Raga membuka jas hitam yang dari semalam melekat ditubuhnya. Ia melempar jas tersebut ke kasur dengan keras untuk meluahkan segala emosi dan amarah yang ia tahan sedari tadi. Apa tadi kata ayahnya, menikahi gadis itu?
Raga tertawa getir. Mendengarnya saja sudah membuat ia merasa geli sendiri. Ia tidak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran orang tuanya ketika ide konyol itu muncul begitu saja.
Apa mereka sudah tidak waras sehingga menyuruhnya untuk menikahi gadis entah berantah yang jelas-jelas sudah menjebaknya. Sampai kapanpun itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan sampai matipun ia tidak akan sudi menjadikan gadis itu sebagai istrinya. Karena posisi itu hanya akan ditempati oleh kekasihnya. Meyra.
Raga menghela nafas lalu merebahkan tubuhnya ke kasur. Rasa sesak di dada menjadi semakin terasa ketika mengingat kekasihnya. Ia mencintainya dan tentu saja tidak akan pernah siap jika harus kehilangannya.
Raga menutup mata, berusaha melepas segala kegundahan dihati. Sial, ia tidak pernah membayangkan jika ia akan berada diposisi saat ini. Menerima kemarahan dan kemurkaan dari orang tua dan kekasihnya adalah pilihan terakhir dalam hidupnya.
Raga mengepalkan tangan, ketika emosi itu kembali menghampiri. Kekacauan ini tidak akan pernah ada jika bukan karena perempuan buruk rupa itu. Hidupnya bisa dipastikan masih baik-baik saja jika perempuan itu tidak melibatkan diri didalamnya.
Lihat saja, ia akan memberi pelajaran kepada gadis itu. Mata gadis itu harus dibuka kan selebar-lebarnya, agar dia bisa melihat dengan jelas dimana dia seharusnya berada. Dia jelas bukan seseorang yang diperbolehkan berada disekitarnya. Apa lagi sampai harus menjadi istrinya. Huh...itu hanya akan terjadi didalam mimpi gadis itu.
Ting....
Raga membuka mata ketika bunyi Notifikasi dari Handphone yang berada di nakas terdengar berbunyi. Entah siapa yang meletakkan benda itu disana, mungkin gadis itu.
Shiitt.. bahkan gadis itu dengan lancang sudah mengotak Atik Handphone dan dompetnya. Apa dia tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tuanya?
“Bertapa dimana Lo, jam segini kok belum nongol. Lo belum lupa ingatan kan? Jam 10 kita ada latihan. Oh ya, tadi gue ketemu Dosen pembimbing Lo yang sexy itu. Dia nanyain Lo, katanya ada janji buat bimbingan jam 9. Gila... Dia Sampek rela nungguin Lo nyet” Raga berdecak keras membaca isi Chat dari Daren. Untuk mengabarkan tentang jadwal latihan dan bertemu pembimbingnya saja harus seribet itu.
Tentu saja ia mengingat dengan jelas tentang apa saja kegiatannya hari ini. Tetapi rasanya, saat ini tidak ada hal apapun yang ingin ia lakuka, Selain berdiam diri di Apartement, menyusun rencana untuk menolak dengan tegas segala perintah tidak masuk dari sang Ayah.
“ Elahh... dibaca doang. Jari Lo mendadak lupa cara ngetik atau gimana nyet? Keseringan Lo pakek untuk hal lain sih”
Ck, kegilaan sahabatnya ini tidak akan pernah ada habisnya. Raga membuang Handphone ke samping setelah membalas chat Daren.
Mengabarkan jika latihan di tunda untuk hari ini.Ia yakin jika sahabatnya itu pasti sedang menyumpahi dirinya setelah membaca pengunduran jadwal latihan basket yang secara tiba-tiba. Biarkan saja, ia tidak perduli dengan apapun untuk saat ini.
Dari beratus Notifikasi yang masuk dari sosial medianya, tidak ada satupun chat atau telphon dari kekasihnya. Apa dia semarah itu padanya?
Tentu saja, mungkin jika ia yang berada di posisinya saat ini, ia juga akan melakukan hal yang sama atau bahkan akan lebih marah lagi. Karena ia tidak akan pernah rela jika harus berbagi Meyra dengan siapapun. Meyra hanya miliknya dan itu berlaku sampai kapanpun. Ia siap bertentangan dengan siapapun yang mencoba menghalangi jalannya, orang tuanya sekalipun.
Raga berjalan dan berdiri di balkon kamar Apartementnya. Menatap pemandangan dibawah sana yang terlihat dihiasi oleh kesibukan ibu kota. Raga tersenyum kecut ketika teringat kedua orang tuanya.
Rasa kecewa langsung menyapa ketika mengingat bagaimana wajah serius Ayahnya ketika memaksa dirinya untuk melakukan hal yang tidak ia sukai.
Sebegitu inginkah mereka melihat hubungannya dengan Meyra berakhir? Sampai mereka rela membiarkan dirinya bersanding dengan perempuan yang asal usulnya saja masih dipertanyakan.
Dan tentang ancaman itu?
Raga mengusap wajahnya dengan kasar. Rasa gundah dan gusar langsung saja datang menyerbu ketika mengingat ancaman sang Ayah.
Mengirim dirinya kembali ke Amerika katanya?Raga tertawa getir ketika mengingat kalimat Sang Ayah. Padahal Ayahnya adalah orang yang paling tahu jika mengingat Negara itu saja, rasa sesak itu langsung menghampiri untuk kembali mencekik pertahanannya.
Ayahnya paling paham setakut apa ia dengan Apartement itu. Tetapi dengan gampangnya sang Ayah mengancam dirinya dengan hal tersebut?
Mereka bahkan tidak memberikan dirinya kepercayaan sedikit saja. Pembelaannya hanya dianggap angin lalu. Apa karena kejadian 4 tahun yang lalu?
Iya, dia memang sepengecut itu, ia memang sejahat itu. Tetapi tidak bisakah sekali saja mereka melihat bagaimana ia menyesalinya. Bagaimana ia berusaha bangkit dari keterpurukan itu. Apa mereka tidak tahu jika sampai hari ini kejadian itu masih mengantuinya. Sampai detik ini kejadian itu masih sukses menjadi hal yang paling menakutkan untuk ia ingat. Dan hingga sekarang, setelah 4 tahun berlalu, Kejadian itu masih kerap menghampiri mimpinya. Membuatnya terjaga ditengah malam dan enggan terlelap lagi hingga pagi menyapa.
Rasanya mendatangi tempat itu sama saja dengan ia membunuh diri sendiri. Dan kini, mereka, orang yang paling ia sayangi memanfaatkan ketakutannya untuk menjebaknya.
Apa mereka setidak percaya itu kepada dirinya, sehingga untuk mengendalikan hidupnya saja ia sudah tidak diijinkan. Menentukan siapa yang berhak berada disampingnya saja ia sudah tidak perbolehkan. Dan semua itu, lagi-lagi karena gadis itu.
Raga menggenggam erat palang balkon. Rahangnya mengeras begitu saja ketika rasa benci sukses mematik kembali emosinya.
Lihat saja, apapun akan ia lakukan untuk membuat perempuan itu menyesal, karena telah masuk kedalam lingkaran hidupnya.
****TBC.
Mohon vote dan komennya.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera di Batas Senja (TELAH TERBIT di LOVRINZ)
Romance" Waktumu 5 bulan, selama itu silahkan nikmati hidupmu sebelum kamu merangkak pergi dari hidupku" Ana terdiam, kembali menunduk. Ia sudah menyangka jika ini pasti terjadi. Lelaki itu tidak mungkin bisa menerimanya begitu saja. Tetapi mengapa sayata...