16

6.1K 406 11
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, ketika ia memutuskan berdiri didepan gerbang rumah mewah dihadapannya. Ana memandang rumah tersebut lalu  kembali mencocokan dengan Kartu nama Raga. Benar, ini adalah Alamat yang dimaksudkan oleh lelaki itu.

Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang, haruskah ia masuk? atau lebih baik ia menunggu disini? Tetapi bagaimana jika lelaki itu tidak tahu dengan kedatangannya lalu menganggap jika ia lari dari janji?

“Ada yang bisa saya bantu!”
Satu suara membuyarkan lamunan Ana. Ia menoleh, dan didalam sana seorang Satpam terlihat mendekati gerbang.

“Maaf pak, apa benar ini rumah tuan Raga?” Tanya Ana.

Bukannya jawaban yang ia dapatkan melainkan tatapan kebingungan dari Satpam. Satpam itu memperhatikannya cukup lama. Mungkin bertanya-tanya mengapa ada perempuan sepertinya yang mencari keberadaan tuannya yang sempurna.

“Benar, ini rumah tuan Raga. Kamu siapa dan ada perlu apa?” Tanya Satpam, Masih tidak yakin jika gadis dihadapannya mencari anak dari majikannya.

“Saya ada perlu dengan dia pak, bisa minta tolong katakan padanya jika saya ada disini”

“Tuan Raga sedang tidak dirumah, kamu bisa datang lain kali” Jawab Satpam masih dengan melemparkan pandangan bingung.

Ana menghela nafas mendengar jawaban Satpam. Lelaki itu tidak berada dirumahnya, lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?

“Saya akan menunggunya” Kata Ana.

Alis satpam sukses terpaut ketika melihat kekukuhan Ana untuk menemui Raga. Ia kebingungan dengan gadis yang berdiri diluar gerbang majikannya. Siapa dia, dan ada keperluan apa dengan tuan mudanya. Untuk pertama kalinya, gadis sesederhana itu mencari keberadaan tuannya. byiasanya teman-teman anak majikannya itu berpenampilan tidak jauh dari dirinya.

“Silahkan, tapi bisakah kamu menunggu jangan didepan gerbang. Nanti kamu dikira pengemis yang diabaikan oleh majikan saya” Ucap Satpam.

Ana langsung mengangguk dan berniat berjalan menjauhi gerbang, ketika sebuah mobil menghalangi jalannya. Itu Raga, ia sudah hafal betul dengan mobil lelaki itu. Syukurlah ia datang diwaktu yang tepat.

Ia minggir kesamping ketika mendengar klakson dari mobil, lalu ia melihat Satpam tergopoh-gopoh, kembali berlari mendekati gerbang dan membukakannya untuk Raga.

Mobil Raga berlalu masuk kedalam pekarangan rumah, meninggalkan dirinya seperti orang bodoh, berdiri didepan gerbang yang sudah kembali ditutup.

Ana melihat Raga berbicara dari dalam mobil dengan Satpam rumahnya. Lalu mobilnya kembali dijalankan dan menghilang dari pandangan.Akhirnya, Satpam kembali mendekati gerbang dan membukakan untuk Ana.

“Tuan Raga menunggumu didalam” Ucap Satpam. Ana mengangguk lalu tersenyum manis.

“Terimakasih Pak” Ucap Ana dengan tulus, lalu berjalan meninggalkan setelah mendapatkan anggukan dari Satpam.

Ana mengedarkan pandangan, pekarangan rumah Raga luas sekali. Untuk mencapai pintu rumah saja, ia harus melewati taman yang luas dilengkapi dengan kolam mancur untuk menambah keasrian taman tersebut. Sebenarnya tidak mengherankan lagi ketika mengingat siapa orang tua lelaki itu. Penguasa sukses yang berkuasa dalam segala hal.

Ana menelan salivanya dengan susah, ketika matanya telah menemukan pintu rumah mewah itu. Raga bersandar di depan mobil, jelas sedang menunggu dirinya.

Rasa sesak dan rasa bersalah langsung menghampiri, ketika mengingat apa yang akan terjadi beberapa menit kedepan. Kedua orang tua yang baik itu harus ia buat kecewa dengan kalimatnya nanti.

Lentera di Batas Senja (TELAH TERBIT di LOVRINZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang