Dua puluh salapan

174 41 19
                                    

_•°_•°_•°_•°_

Langkah gontai mendekati gerbang membuatnya tak urung dihadiahi tatapan heran dari orang-orang yang ia temui didepan gerbang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah gontai mendekati gerbang membuatnya tak urung dihadiahi tatapan heran dari orang-orang yang ia temui didepan gerbang sekolah

Ryuana datang sendirian. Suatu hal yang ingin sekali Ryuana tertawakan dari paginya ini adalah sang mamih yang dengan giat mengantarkannya ke sekolah. Apakah malam nanti meteor akan jatuh ke bumi, makanya sang ibu dengan wajah sumringah mau mengantarkannya sekolah

Sial

Lagi-lagi dia mengumpat sambil menendang kerikil-kerikil kecil yang berada di bawah sepatunya. Rasanya sangat menyebalkan melihat kerikil-kerikil itu diam tak berguna walaupun sudah dia injak beberapa kali.

Pasalnya itu mirip seperti hidupnya, diam dan tak berguna walaupun ayahnya sudah lebih dari sering menginjak hati dan perasaannya.

"Gue mending jadi batu apa pohon ya"gumamnya sedikit menggerutu tak jelas

Hingga suara motor memasuki rungu miliknya dan membuat Ryuana mau tak mau untuk mendongak dan melipir kepinggir. Dia tidak mau di tabrak motor yang melesat karna menghalangi jalanan

"Ryu"sapa seseorang dari atas motor dengan senyum yang mampu menenggelamkan matanya

Jean ada disana, dengan motor yang masih menyala dan juga sosok lain yang duduk kursi penumpang belakang

"Bareng? "Tunjuk Ryuana bergantian antara Jean dan orang yang duduk dibelakangnya

"Iya, kan lo bilang ga mau gue jemput"

"Kenapa bisa bareng?"

Jean mengelus tengkuknya smbil terkekeh canggung. "Gue yang jemput Senja sih"jawabnya

Senja yang berada di sisi lelaki itu ikut berdiri dengan wajah yang kentara tidak enak.

"Ohh"

"Gue parkir dulu. Nanti masuk nya bareng" dengan begitu Ryuana hanya terdiam di dekat parkiran motor, menunggu Jean yang katanya ingin memarkirkan motornya lebih dulu

"Yuk"

"Gue tanya lo tadi"

"Tanya apa?"jawab Jean keheranan

Ryuana menghela. "Terserah"jawabnya bersiap melenggang sebelum sebuah tangan menarik ujung bajunya dan membuat ia berbalik

"Jean- dia cuma sekalian anter tupperware yang bekas kemarin"ucap Senja begitu berantakan

Ryuana terkekeh sinis dibuatnya. Namun sayang dia sedang tidak ingin banyak berekspresi, entah untuk terlihat baik-baik saja atau bahkan marah karna tak terima. Wajahnya malah terlihat seperti manusia tidak punya semangat hidup.

"Gue boleh ngomong sama Jean ga? Berdua tapi"kata Ryuana dengan makna mengusir yang terselip didalam kalimatnya

Senja yang merasa tidak nyaman berada disana juga hanya mengangguk setuju, dan bersiap pergi menjauhi keduanya saat itu juga

Bandung & JeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang