Flashback 1 tahun yang lalu.
Waktu menunjukan pukul 8 malam, ketika Ana keluar dari perpustakaan lama kampus barunya. Ya Tuhan, dia ketiduran hampir 3 jam setelah membersihkan seluruh perpustakaan karena hukuman yang ia terima untuk hal yang sama. Ia dihukum karena ia berbeda.
Ana mengucap syukur ketika kampus belum ditutup, karena masih ada Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pada malam hari.
Langkah Ana terpaksa berhenti ketika ia dibekap dari belakang dan langsung ditarik menjauh dari posisinya. Ana berontak, berusaha melepaskan diri dari lelaki yang terus menyeretnya menuju gedung paling ujung kampus. Ana tahu, itu gedung Fakultas Kedokteran.
Ana terus berusaha melepaskan, walau usahanya tidak berarti apa-apa. Ia tidak mengenal siapa lelaki yang membekapnya, dan ada urusan apa lelaki itu dengannya. Hanya saja ia yakin, siapapun lelaki itu dan apa tujuannya pasti berakhir tidak baik. ia tidak yakin lelaki itu memiliki niat yang baik padanya.
"Lepaskan saya" Teriak Ana ketika bekapannya dilepaskan.Tetapi kata-katanya seperti dianggap angin lalu oleh lelaki itu. Dia tetap menyeretnya, memasuki gedung. Untuk apa lelaki ini membawanya ke Fakultas Kedokteran?
"Tolong... Siapapun tolong saya" Ana kembali teriak sambil berusaha melihat kesekeliling. Keadaan sudah sunyi sepi. Hanya ada beberapa Mahasiswa yang terlihat, dan dengan jahatnya mereka mengabaikan permohonan Ana. Teriakannya seperti tidak pernah terdengar ditelinga mereka.
1 Minggu menjadi Mahasiswi di kampus itu, Ana mulai paham ternyata disini tidak ada perikemanusiaan sama sekali. Apa lagi untuk dirinya yang dianggap berbeda. Selama Ospek ini, ia bahkan dikucilkan. Ia diabaikan begitu saja. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Bahkan ia tidak diijinkan bergabung dengan Mahasiswa dan Mahasiswi yang lain.
Ia selalu diberikan hukuman yang membuatnya memisahkan diri dari mereka semua. Seperti hari ini contohnya, ia diberikan hukuman membersihkan perpustakaan lama kampus yang dari kabarnya sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh siapapun selain petugas kebersihan.
"Kumohon lepaskan saya" Ana memohon untuk yang kesekian kalinya.
Rasa takut dan khawatir semakin menjadi, ketika lelaki itu menghempaskan tubuhnya kedalam ruangan gelap yang sudah jauh dari keramaian. Ini seperti gudang yang sudah tak terpakai.
Apa yang harus ia lakukan sekarang, ketika meminta tolong saja sudah tidak ada yang perduli. Rasanya tidak ada gunanya ia berteriak hampir 20 menit, jika tidak ada satu orang pun yang sudi mengulurkan tangan untuk membantunya.
Ana meringsutkan tubuh, ketika melihat seorang lelaki memasuki ruangan dan langsung menutup pintu. Suasana gelap langsung menyapa, Ana bahkan kesulitan untuk mengenali wajah lelaki didepannya. Lelaki itu berjongkok untuk menyamakan wajah dengan Ana.
"Tolong lepaskan saya" Hanya itu kata yang mampu keluar dari mulutnya. Ia gemetaran menahan rasa takut.
"Diam, atau gue akan membunuh Lo"
Ana langsung bungkam, mendengar suara lelaki itu saja membuatnya semakin merinding. Dia bukan lelaki yang baik, Ana yakin itu."Siapa...siapa kamu? kenapa kamu membawaku kesini?" Tanya Ana dengan suara bergetar.
"Manusia seperti Lo memang tidak diwajibkan mengenal gue"
"Apa salah saya?" Ana meringkuk merapatkan diri ke dinding dingin gudang, ketika lelaki itu semakin mendekatkan wajah, dan Ana terkejut ketika lelaki itu mencengkram rahangnya dengan kasar
"Lo menanyakan salah lo hah..? Setelah menganggap remeh aturan yang gue buat, kini Lo menanyakan salah lo" Bentak lelaki itu. Ana memejamkan mata, menerima bentakan itu. Ia tidak mengerti maksud kalimat lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera di Batas Senja (TELAH TERBIT di LOVRINZ)
Romansa" Waktumu 5 bulan, selama itu silahkan nikmati hidupmu sebelum kamu merangkak pergi dari hidupku" Ana terdiam, kembali menunduk. Ia sudah menyangka jika ini pasti terjadi. Lelaki itu tidak mungkin bisa menerimanya begitu saja. Tetapi mengapa sayata...