15

6.7K 448 7
                                    

Di dunia ini tidak semua hal yang kamu inginkan akan berakhir menjadi milikmu. Banyak yang hadir hanya untuk mengajarkanmu bagaimana acaranya mengikhlaskan dengan benar. Dan ketika kamu tetap memaksakan untuk mendapatkannya, maka dengan senang hati takdir akan mengutukmu. Mungkin sama dengan kisah punguk yang bersikukuh menginginkan bulan ,walau ia tahu hal itu diciptakan bukan untuknya. Akhirnya ia dikutuk untuk merasakan rindu yang tiada akhirnya.

Ana menyadari hal itu dengan benar. Ia sering dikutuk untuk itu. Ia merindukan keluarga, dan pada akhirnya takdir melenyapkan hal itu tanpa sisa. Ana menginginkan untuk dicintai, dan dengan angkuhnya takdir kembali mengutuknya dengan menghadiahi dirinya cibiran disetiap saatnya. Lalu bagaimana dengan keadaan saat ini? Apa ini semua juga kutukan karna dirinya menyukai lelaki itu.

Iya benar, ia menyukai lelaki itu begitu hebat. Tetapi tidak pernah sekalipun terselip dihatinya untuk menginginkan lelaki itu menjadi miliknya. Tetapi mengapa takdir justru mengutuknya juga?

Dia tidak apa-apa, ia sudah terbiasa dengan hukuman yang diberikan oleh takdirnya. Biarkan saja takdir menghukum hingga sepuasnya, Asalkan jangan membawa lelaki yang ia suka didalamnya. Seharusnya takdir tidak perlu menyeret Raga didalam kutukannya.

Kenapa takdir justru mengikut sertakan Raga didalamnya ketika lelaki itu tidak menyukai kehadirannya, seharusnya takdir tahu jika lelaki itu membenci keberadaannya.

Jadi disinilah ia sekarang, berusaha mengubah takdir. Ia berada diparkiran Fakultas Kedokteran, sesuai apa yang diperintahkan oleh Raga.

Ia terdiam dan lebih sering menunduk, menghindari pandangan ngeri dari mahasiswa/mahasiswi Kedokteran yang lalu lalang disana. Ini bukan Fakultasnya, jadi tentu saja mereka masih asing dan terkejut dengan kondisi wajahnya.

"Angkat kepalamu jika tidak ingin dianggap hantu penghuni parkiran"
Ana mengangkat wajah, dan merasa lega ketika mendapati Raga kini berdiri dihadapannya. Syukurlah, akhirnya lelaki ini datang juga. Ia ingin segera berlalu pergi dari tempat ini.

"Kekasihku dilantai 3, aku akan menemuinya, jadi ikuti aku" Perintah Raga.

Ana mengangguk lalu mengikuti langkah kaki Raga untuk memasuki Fakultas Kedokteran. Dan seperti biasa, lelaki itu akan menjadi pusat perhatian di manapun ia berada.

Walau ia bukan Mahasiswa Kedokteran, tetapi bisa dijamin jika semua Mahasiswa Kedokteran mengenal jelas siapa Raga Angkasa. Tetapi lelaki yang diberi tatapan memuja itu justru biasa saja, ia seakan tidak menyadari seluruh pandangan yang tertuju padanya.

Ana berjalan dibelakang Raga. Ini lucu, 2 hari yang lalu disini, ditempat yang sama lelaki itu masih bersandar di bahunya, tetapi kini lelaki itu telah berbalik memunggungi.

Ana tersenyum kecil menatap punggung bidang itu, ia membentak sang hati ketika sang hati sempat membisikan betapa nyamannya jika bisa bersandar dipunggung indah itu. Sayangnya Punggung itu diciptakan bukan untuk tempanya bersandar. Dan bisa dipastikan tidak akan ada satu orangpun yang mengijinkan punggungnya disandari oleh perempuan sepertinya.

"Kekasihku ada didalam. Kamu tunggu disini, jangan masuk sebelum aku memanggilmu" Lamunan Ana terbuyarkan dengan suara Raga. Ternyata mereka telah sampai dilantai 3, di depan kelas Meyra. Ana mengangguk. Mengiyakan segala perintah lelaki itu.

Ana berdiri di depan pintu, memperhatikan Raga yang sedang mendekati tempat duduk Meyra. Kelas terlihat kosong, hanya Meyra yang berada disana. Mungkin kelas sudah berakhir atau sebaliknya, kelas belum dimulai.

"Mey.." Meyra terlihat terkejut dengan kedatangan Raga.

"Apa lagi? jangan mengatakan apapun jika itu tentang hubungan kita. Karna jawabanku tetap masih sama, aku tidak akan memaafkanmu sebelum kamu membawa perempuan itu kehadapanku"

Lentera di Batas Senja (TELAH TERBIT di LOVRINZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang