40. Proses Merelakan

1.3K 169 50
                                    

"Ngapain masuk HI, Mas? Lu bisa jadi milyader tanpa susah payah."

"Itu kan usaha keluarga, usaha kakek nenek yang diteruskan. Sepupu gue yang lain punya kesempatan untuk ngelanjutin itu, nggak harus gue."

***
"Mas ... lu pernah nggak naksir orang?"

"Pernah. Hestia."

Nalini bisa menebak itu tapi nggak nyangka aja kalo Mars bakal nyebut namanya secara langsung.

"Tapi, lo udah ada tunangan, nggak adil banget lo naksir Hestia sementara ada hati lain yang dititip ke lo."

"Tunangan gue ... "

"Tapi hubungan kalian udah diketahui orang tua."

"That's why lo masih perjuangin Hestia?"

***

"Lagian kamu sih, kok bisa luka gini?"

"Kan ada kamu yang obatin aku."

"IDIH!"

"Hes ..."

"Mars ... maaf banget."

***

"Anjir ... jadi, hubungan kalian sekompleks itu?"

"Mas ..."

"Nggak apa-apa, nangis aja."

"Kok cinta gini amat ya mas."

"Udah lama?"

"Gue udah mau move on sih."

"Ke siapa?"

"Emang move on selalu tentang pindah ke lain hati ya, mas?"

***

Ini bukan salah Jeno. Sepenuhnya bukan pria itu.

Mars benar.

Perasaannya adalah tanggung jawabnya, Jeno nggak punya hak untuk membalas ataupun menerima, karena Jeno pun nggak tau bahwa Nalini sudah menaruh harap sejak bertahun-tahun lalu.

"Fahry tuh Na, naksir kamu keliatannya."

"Keenan, mas."

"Fahry juga naksir kamu. Pilih aja, dia atau Keenan. Kalo ada yang pasti, kenapa milih yang nggak jelas."

"Mending hidup bareng orang yang cinta sama kita apa orang yang kita cinta?"

"Depends, Na. Semua punya sisi egoisnya masing-masing. Tapi, untuk mas pribadi, lebih milih bareng orang yang cinta sama kita karena belajar mencintai itu mudah kalo emang punya niat, tapi kita nggak bisa maksa orang untuk cinta sama kita."

"Mas ..."

"Iya, Na?"

Alis Mars terangkat, "Kamu ...?"

***

Hari ini saya jatuh cinta.

Pada puan yang menunggu tuan, tapi bukan saya.

—Mars, kepada Hestia.

***

[Your Saturn, 2022]


unsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang