Membuka mata ditengah kegelapan mungkin adalah kenyataan yang mengerikan untuk mereka yang hidupnya selalu ditemani cahaya. Dan memulai hari dengan kesunyian mungkin adalah pilihan yang menakutkan untuk orang-orang yang harinya selalu dihabiskan dengan kebahagiaan.Namun sayangnya, cahaya dan bahagia itu sudah lama tidak terlihat di dalam hidup Ana. mereka berkhianat dan memilih berbalik arah untuk meninggalkan. Hingga akhirnya menyisakan langkahnya yang masih tertinggal diujung jalan, digenggam erat oleh sunyi serta dipeluk abadi oleh sepi.
Sudah lama sekali semenjak kejadian itu, Ana memilih terbangun di dalam gelap, karena kegelapan tidaklah semenakutkan itu untuknya. Semua jenis ketakutan sudah pernah singgah ke dalam garis hidupnya.
Jadi rasanya kali ini ada yang berbeda ketika cahaya itu yang pertama kali menyapa netra disaat ia membuka mata. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ana mengerjap berkali-kali berusaha menyesuaikan pandangan dengan cahaya lampu dan matahari yang telah mencuri jalan melalui celah jendela kamar. Ana tidak suka situasi ini karena cahaya itu sudah tidak senyaman dulu lagi untuknya.
Ana mengedarkan pandangan kesegala arah, mencari apa pun yang mungkin dapat menjawab pertanyaan didalam benak. Dan dahi Ana sukses terpaut dengan sempurna ketika netranya bertemu dengan pandangan yang lain diruangan ini. Siapa mereka?
Pertanyaan alam benak langsung terjawab ketika pandangannya bertemu dengan pandangan marah dari seseorang dipintu kamar. Meyra???
Astaga, apa-apaan ini?
Ana langsung bangun dengan cepat dari tidurnya sembari berusaha mengumpulkan kesadaran ditengah kebingungan dan rasa pusing yang terasa mendera.
Pergerakan disamping kembali menyadarkan Ana jika ia tidak sendiri disini, diatas kasur empuk dikamar mewah ini. ia menemukan keberadaan Raga yang masih terlelap disampingnya tanpa sadar dengan kerumitan yang mungkin akan dia terima.
Kenapa bisa seperti ini? bukankah semalam ia hanya duduk disamping kasur diatas kursi santai milik Raga untuk menunggu lelaki itu melepaskan genggamannya? Tetapi mengapa sekarang ia bisa berada diatas kasur, terlelap bersama dengan lelaki rupawan itu. apa mungkin ia ketiduran dan tidak sadar ketika menggabungkan diri diatas kasur luas ini? iya, pasti ia ngigo seperti biasanya.
Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak mungkin bisa berlalu dari tempat ini dengan mudah. Pasti mereka sudah salah mengartikan posisinya saat ini.
“Bangunkan anak itu!”Suara tegas dengan nada marah dari lelaki paruh baya itu membangunkan Ana dari pemikiran panjangnya. Ia memberanikan diri untuk melihat wajah lelaki itu dan langsung menunduk ketika pandangannya bertemu dengan lelaki itu. lelaki itu menatapnya lekat, seakan sedang menilai dirinya.
“Bangunkan, sebelum papa seret anak itu keluar” Sultan mengepalkan tangan berusaha menahan luapan emosi yang sudah dia tahan semenjak membuka kamar Apartement anaknya.
Sinta, istri Sultan masih bergeming ditempat tanpa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh suaminya. Rasa syok dan terkejut dengan apa yang dia lihat masih melingkupi.
Tidak percaya rasanya dengan apa yang ada didepan mata. Anak kebanggaannya telah menggoreskan kecewa yang luar biasa untuknya.Bagaimana cara untuk mempercayai ini semua ketika ia tahu betul bagaimana anaknya. Dia kenal betul dengan anaknya. Raga yang selalu lurus-lurus saja, dia tidak mengenal dunia malam, anaknya tidak pernah minum alkohol, putra tunggalnya tidak pernah merokok dan pergaulan ananya juga juga sehat-sehat saja. bahkan ia tidak pernah menggoreskan sedikit pun luka dihati sebelum akhirnya memutuskan berpacaran dengan kekasihnya.
Berbicara tentang kekasih anaknya, mengapa bukan dia yang berada disana dan siapa gadis yang berada diatas kasur anaknya?
“ RAGA, BANGUN KAMU” Akhirnya Sultan kehilangan kesabaran. Bagaimana tidak, dari semalam ia menahan rasa khawatir ketika mengetahui anaknya tidak pulang semalaman dan rasa khawatirnya akhirnya harus dibayar dengan semua pemandangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera di Batas Senja (TELAH TERBIT di LOVRINZ)
Romance" Waktumu 5 bulan, selama itu silahkan nikmati hidupmu sebelum kamu merangkak pergi dari hidupku" Ana terdiam, kembali menunduk. Ia sudah menyangka jika ini pasti terjadi. Lelaki itu tidak mungkin bisa menerimanya begitu saja. Tetapi mengapa sayata...