!"

Punggung kecilnya ditatap teduh, Jeno selalu menyukai energi positif perempuan itu. Senyum dan tawa yang ditularkan ke siapapun yang melihatnya. Jeno berharap semoga hari ini, esok juga kemudian, hanya ada bahagia di paras Nalini.

***

"Kita semua tau kalau papa itu sensitif pada kebunnya. Yang bisa nyentuh cuma mama."

Bibirnya menyungging senyum kecil, menatap bagaimana dua pria itu berkomunikasi. Mars membawa keranjang, sedangkan ayahnya memetik buah yang bergelantungan di pohon yang cukup rendah.

"Kalo kamu nggak bisa bagi apa-apa ke abang. Sekarang udah ada Mars, kan? Abang bisa tenang."

Hestia menoleh, menjawab kekhawatiran kakaknya dengan mata berkaca. "Makasih abang."

***

Sejujurnya, Luca menahan diri untuk nggak nanyain itu soalnya kan menyangkut ranah pribadi tapi dia bener-bener penasaran.

"Iya, udah temenan sih kita sekarang. No hard feeling."

Luca tersenyum simpul, menepuk kepala Rein dengan lembut, "Im so proud of you. Abis ini, bahagia sama yang baru ya?"

"Pasti ..." katanya pelan, sembari membisikkan harap, semoga bahagianya bareng Luca.

***

"Lain kali," katanya, "Lain kali, kalau jalan, berdua aja ya? Sama Dery kan udah sering."

Yara cuma bisa terpaku, nggak tau harus bales gimana.

***

[Your Saturn, 2022]

unsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang