43

6.5K 427 12
                                    

Ana berjalan keluar dari dalam kelas ketika suasana kelas  sudah mulai sepi. Seperti biasanya, ia akan membiarkan mereka – mereka yang sempurna itu untuk keluar terlebih dahulu. Karena menggabungkan diri bersama mereka bukanlah pilihan yang tepat, jika tidak ingin mendengar kalimat yang akan kembali menyakiti.

Ana berjalan menyusuri karidor kampus, mengabaikan pandangan aneh dari mereka yang ia lewati.
2 jam lagi, ia harus kembali masuk untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Jadi, sebelum itu ia harus menghabiskan waktunya di perpustakaan lama. Menyembunyikan diri dari  pandangan menghina yang tidak pernah Alfa untuk ia terima.

Langkah Ana harus berhenti ketika tali tasnya ditarik pelan dari belakang. Ana menoleh dan langsung mendapati senyuman manis yang sudah mulai akrab dimatanya.

“Hai kamu...” Sapa Bara setelah melepas tali tas selempang Ana.

Ana mengerutkan dahi ketika melihat keberadaan Bara. Letak fakultas ekonomi bisnis sangat jauh dari sini. Jadi untuk apa lelaki itu disini?

“Bagaimana kabarmu hari ini?” Tanya Bara.

“Kenapa kamu disini?” Tanya Ana dengan raut kebingungan, ia bahkan mengabaikan pertanyaan dari Bara.

“Kamu tau makna dari sebuah pertemanan?, Hubungan yang saling mencari. Kita sudah berjanji untuk berteman, jadi, biarkan aku menjadi pihak yang mencari dihubungan ini” jawab Bara dengan yakin.

Ana memilih terdiam. Ia mengedarkan pandangan, lalu menunduk ketika mendapati pandangan penasaran dari beberapa pasang mata. Tentu saja itu semua karena lelaki tampan dihadapannya. Karena selama ini, tidak pernah ada siapapun yang rela menyisihkan waktu untuk sekedar menyapanya.

Ana melanjutkan langkah untuk menghindari pandangan dari mahasiswi yang berada disana. Bara mengikuti langkah kaki Ana.

“Walau kita berteman, kamu boleh mengabaikanku ketika ada banyak orang. Seperti yang aku katakan dulu” kata Ana sambil berjalan menuju perpustakaan lama.

Bara mengerutkan dahi mendengar ucapan Ana.

“Maaf, tapi aku tidak menyukai pertemanan yang seperti itu. Menurutku, Kita harus tetap bersama walau dalam situasi apapun”  bantah Bara

Ana kembali menghentikan langkah tepat didepan perpustakaan. Kalimat dari Bara adalah penyebabnya. Bagaimana bisa dia mengatakan ingin tetap bersamanya dengan begitu mudahnya. Apa dia tidak memikirkan pendangan dari semua orang, ketika dia berdiri disisi manusia seperti dirinya?

“Memiliki teman sepertiku bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Mereka akan memandang aneh dan mentertawakanmu” kata Ana sembari menatap Bara. Bara terdiam sembari ikut menatap Ana.

“ Kamu tahu, sudah lama aku tidak memperdulikan siapapun. Jadi, penilaian mereka tidak berarti apa-apa untukku” kata Bara dengan raut wajah serius.

Ana memandang wajah tampan Bara, ia tahu jika lelaki dihadapannya ini tulus ingin berteman dengannya. Dan Ana juga mengerti betul tentang defenisi pertemanan yang sesungguhnya. Tetapi bukankah itu harusnya hanya berlaku untuk mereka yang sempurna. Jadi, untuk manusia seperti dirinya, aturan itu sama sekali tidak akan pernah berlaku. Karena, ia tidak ingin membuat siapapun ditertawakan karena dirinya.

“Karena, terakhir kali aku mempercayai mereka, aku harus dikenalkan dengan kecewa dan luka. Dan, di pertemanan kali ini aku tidak mau kembali bertemu dengan kedua hal itu. Demi Tuhan, aku tulus ingin berteman denganmu, menghabiskan waktu denganmu dalam situasi apapun sudah lama terencana dalam pikiranku. Dan, Kita tetap bisa berbagi tawa tanpa harus memperdulikan mereka diluar sana”

Ana terpaku di tempat ketika mendengar pengakuan tulus dari Bara.

“Kenapa.. kenapa kamu memilih berteman denganku ketika banyak diluar sana yang bisa kamu jadikan teman?” Tanya Ana

Lentera di Batas Senja (TELAH TERBIT di LOVRINZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang