Lima puluh tilu

339 47 38
                                    

Hai, hehe
Ini panjang cuy
Enjoy!
_•°_•°_•°_•°_

Untuk beberapa alasan Ryuana masih merasa ragu, aneh, yang tak ayal membuat hatinya gamang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk beberapa alasan Ryuana masih merasa ragu, aneh, yang tak ayal membuat hatinya gamang. Tautan tangannya dengan Arjuna masih terasa asing. Bahkan saat melewati pagar gereja bersama, semuanya tidak pernah ada dalam bayangan Ryuana.

Minggu pagi, ia hampir menyambar handphone untuk menyampaikan gerutuan kesal pada Jean, sebab lelaki itu tidak kunjung menjemput ke rumah seperti biasa. Namun saat akan menekan tombol kirim, bayangan mengenai malam dimana ia menangis hebat tiba-tiba muncul. Menelan segala rencana yang sempat ia buat beberapa saat sebelumnya.

Ia memang tidak se-kesepian itu ketika berdoa, Arjuna pernah sekali menemani ia masuk kedalam gereja. Tapi rasanya hari ini begitu berbeda. Lelaki dengan bibir tebal itu tidak kunjung melepas tangannya dan terus tersenyum tanpa henti. Ryuana jelas tidak risih, mereka teman dekat untuk waktu yang lama. Hanya saja melihat Arjuna begitu bahagia berada disampingnya membuat Ryuana takut untuk mengecewakan.

"Mau cilok?"

"Boleh"jawab Ryuana begitu mereka selesai berdoa. Berjalan menuju gerbang keluar alih alih ke parkiran motor.

Biasanya tiap Ryuana selesai dengan urusannya disini, perempuan itu akan melihat Jean dari arah sebrang. melambaikan tangannya begitu sumringah sambil duduk diatas motor hitam milik lelaki tampan itu. Lalu ia akan disambut dengan rentangan tangan dan pelukan hangat yang begitu Ryuana sukai. Kata Jean saat itu, Ryuana sudah menjadi manusia yang taat sebab begitu rajin pergi berdoa ke gereja.

Melewatkan satu dan dua moment makan cilok berdua di atas motor dengan sepoi angin kota Bandung yang begitu menggoda dipagi hari.

"Cenah bumbu kacang disini mah enak ya, mau dibanyakin ga?"Suara Arjuna menyapa rungu Ryuana hingga sang empunya menoleh.

"Pake kecap doang ya"

Oh Jean, disini ada yang rindu suaramu katanya.

Ryuana tersenyum maklum. Memang sepertinya ia harus mengulang hal seperti ini dari awal dengan orang yang baru.
Pertanyaan seputar kesukaan, kebiasaan bahkan perasaan. Ya.. Ryuana hanya perlu bersabar dan memaklumi. Arjuna punya kesempatan lebih besar bersamanya. Ia rasa begitu.

"Gue ga suka bumbu kacang"

Mendengar jawaban darinya tentu Arjuna sempat terdiam, lalu kembali tersenyum lebar menawarkan hal lain yang sekiranya Ryuana mau.

"Kalau gitu, mau pake saos atuh?"

"Si teteh mah biasanya pake kecap hungkul, kang"sambar si tukang cilok sambil menyengir lebar

Bandung & JeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang