Opat puluh dalapan

233 50 40
                                    

Kita update lagi biar ceffat selesai
Ya ga sih:)
_•°_•°_•°_•°_

Kita update lagi biar ceffat selesaiYa ga sih:)_•°_•°_•°_•°_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana rasanya setelah orang tua cerai?"

Nadylan menoleh pada Ryuana yang duduk melipat kaki disebelahnya. Perempuan yang selalu dibanggakan Jean itu terlihat lesu saat menghampiri nya. Tiba-tiba duduk tanpa bicara. Benar-benar tidak menginterupsi dirinya yang tengah berbincang dengan Melia.

Hingga sepuluh menit berlalu, dan kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah bertanya soal perceraian. Yang benar saja sahabat nya ini.

"Aku beli minum dulu ya"ujar kekasih Nadylan sambil berdiri dan menepuk-nepuk bagian celana nya yang kotor.

"Jangan jauh-jauh"sahut Nadylan memperingati. Lelaki yang sudah tobat dari profesi playboynya itu kini tak lepas memantau pacarnya dari tempat ia duduk. Setelah memastikan semuanya aman Nadylan kini beralih memberi atensinya secara penuh pada Ryuana.

"Kenapa tiba-tiba nanya kaya gitu?"

"Besok, orang tua gue cerai"

Tidak ada yang bisa Nadylan lakukan selain terkejut untuk respon nya yang pertama kali. Demi Tuhan bertahun-tahun mengenal Ryuana, baik ia dan temannya yang lain hanya tau keluarga Ryuana itu super sibuk, tidak sampai tau kalau akan berakhir seperti ini.

Satu orang yang memahami keadaan Ryuana baik di sekolah dan rumahnya adalah Jean. Tapi alih-alih mencari lelaki itu, Ryuana malah menghampiri Nadylan disini. Kenapa..

"Ryu—"

"Gue ga bilang sama Jean."

"Kenapa?"

Yang ditanya hanya menarik napas dalam-dalam. Mengendikkan bahu sebelum akhirnya buka suara kembali. "Cuma gamau"jawabnya singkat

Aries cantik itu tak henti menggigit kuku hingga memendek. Binar matanya meredup, menatap kosong kearah ujung sepatu. Orang lain mungkin akan menyangka bahwa sekarang Ryuana tengah kemasukan arwah penunggu sekolah.

Nadylan ikut menghela, menarik pelan pergelangan tangan Ryuana hingga jauh dari jangkauan bibir perempuan itu. Lukanya memang tidak seberapa, tapi melihatnya sukses membuat Nadylan meringis ngilu.

"Dia yang paling deket sama lo. Bilang ya"

"Nanti"

Pacar Melia itu hanya mengangguk pelan, mencoba mengerti sebab permasalahan seperti ini tidak semudah itu untuk dibagikan. Ryuana punya hak secara penuh untuk diam dan menyimpan masalah ini sendirian. Tapi jauh dari itu, Nadylan merasa beruntung karna sahabat cantiknya ini mau berbagi. Setidaknya pada dirinya.

"Jadi?"

"Apa?" Alis tebalnya terangkat naik. Nadylan membuka suara karna tidak mengerti.

"Gimana rasanya?"

Bandung & JeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang