Opat puluh genep

260 57 25
                                    

Happy reading ayang!
_•°_•°_•°_•°_

Ada pilihan lebih baik dibandingkan dengan diam didalam kelas yang masih lenggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada pilihan lebih baik dibandingkan dengan diam didalam kelas yang masih lenggang. Maka dengan langkah gontai melirik pada jam dinding di kelasnya yang sekarang mencumbu angka enam lebih lima, perempuan bertubuh ramping itu meninggalkan tasnya disana dan melenggang menuju uks. Setidaknya di tempat itu ia bisa menidurkan diri tanpa gangguan orang lain. Bodo amat dengan jam pelajaran pertama. Dia mengantuk sekali sebab semalam tidak tertidur.

"Si koplok masih di kunci" gerutuan serta dengusan kasar terdengar ketika tangannya mencapai gembok kecil yang mengunci pintu uks.

"Permisi teh, mau izin buka pintu uks"ucapan adik kelas yang baru saja tiba menginterupsi gerutuan Ryuana

"Nah, sok buru ah. Tunduh yeuh"ungkapnya pada yang lebih muda. Tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktunya untuk berdiri cengo didepan pintu uks.

Hal itu tentu hanya dibalas anggukan patah-patah dengan senyum canggung, orang tadi kini dengan terburu membuka gembok uks. "Tetehnya sakit? Mau sekalian atuh dibikinin teh manis anget?"tanya orang tadi lagi. Biasanya jika menawarkan teh manis, itu artinya orang tadi adalah anak pmr. Konon katanya sih teh manis hangat yang dibuat anak PMR bisa menyembuhkan banyak penyakit termasuk kesurupan sekalipun.

Ya.. Ryuana percaya tidak percaya sih, soalnya waktu itu saat Felix yang katanya kemasukan arwah maung langsung sembuh begitu disodorkan teh manis oleh anak pmr. Lengkap dengan bala-bala juga gehu pedas.

"Ga usah, minta paracetamol aja. Lieur" jawab ia sekenanya

"Udah sarapan teh?"

"Udah pake angin"

"Eh" si adik kelas tadi buru-buru menoleh kaget. Tangannya masih mengenggam kenop pintu.

"Buru atuh lah, kaburu aing pingsan didieu!"

Begitu pintu dibuka, Ryuana lalu melesat masuk dan menaiki salah satu brangkar uks, tak lama setelahnya membenahi posisi berbaring dengan selimut yang sudah menutupi kaki. Sebelum akhirnya manarik gorden sampai menutupi tempatnya berbaring.

Tidak mengindahkan si adik kelas yang tengah sibuk dengan dispenser serta repot mencari obat yang ia minta. Sebab menurutnya sakit kepala yang ia alami adalah akibat dari tidak tidur semalaman. Ryuana pikir tidur dengan tenang disini tanpa diganggu saja sudah lebih dari cukup.

Perempuan itu membuang nafas panjang ditemani dengan suara air galon yang tumpah kedalam cangkir. Dia tidak begitu peduli jika nilainya jadi jelek akibat keseringan membolos. Toh, setelah dipikir dia juga belum tentu akan kuliah. Lulus saja dari sekolah ini sudah lebih dari bersyukur.

Tentu, sebagaimana remaja lainnya ia juga punya ambisi untuk melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun, setelah kejadian kemarin dia harus berpikir dua kali.

Bandung & JeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang