Meskipun bukan menjadi kota dengan suhu tertinggi di Indonesia, tetapi Jingga kewalahan menantang panasnya suhu ibukota. Terutama apabila ia keluar bangunan rumah sakit saat makan siang.
Rumah sakit memang menyediakan kantin tersendiri. Meskipun demikian, terkadang Jingga memilih makan siang di tempat lain. Sekaligus bertemu dengan klien yang masih ingin berkonsultasi dengannya.
Namun, kali ini Jingga bukan menemui kliennya. Ia akan bertemu dengan seseorang yang dianggap dokter Park memiliki pengaruh bagi Kalani. Seseorang yang diharapkan memiliki titik terang asal mula kecenderungan yang diderita pemilik rumah sakit Oriona.
Sejak permintaan dokter Park tiga hari yang lalu untuk membantu Kalani, hampir setiap hari Jingga melaporkan kemajuannya. Tentu saja, dokter Park menyembunyikan rencana itu dari Kalani. Bukan tanpa sebab. Psikiater itu khawatir, jika Kalani tahu maka proses penyembuhannya akan kembali ke titik nol.
Jauh dalam lubuk hati, Jingga menolak untuk melakukan hal ini. Menurutnya, cepat atau lambat Kalani akan segera mengetahui rencana yang dibuat oleh dokter Park. Wanita berkerudung itu tau, bagaimana Kalani dapat mengendus ketidakberesan yang terjadi di sekitarnya.
Jika pada akhirnya rencana ini diketahui oleh Kalani, maka pria itu akan berpura-pura tidak tahu. Pengalaman membuktikan kalau atasannya itu pandai berlagak. Bahkan, orang lain tidak akan menyadarinya.
Tidak berapa lama, Jingga pun sampai pada tujuan. Sebuah tempat makan yang menempati bangunan bergaya kolonial Belanda. Mengingatkan Jingga akan sebuah bangunan salah satu factory outlet di jalan R.E Martadinata, Bandung.
Bangunannya berwarna putih dengan enam pilar senada. Nama restoran terpampang di atas balok yang ditahan pilar. Bagian depannya, terdapat meja marmer bundar yang dihiasi sebuah vas bunga dan beberapa pamflet menu makanan. Di bagian atas terdapat lampu khas Betawi.
Seorang pelayan berkemeja putih lengan panjang dengan dipadu kain batik khas Indonesia menghampiri dan menyapa Jingga. Setelah memberitahu reservasi-nya di restoran itu, pelayan membawa Jingga melewati pintu ganda berwarna putih.
Jingga melewati beberapa area tempat makan. Ada meja bulat dengan enam tempat duduk, meja panjang dengan delapan kursi, hingga beberapa ruangan bersifat pribadi. Jingga kemudian dibawa masuk ke sebuah area makan semi-outdoor.
Berbeda dengan area sebelumnya, cahaya matahari menerangi langsung tempat ini. Terdapat beberapa meja panjang dengan delapan kursi dan juga meja persegi dengan empat kursi. Hal yang membuat Jingga takjub, saat ia menelusuri kaca jendela yang ada di sebelah kanannya.
Jendela itu terhubung hingga langit-langit, membentuk lengkungan. Tak hanya itu. Di sisi jendela terdapat tempat duduk panjang beralaskan kayu yang dilengkapi dengan bantal bersulam.
Jingga duduk di salah satu sudut yang bersisian dengan jendela. Saat sedang asyik menikmati suasana restoran, suara dering ponsel mengagetkannya. Nama dokter Park tertera di layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Displacement [END]
Romance(SPIN OFF HIJRAHCCHIATO) Kembali ke negara asalnya tidak pernah ada dalam rencana Jingga. Setidaknya, sebelum ia bisa berdamai dengan keluarga besar sang ayah. Namun, permintaan seorang sahabat kala kuliah sulit untuk ditolak. Akan tetapi, keputusan...