AXIS 45

1.5K 181 4
                                    

"Key! Mau mengunjungi mom? Aku ikut ya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Key! Mau mengunjungi mom? Aku ikut ya!"

"Dia ibuku. Bukan ibumu."

"Nanti juga jadi ibuku."

"Tidak akan pernah."

"Kamu tau, bagaimana reaksi mom kalau tau pernikahan kalian hanya pura-pura?"

"Kami tidak pura-pura."

"Ya ampun, Key. Kamu kenapa masih mengelak juga? Buktinya ada."

"Jangan mengada-ada."

"Aku tidak mengada-ngada. Raiden punya buktinya!"

Kalani menghentikan langkahnya. "Dia berbohong!"

"Raiden menceritakan semuanya padaku, Key. Raiden itu—"

"Assalamualaikum, Dad. Baru datang?" tanya Kalani.

"Walaikumussalaam. Beberapa menit yang lalu."

"Assalaamualaikum, Meneer van der Berg," sapa Mentari.

Alex van der Berg hanya mengangguk tanpa tersenyum. Mentari jadi salah tingkah. Niat untuk memberikan kesan baik pada ayah Kalani pupus sudah. Kini harapannya tinggal memberikan kesan baik pada ibunya Kalani.

"Jingga." Senyuman tercetak di wajah Meneer Alex saat wanita berkerudung biru langit itu datang. "Aku tunggu dari tadi."

"Assalamualaikum, Dad. Maaf. Baru selesai visit pagi. Mom sudah bangun?"

Meneer Alex mengangguk seraya merangkul Jingga. "Beliau mencarimu. Semalam kemana?"

"Tadi malam ...." Jingga melirik Kalani memberikan tanda agar neurolog itu menjawab pertanyaan sang ayah.

"Jingga kecapean, Dad." Kalani membalas lirikan Jingga. "Dia baru kembali."

"Ya. Sampai lupa," sahut Meneer Alex. "Jingga, jangan terlalu capek. Kapan cucuku nambah?"

Jingga melotot pada Kalani yang dibalas dengan gelengan kepala. Jingga bertekad untuk mendiskusikan hal ini dengan Kalani, agar pertanyaan dad tidak terulang.

"Key!"

Langkah Kalani terhenti. Ia lupa kalau Mentari ada di sana. "Ya?"

"Boleh aku jenguk mo, eh ibumu?"

"Nanti saja."

"Aku hanya mau memberi salam."

"Tidak perlu."

"Tapi, Key, aku—"

"Ini batas privasi saya. Tolong hargai." Kalani bergegas menyusul sang ayah dan Jingga.

***

"Kalani .... kapan aku bisa pulang?" tanya sang ibu, kala Kalani menjenguknya lagi saat petang hari.

Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang